JATIMTIMES - Hingga saat ini nama petahana Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sudah mengantongi rekom dari banyak partai. Setidaknya sudah ada empat partai yang resmi merekom berpasangan dengan Armuji sebagai wakil wali kota. Empat partai tersebut adalah PDIP, PKB, PPP dan Demokrat. Sementara partai lainnya belum diketahui langkahnya karena belum juga memunculkan calon hingga saat ini.
Direktur Eksekutif Republic Research (RR) Lasiono menyampaikan, Pemilihan Kepala Daerah Kota Surabaya di November 2024 adalah fondasi yang esensial dari demokratisasi sebuah kota besar di Indonesia.
Baca Juga : Beredar Flyer Provokatif Jatuhkan Marwah Petahana, Partai Pengusung Bakal Ambil Langkah Hukum
"Pilkada Kota Surabaya dimungkinkan masyarakat Surabaya untuk memilih pemimpin yang akan menentukan arah dan kebijakan Kota Surabaya lima tahun ke depan," ujarnya, Kamis (1/8/2024).
Dia melanjutkan adapun peserta pemilihan kepala daerah atau Pilkada adalah pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur, pasangan calon bupati dan calon wakil bupati, dan pasangan calon wali kota dan calon wakil wali kota yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan Partai Politik.
"Tetapi sampai hari ini partai politik yang memperoleh kursi pada Pileg 2024 di DPRD Kota Surabaya tidak memunculkan kader-kader terbaiknya untuk ikut dalam pertarungan Pilkada Kota Surabaya," tegasnya.
Menurut dia jika kondisi politik ini akan terus dipelihara hingga pendaftaran di KPU maka bakal ada beberapa konsekuensinya. "Partai politik dan elit partai di Kota Surabaya tidak berfungsi dan tidak berperan dalam melakukan pendidikan politik bagi masyarakat surabaya. Padahal pendidikan politik merupakan agenda yang sangat penting," cetusnya.
Dia menjelaskan karena dalam melangsungkan pembangunan Kota Surabaya, sebuah masyarakat memerlukan syarat untuk keterdidikan rakyat secara politik.
"Masyarakat yang terdidik secara politik adalah warga negara, sehingga bisa secara sadar mandiri ikut berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembangunan," cetus pria yang juga mantan wartawan ini.
Lasiono menambahkan variabel kehadiran partai politik dalam masyatakat di Kota Surabaya dapat dilihat pada perannya dalam melakukan pendidikan politik kepada warga.
"Sejauh mana partai politik menjaga demokrasi di Kota Surabaya. Dengan memunculkan kader- kader partai terbaiknya dalam konstelasi pilkada Kota Surabaya 2024. Nyatanya sampai hari ini belum ada partai politik yang berani mendeklarasikan kader terbaiknya melawan incumbant Eri Cahyadi," imbuhnya.
Baca Juga : Eri Cahyadi Dampingi Wapres Terpilih Simulasi Makan Bergizi Gratis, Gibran: Surabaya Terbaik
Dalam dalam konteks pilkada Kota Surabaya 2024 semestinya menjadi momentum untuk kembali menguatkan bangunan demokrasi Indonesia pasca pemilu 2024 kemarin di daerah, khususnya di Kota Surabaya.
Padahal, pada era desentralisasi demokratis ini, Pemilu di tingkat daerah menjadi komponen penting. Demokrasi lokal akan mempengaruhi kehidupan politik suatu pemerintahan daerah dan pusat. Nantinya, pemerintah pusat akan mendistribusikan sebagian kekuasaan ke tingkat daerah untuk dikelola sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Sementara realitas politik di Kota Surabaya, partai dan elit partai politik cenderung mengekor ke satu calon. Mereka hanya manjalankan demokrasi prosedural. Tapi tidak menyentuh subtansi demokrasi itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan, yang mana sampai hari ini belum ada yang berani partai politik dan elit partai politik mendeklarasikan calon di luar incumbant Eri Cahyadi.
Masyarakat tidak diberikan pilihan calon yang lain. Padahal kota sebesar Surabaya masih banyak pemuda dan tokoh masyarakat berpotensi yang mampu mengemban amanah masyarakat.
Kota Surabaya gudangnya pemuda dan tokoh masyarakat yang punya potensi dan memiliki peluang untuk menciptakan perubahan positif yang lebih baik ke depan. Dengan semangat kepemudaan yang tinggi, prinsip keadilan dan komitmen untuk kebaikan bersama. Dan sebagai agen perubahan yang mampu menciptakan masa depan masyarakat Kota Surabaya yang lebih baik.
“Akan tetapi sampai hari ini mereka tidak muncul atau memang tidak dimunculkan oleh partai-partai politik yang memperoleh kursi di DPRD kota Surabaya pada Pileg 2024. Atau kah memang ada kelompok tertentu yang menginginkan Pilkada Kota Surabaya 2024 incumbant melawan kotak kosong. Kelompok ini tidak berbentuk dan tidak ada bentuknya. Tapi ruang geraknya secara politik dapat dirasakan masyarakat. Ini bahaya bagi kelangsungan kehidupan politik Kota Surabaya ke depan,” pungkas Lasiono.