JATIMTIMES - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur (Jatim) Adhy Karyono mengajak semua pihak terlibat untuk mendukung gerakan anti-perundungan. Dia tak ingin praktik perundungan atau bullying terjadi lagi di lingkungan sekolah, khususnya di Jatim.
"Kita harus menjadi agen perubahan yang aktif untuk mendukung gerakan anti-perundungan ini," seru Adhy Karyono di sela pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun 2024 jenjang SMA, SMK dan SLB negeri/swasta, di SMK Negeri 5 Surabaya, Senin (15/7/2024).
Baca Juga : Fatalitas Kecelakaan Masih Tinggi, Operasi Patuh Semeru Digelar Mulai 15-28 Juli 2024 di Kota Batu
Kegiatan ini diikuti oleh 356.644 siswa-siswi se-Jatim via luring maupun daring. Dalam kesempatan itulah Adhy Karyono memimpin deklarasi anti-perundungan. Para siswa antusias dengan menunjukkan ratusan ribu poster anti-perundungan.
Tak hanya itu, dilakukan juga penandatanganan pernyataan anti-perundungan yang diikuti oleh seluruh undangan dan peserta MPLS yang ada. MPLS tahun ini sengaja mengusung tema "Siap Mendukung Anti-perundungan di Jawa Timur".
Tema ini sangat relevan dengan isu global di mana perundungan atau bullying adalah masalah serius yang dapat mengganggu proses belajar dan perkembangan psikologis peserta didik.
"Kalau berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI, kasus perundungan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jadi mari kita ciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan kondusif untuk belajar," ungkapnya.
Dirinya kemudian menerangkan, ada beberapa langkah kreatif yang bisa dilakukan untuk meminimalisir perundungan. Antara lain pendidikan karakter, penggunaan teknologi informasi untuk hal positif, pendekatan partisipatif, kerjasama dengan orang tua, serta pelatihan dan pengembangan guru.
Baca Juga : Pemprov Berduka, Kepala Diskop UKM Jatim Andromeda Qomariah Meninggal Dunia
"Kami tidak ingin lagi ada di antara teman-teman semua yang dalam masa orientasi maupun belajar nanti menjadi korban kekerasan atau kerusuhan. Itu fenomena kuno," tegas Adhy Karyono.
Sementara itu, Kadisdik Jatim Aries Agung Paewai mengatakan bahwa apa yang dilakukan selama MPLS ini merupakan bentuk intervensi pemerintah bagi permasalahan yang ada. Diharapkan, ke depannya lingkungan pendidikan Jawa Timur akan menjadi wadah aman yang mencetak lebih banyak SDM berprestasi.
"Dengan deklarasi yang ada ini, kami berharap agar sekolah bukan hanya menjadi tempat menimba ilmu. Tapi juga lingkungan aman di mana anak-anak kita bisa membangun pertemanan, meningkatkan nilai dan karakter, serta bebas mengekspresikan diri sendiri," urainya.