JATIMTIMES - Kasus meninggalnya seseorang saat atau selepas berolahraga kerap terjadi. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Namun, dari banyak kasusnya, kematian tersebut dialami karena adanya Henti Jantung. Lantas bagaimana sebenarnya Henti Jantung? Apa penyebabnya? Apakah dapat diketahui ciri-ciri sebelum dampak fatal terjadi bagi mereka yang gemar berolahraga ?.
dr Nur Kapurin, Dwigustiningrum, dosen dari Fakultas Kedokteran salah satu kampus swasta di Malang mengatakan, bahwa Henti Jantung disebabkan adanya gangguan irama jantung atau Fibrilasi Ventrikel. Pada kondisi ini, bilik jantung yang seharusnya berdenyut menjadi hanya bergetar.
Baca Juga : KONI Gencarkan Sport Tourism Demi Kota 'Olahraga' Malang
Maka, ketika ini terjadi, penanganan cepat menjadi salah satu kunci utama agar penderita dapat terselamatkan. Sebaliknya, semakin lama penanganan atau pertolongannya, maka potensi keberhasilan atau keselamatan penderita semakin kecil.
Lebih lanjut, bahwa dalam kasus seseorang yang secara mendadak meninggal saat berolahraga, dari segi keilmuan terdapat dua hal yang menjadi penyebab, yakni Henti Jantung dan kondisi yang belum diketahui sebelumnya.
Maka, seseorang juga harus memahami tentang bagaimana tanda-tanda tentang Henti Jantung lebih dini, sehingga langkah untuk pertolongan dapat dilakukan secara cepat.
Tanda yang paling umum adalah terjadinya nyeri pada dada, di mana kondisi dada terasa seperti tertusuk atau tertekan bahkan perih sebelumnya. Kemudian, mengalami sesak napas atau dyspnea. Dalam kondisi ini, seseorang akan merasa kesulitan untuk bernafas.
Selain itu, dapat juga seseorang tersebut mengalami ketidaksadaran diri, dimana orang tersebut tidak mampu mengontrol aktivitas tubuhnya akibat gangguan aktivitas listrik di otak. Dalam artinya, orang tersebut mengalami kejang.
Untuk itu, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan seseorang bilamana menjumpai ciri seperti ini. Ketika menjumpai seseorang yang tak sadarkan diri, maka pastikan jika lingkungan sekitarnya sudah aman untuk memberikan pertolongan.
Kemudian, langkah berikutnya adalah melakukan pengecekan secara cepat terkait respon korban. Setidaknya, dalam waktu 10 detik, seseorang harus segera mengecek dengan melihat, mendengar dan merasakan nafas korban atau pasien.
Baca Juga : Cat Ulang Kampung Tematik, Pemkot Andalkan CSR
Jika setelah pengecekan ditemui pasien tidak bernafas selama 10 detik, maka penanganan dengan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) Resusitasi Jantung Paru (RJP) menjadi hal yang harus segera dilakukan.
"Ini harus segera dilakukan. Ini jadi salah satu upaya pertolongan pertama kegawatdaruratan secara medis pada pasien Henti Jantung dengan melakukan pijit jantung atau kompresi dada," katanya.
Langkah ini bertujuan untuk mengalirkan oksigen dan darah ke otak dan ke miokardium yang merupakan otot jantung dengan peran vital, yakni memompa dari dari jantung ke seluruh tubuh. Selain itu, bilamana terdapat alat Automated External Defibrillator (AED), maka sangat disarankan untuk menggunakan alat tersebut.
"Kompresi dada pasien ini dilakukan secara terus-menerus hingga bantuan tim medis datang. Ini menjadi pengetahuan kesehatan yang harus dipahami, bagaimana mengenali kondisi gawa darurat dan cara penanganannya," pungkasnya.