JATIMTIMES - Intermittent fasting (IF) telah menjadi tren populer dalam dunia kesehatan dan diet. Bahkan metode ini sering dipuji karena manfaatnya yang dianggap efektif untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan.
Namun, seperti halnya dengan setiap metode diet, IF juga memiliki risiko yang perlu dipertimbangkan. Menurut Arbiarso Wijatmoko, seorang sports scientist, ada beberapa bahaya potensial yang dapat muncul dari praktik diet ini jika tidak dilakukan dengan benar.
Baca Juga : Ini Ternyata Penyebab Sering Ngantuk di Pagi dan Siang Hari
"Bagi orang yang belajar fisiologi dan gizi dengan baik dan benar, akan tahu bahwa intervensi pola makan apapun punya resiko, termasuk si intermittent fasting ini," jelas Arbiarso.
Berikut ini adalah beberapa risiko dari intermittent fasting menurut Sports Scientist Arbiarso Wijatmoko, dilansir dari Instagramnya @arbiarso:
1. Malnutrisi
Salah satu kekhawatiran utama dari pelaksanaan intermittent fasting yang salah adalah malnutrisi. Banyak orang yang melakukan IF dengan tujuan penurunan berat badan yang cepat, seringkali terinspirasi dari testimoni di media sosial. Akibatnya, mereka memilih jam makan paling pendek dan mengalami defisit energi yang terlalu besar.
Bahkan ada yang melakukan IF 72 jam hanya karena adanya konsep autofagi, tanpa memperhatikan bahwa tubuh membutuhkan asupan makanan yang cukup untuk memproduksi hormon, sel, dan enzim. Tanda-tanda malnutrisi seringkali disalahartikan sebagai tanda keberhasilan diet.
2. Muscle Loss atau atrofi otot
Diketahui, atrofi otot adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya massa atau jaringan otot sehingga mengakibatkan penyusutan dan penipisan otot di dalam tubuh.
Meskipun ada review yang menyebutkan bahwa IF lebih baik untuk muscle retention dibandingkan pembatasan kalori biasa, sebuah studi RCT menemukan bahwa IF justru menyebabkan lebih banyak muscle loss pada orang dewasa yang lean. Hal ini disebabkan karena rendahnya asupan protein dan kurangnya latihan beban.
Banyak orang yang melakukan IF tidak mendapatkan latihan beban yang cukup, tidak mengonsumsi cukup protein, dan mengalami defisit energi yang terlalu besar karena jendela makan yang terlalu pendek. Kehilangan massa otot ini bisa memperparah kondisi sarcopenia, yang konsekuensinya cukup serius.
3. Disordered Eating dan Eating Disorder
Arbiarso Wijatmoko, yang meneliti eating disorder dalam skripsinya, menyatakan bahwa ada risiko disordered eating dan eating disorder pada orang yang melakukan diet, khususnya IF.
Beberapa orang menjadi takut makan karena khawatir berat badannya akan naik. Ada juga yang takut makan di luar jam makan yang ditentukan oleh IF, karena berpikir bahwa manfaat IF akan hilang.
Baca Juga : 2 Buah yang Ada di Al-Quran Ini Ampuh Menghilangkan Kolesterol
Bahkan ada yang merasa bersalah jika sarapan, karena takut tidak mendapatkan manfaat autofagi. Kombinasi IF dengan penghindaran makanan tertentu juga dapat memperparah kondisi ini. Risiko lainnya termasuk perubahan mood, masalah pencernaan, kompensasi makan berlebihan, dan lainnya.
Demikian 3 dampak yang perlu diperhatikan jika hendak menjalankan diet IF. Popularitas IF seringkali ramai diperbincangkan karena testimoni di media sosial, yang bisa saja bias dan tidak mewakili pengalaman semua orang.
Misinformasi tentang autofagi juga dapat membuat orang menjalani puasa yang terlalu lama dan mengurangi asupan kalori secara berlebihan. Hal ini dapat berujung pada masalah kesehatan yang serius.
Meskipun intermittent fasting dapat memberikan manfaat kesehatan, penting untuk memperhatikan risikonya. Berikut adalah beberapa prinsip yang harus diperhatikan jika ingin mencoba IF:
1. Jangan Mengurangi Kebutuhan Energi Terlalu Lama: Pastikan kebutuhan energi tidak berkurang jauh dalam jangka waktu lama.
2. Cukupi Asupan Protein: Konsumsi setidaknya 1,2 gram protein per kilogram berat badan.
3. Latihan Beban: Lakukan latihan beban untuk mempertahankan massa otot.
Menurut Arbiarso, dalam penelitian, baik IF maupun restriksi kalori kontinyu (defisit kalori biasa) akan menghasilkan penurunan berat badan dan manfaat kesehatan yang kurang lebih sama. Hal ini karena IF juga mengarahkan pada kondisi defisit energi.
"Pada subjek yang overweight dan obesitas, penurunan berat badan akan menghasilkan manfaat kesehatan," tandas Arbiarso.
Jadi, jika kamu ingin mencoba IF, pastikan untuk melakukannya dengan benar. Pelajari pola makan yang benar, jangan hanya mengikuti testimoni tanpa mengetahui detailnya. Ingat, baik manfaat maupun risikonya ada di detail pelaksanaannya. Semoga membantu!