JATIMTIMES - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang berkomitmen untuk mewujudkan pelayanan publik yang optimal dan inklusif. Bahkan, hal tersebut dinilai menjadi sebuah keharusan. Hal itu salah satunya dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang.
Terbaru ada dua inovasi metode pembelajaran yang digagas dan dikembangkan. Yakni Sinau Mandiri Bersama Anak Satwimaba Istimewa (SIMBA ASIA) oleh SMP Negeri 2 dan Layanan Siswa Istimewa Galas Berwirausaha (NASI TIGA BERAS) oleh SMP Negeri 13 Kota Malang.
Baca Juga : Profil Dokter Fitri, Anak TKI Pemilik Rumah Sakit Wajak Husada
Kedua inovasi tersebut merupakan sebuah terobosan pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Dua inovasi itu pun mendapat dukungan penuh dari Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat.
Menurut Wahyu, inovasi dan terobosan tersebut sangat diperlukan untuk memfasilitasi siswa istimewa untuk dapat mengenyam pendidikan layak dan setara. Dirinya pun berharap inovasi itu dapat dikembangkan untuk bisa mendapat apresiasi.
"Tidak hanya itu, saya berharap juga bagi para siswa istimewa ini mendapatkan pelayanan dan mempunyai tingkat pendidikan dengan kualitas yang sama dengan siswa reguler. Ini juga dalam mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045 mendatang,” ujar Wahyu.
Bahkan, dua inovasi tersebut setidaknya bisa menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan. Hal itu lantaran keduanya berhasil mengantarkan Pemkot Malang untuk mendapat apresiasi dari Kemenpan RB.
Melalui Pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi (PKRI) Pelayanan Publik Tahun 2024. Keduanya masuk 5 Terbaik Inovasi Kelompok Replikasi Inovasi Kluster Kota yang diumumkan tanggal 29 Juli 2024 kemarin.
Selain itu, terdapat dua inovasi lain yang juga diajukan dalam PKRI dan mengikuti tahap presentasi dan wawancara. Yakni Belajar Menyenangkan Bersama Siswa Spesial (Benang Mass) dari SMPN 3 Kota Malang dan Spenturo Ramah Inklusi (Serasi) dari SMPN 20 Kota Malang.
Sebagai informasi, layanan publik yang inklusif seperti SIMBA ASIA bukanlah yang pertama di Kota Malang. Bisa dikatakan ini sudah menjadi bentuk komitmen Pemkot Malang dalam mewujudkan ekosistem inklusif secara berkelanjutan.
Melalui berbagai inovasi pelayanan publik, seperti Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma'Siti), BREXIT (Braille Eticket and Extraordinary Access for Visual Dissabilities), layanan pojok braille perpustakaan, dokumen kependudukan braille, bahkan layanan inklusi braille (Libra) untuk berbagai perizinan.
Baca Juga : PDIP Usung Pasangan Calon Bambang Rianto dan Bayu Kuncoro di Kota Blitar
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Suwarjana, menyampaikan, tidak bisa dipungkiri saat ini memang banyak siswa istimewa yang menuntut ilmu di sekolah reguler.
Pihaknya pun berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan kepada semua siswa tanpa membedakan kondisinya di tengah keterbatasan guru pendamping khusus (GPK). Karenanya dibutuhkan kreativitas dari pihak sekolah dan guru agar siswa istimewa juga dapat terlayani dalam proses belajar.
"(Siswa istimewa) Tidak bisa kami tolak, jadi harus tetap kami terima dan ajari. Padahal GPK tidak ada, karena kebanyakan GPK latar belakangnya malah bukan S1 Pendidikan, tetapi Psikologi," ujar Suwarjana.
Ia menyebut bahwa SIMBA ASIA dan NASI TIGA BERAS sejatinya merupakan hasil replikasi inovasi Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma'Siti) SMP Negeri 10 Kota Malang yang mendapatkan penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Klaster Pemerintah Kota Tahun 2023 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB).
"Jadi kami tetap melayani anak berkebutuhan khusus tanpa adanya GPK, dan alhamdulilah teman-teman guru di Kota Malang ini kerjanya luar biasa. Mereka pun bisa berinovasi dengan memberikan pembelajaran diferensiasi, seperti Jarik Ma’Siti, SIMBA ASIA, dan NASI TIGA BERAS ini," pungkasnya.