JATIMTIMES - Baru-baru ini media sosial dihebohkan dengan penggerebekan sebuah kamar kos di Jatiwaringin, Bekasi. Dalam video yang beredar, terlihat seorang wanita pemilik kos menggerebek sebuah kamar.
Saat dibuka, ia dikagetkan dengan kondisi kamar kosnya yang penuh dengan sampah yang sudah membusuk.
Baca Juga : Wujudkan Situbondo Sehat, 61 Kelompok Adu Gemulai dalam Lomba Senam Kreasi Bhunga Rassa Ate
Tanpa berpikir panjang, wanita pemilik kos itu pun langsung meminta penghuni kos untuk membersihkan kamar kosnya lalu pergi meninggalkan kos tersebut.
Dari keterangan video, penghuni kos tersebut diduga memiliki penyakit hoarding disorder.
"SHOCK!!PEMILIK IBU KOST GREBEK PENYEWA YANG DI DUGA NGIDAP HOARDING DISORDER," Tulis keterangan dalam video, dikutip dari akun X @kegoblogan.unfaedah Rabu (17/7/2024).
Dengan viralnya video tersebut, kini banyak yang mencari mengenai penyakit Hoarding Disorder itu apa.
Hoarding Disorder
Dilansir dari laman Alodokter, hoarding disorder adalah perilaku gemar menimbun barang karena menganggap barang itu akan berguna di kemudian hari, mengingatkan pada suatu peristiwa, atau merasa aman ketika dikelilingi benda-benda tersebut.
Penyebab Hoarding Disorder
Tidak diketahui secara pasti apa penyebab dari hoarding disorder. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:
- Mengalami gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD)
- Dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengajari cara memilah barang
- Memiliki keluarga yang juga menderita hoarding disorder
- Pernah ditinggalkan oleh orang yang dicintai
- Pernah mengalami kesulitan ekonomi
- Pernah mengalami kehilangan harta benda akibat kebakaran atau bencana alam
Gejala Hoarding Disorder
Mencari dan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan merupakan gejala awal hoarding disorder. Penderita juga dapat menunjukkan tanda dan gejala berikut:
- Sulit membuang barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan
- Merasa cemas ketika hendak membuang barang yang tidak diperlukan
- Sulit mengambil keputusan
- Mencari benda lain dari luar rumah agar bisa ditimbun
- Merasa tertekan saat benda miliknya disentuh orang lain
- Menyimpan barang sampai mengganggu fungsi ruangan di rumah
- Melarang orang lain membersihkan rumahnya
- Menjauhkan diri dari keluarga dan teman
Selain barang, penderita hoarding disorder juga bisa mengumpulkan hewan yang terlantar, tetapi tidak mengurusnya dengan benar.
Faktor Risiko Hoarding Disorder
Baca Juga : Mengungkap Fakta Sejarah Sunan Kalijaga Menurut Versi Cirebon
Sementara dilansir dari laman Halodoc, hoarding disorder bisa dimulai sekitar usia 11-15 tahun, dan cenderung memburuk seiring bertambahnya usia. Ada beberapa faktor yang memicu risiko hoarding disorder, yaitu:
• Kepribadian
Banyak orang yang memiliki gangguan ini memiliki temperamen ragu-ragu atau plin-plan.
• Sejarah Keluarga
Kondisi ini bisa terjadi atau menurun dalam keluarga. Jadi, jika kamu memiliki orang tua memiliki gangguan ini, kamu atau saudara kandungmu juga mungkin mengalaminya.
• Stres dalam Kehidupan
Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dapat menyebabkan seseorang mengidap gangguan ini. Beberapa orang dengan hoarding disorder mengalami gangguan penimbunan setelah mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan yang sulit mereka atasi. Seperti akibat kematian orang yang dicintai, perceraian, penggusuran, atau kehilangan harta benda akibat kebakaran.
Pengobatan Hoarding Disorder
Perawatan utama untuk gangguan ini adalah terapi perilaku kognitif. Obat-obatan dapat diberikan sebagai pengobatan tambahan jika pengidapnya juga mengalami kecemasan ataupun depresi.
Psikoterapi, juga disebut terapi bicara, adalah pengobatan utama. Terapi perilaku kognitif adalah bentuk psikoterapi yang paling umum digunakan untuk mengobati gangguan hoarding disorder. Cobalah untuk menemukan terapis atau profesional kesehatan mental lainnya yang pernah mengobati gangguan penimbunan ini.
Sebagai bagian dari terapi perilaku kognitif, pengidap hoarding disorder dapat melakukan beberapa hal, seperti:
• Belajar mengidentifikasi dan menantang pemikiran dan keyakinan yang terkait dengan memperoleh dan menyimpan barang.
• Belajarlah untuk menahan keinginan untuk menyimpan lebih banyak barang.
• Belajarlah untuk mengatur dan mengkategorikan harta benda untuk membantu memutuskan mana yang harus dibuang.
• Tingkatkan keterampilan pengambilan keputusan dan sistem koping.
• Rapikan rumah secara rutin.
• Belajarlah untuk mengurangi isolasi dan meningkatkan keterlibatan sosial dengan kegiatan yang lebih bermakna.
• Pelajari cara untuk meningkatkan motivasi untuk perubahan.
• Hadiri terapi keluarga atau kelompok.
• Lakukan kunjungan berkala atau perawatan berkelanjutan untuk membantu mempertahankan kebiasaan sehat.