JATIMTIMES - Keluarga terduga teroris HOK alias Hamzah di Batu, Malang, sempat diperiksa oleh pihak berwenang dan dinyatakan tidak terlibat dalam rencana aksi terorisme anggota keluarganya itu. Keluarga tersebut mengaku menganut "Manhaj Salaf" dan menegaskan tidak pernah membenarkan aksi terorisme.
Islah Bahrawi, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), menjelaskan bahwa sebenarnya Manhaj Salaf adalah ajaran yang berbasis pada klaim kebenaran sepihak. Menurutnya, aliran ini menganggap siapapun yang berbeda dengan mereka telah menganut ajaran agama yang tidak murni dan tidak otentik lagi.
Baca Juga : Pemkab Malang Gelar Rakor Bahas Renovasi Stadion Kanjuruhan, Gate 13 Usai Dipugar Telah Dikembalikan
"Ajaran Manhaj Salaf yang dipegang teguh oleh keluarga ini akhirnya membentuk kegelisahan kognitif pada salah satu anggota keluarganya yang bernama Hamzah," ujar Islah, dilansir dari akun X pribadinya @islahbahrawi.
"Dia merasa diperintah Tuhan untuk membela kebenaran yang dianggap hanya miliknya saja. Atas nama kebenaran itu juga, dia merasa berhak membenarkan aksi kekerasan demi memerangi siapapun yang menolak sama," tambahnya.
Islah Bahrawi juga mengungkapkan bahwa dampak dari cara beragama demikian itu akhirnya menimpa Hamzah. "Secara diam-diam dia berbai'at kepada ISIS untuk menyalurkan kegelisahannya. Dia juga mempelajari tutorial membuat bom secara online untuk mewujudkan cita-cita perjuangannya menuju surga. Hamzah berniat meledakkan bom di dua rumah ibadah di Malang," ujarnya.
Para penganut Wahabi Salafi, menurut Islah, mungkin mengklaim bahwa ajarannya tidak pernah menganjurkan terorisme.
"Namun, ketika mereka terbiasa menganggap kebenaran hakiki hanya milik mereka, pada akhirnya mereka terjebak dalam pemikiran eksklusif bahwa kebenaran itu harus diperjuangkan dengan berbagai cara," katanya.
"Apa yang menimpa Hamzah ini telah banyak menimpa penganut ajaran Wahabi Salafi di banyak tempat. Termasuk mereka yang tadinya beragama secara biasa saja, pada akhirnya berkeinginan memperjuangkan kebenaran absolut yang diyakininya dengan menormalisasi kekerasan atas nama perintah Tuhan," tambah Islah.
Baca Juga : Arema FC Persembahkan Juara Piala Presiden untuk Korban Kanjuruhan, 13,5 Persen Hadiah Disumbangkan
Sebagai tambahan informasi, menurut Islah Bahrawi hampir semua teroris yang ditangkap oleh Densus 88 AT POLRI di Indonesia pada awalnya berangkat dari paham Wahabi Salafi. "Inilah embrio dari jaringan terorisme yang membajak nama Islam di seluruh dunia," kata Islah.
Untuk memastikan kebenaran ini, Islah menyarankan agar bertanya kepada mantan teroris yang telah keluar dari penjara tentang manhaj apa yang dianutnya sebelum ditangkap oleh Densus 88.
"Jawabannya insyaallah selalu sama: 'Saya tadinya penganut Salafi yang akhirnya memutuskan untuk menjadi Jihadi Salafi demi memperjuangkan kebenaran,'" tutup Islah.