JATIMTIMES - Tahun 2023 menjadi tahun yang penuh duka bagi keluarga pekerja migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Blitar. Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Blitar, sepanjang tahun tersebut, sebanyak 15 PMI meninggal dunia di luar negeri.
Hal ini diungkapkan oleh Kabid Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Disnaker Kabupaten Blitar, Yopie Kharisma Sanusi.
Baca Juga : Pemkab Blitar Gandeng NTB untuk Memenuhi Kebutuhan Pakan Ternak Ayam Petelur
Menurut Yopie, dari 15 PMI yang meninggal dunia, 11 di antaranya adalah laki-laki dan empat adalah perempuan. Mereka tersebar di berbagai negara, dengan mayoritas bekerja di Malaysia dan Hong Kong.
"Data di kami pada tahun 2023, kasus PMI asal Kabupaten Blitar yang meninggal dunia di luar negeri ada 15, laki-laki 11 dan perempuan ada empat orang," ujar Yopie, Kamis (4/7/2024).
Rinciannya, tujuh laki-laki dan dua perempuan meninggal di Malaysia, dua perempuan dan satu laki-laki di Hong Kong, satu laki-laki di Korea Selatan, dan dua laki-laki di Brunei Darussalam. Penyebab kematian beragam, mulai dari sakit hingga kecelakaan kerja.
Tragedi ini mengungkap sisi kelam kehidupan PMI yang sering kali harus bekerja di bawah tekanan berat dan kondisi kerja yang sulit di luar negeri.
"Setiap tahunnya, kami mencatat ada kasus PMI yang meninggal dunia. Disnaker berkomitmen untuk memastikan proses kepulangan jenazah mereka berjalan dengan baik dan hormat," kata Yopie.
Tidak hanya menangani kasus kematian, Disnaker Kabupaten Blitar juga terus memberikan perhatian kepada PMI yang mengalami masalah kesehatan saat bekerja di luar negeri. Pada tahun 2023, ada sembilan PMI yang mengalami sakit di luar negeri. Tahun 2024 hingga bulan Juni, sudah ada dua kasus serupa.
"Kami selalu siap memfasilitasi kepulangan PMI yang mengalami sakit di luar negeri. Kami memahami betapa pentingnya peran PMI bagi keluarga mereka di Indonesia, sehingga kesehatan mereka juga menjadi prioritas kami," tambah Yopie.
Baca Juga : Fakta dan Mitos Pantangan Malam Satu Suro
Selain itu, Disnaker juga terus memberikan pendampingan dan dukungan bagi keluarga PMI yang ditinggalkan. Proses pemulangan jenazah dan pemulangan PMI yang sakit memerlukan koordinasi intensif dengan berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Yopie menekankan bahwa pihaknya selalu berusaha memberikan yang terbaik demi kesejahteraan PMI dan keluarganya.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang perlindungan PMI yang bekerja di luar negeri. Meskipun banyak yang mendapatkan kesempatan kerja dan kehidupan yang lebih baik, risiko yang mereka hadapi tidak bisa diabaikan.
"Kami mendorong para PMI untuk selalu mengikuti prosedur resmi dan menjaga komunikasi dengan Disnaker untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan mereka selama bekerja di luar negeri," tegas Yopie.
Melihat kasus-kasus ini, pihak Disnaker berencana untuk meningkatkan program pelatihan dan edukasi bagi calon PMI sebelum mereka berangkat ke luar negeri. Harapannya, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang hak dan kewajiban mereka sebagai pekerja migran.
Di tengah duka dan tantangan yang dihadapi PMI asal Kabupaten Blitar, harapan tetap menyala bahwa langkah-langkah perbaikan dan perlindungan yang lebih baik akan segera terwujud. Kejadian tragis ini menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dan kesejahteraan para pekerja yang berjuang jauh dari tanah air.