free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Ini Beda Reog Kendang Tulungagung dan Reog Ponorogo

Penulis : Aries Marthadiharja - Editor : Dede Nana

27 - Jun - 2024, 02:23

Placeholder
Kabupaten Tulungagung memiliki salah satu kesenian reog yang disebut reog kendang, simak penjelasan lengkapnya. Apa bedanya dengan reog Ponorogo? (dok. Facebook/Deskraf)

JATIMTIMES.COM - Kabupaten Tulungagung rupanya memiliki salah satu kesenian reog layaknya di Ponorogo. Bedanya reog Tulungagung sering disebut reog kendang. Kesenian ini sejatinya dimainkan oleh sekelompok penari yang memadukan alat musik tifa atau jinbe yang dipadukan dengan jaranan.

Berdasarkan penelusuran Linaili Ngulwiyah, salah satu mahasiswi UIN SATU Tulungagung berhasil mencari informasi terkait reog kendang khas Tulungagung. Awalnya, reog ini dimainkan dengan tabuhan kendang dikolaborasikan bersama reog thek (sebutan reog Ponorogo).

Baca Juga : Viral, Pengrusakan Gereja GPIB Taman Harapan Jaktim, Ini Kronologinya!

Meski demikian, masyarakat Tulungagung banyak yang menyebut reog kendang ini layaknya kesenian jaranan layaknya di Kediri, Nganjuk, Trenggalek, Blitar hingga Jombang.

Tabuhan kendang merupakan sebuah hiburan rakyat yang cukup familier. Tabuhan tersebut juga dimainkan oleh para gemblak (sebutan mantan pemain reog Ponorogo), sehingga muncul sebuah nama kesenian unik khas Tulungagung yang disebut reog kendang.

Linaili menjelaskan, kesenian reog kendang di Kabupaten Tulungagung menggambarkan arak-arakan prajurit bala tentara Kedhirilaya yang mengiringi pengantin Ratu Kilisuci ke Gunung Kelud. Dalam kisah tersebut, Ratu Kilisuci tidak mau dinikahi oleh Jathasura, maka dia menolak secara halus dengan memperdaya Jathasura.

Selain itu versi lain menyebutkan bahwa Reog Kendang ini terinspirasi dari permainan kendang Prajurit Bugis dalam Kesatuan Laskar Trunojoyo. Pada jaman dahulu para prajurit menggunakan tam–tam atau kendang kecil yang digendong

"Ini merupakan karya tari rakyat sejak tahun 1978, kesenian reog kendang dikenal oleh masyarakat Tulungagung berupa tarian hiburan yang sederhana yang ditampilkan secara berkelompok oleh enam orang penari, dengan masing-masing membawa kendang," jelasnya.

Tarian ini dapat ditampilkan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Setiap penari akan membawa jenis kendang yang berbeda. Kendang yang akan dibawa oleh penari antara lain  kendang kerep, kendang arang, kendang imbal, kendang trinthing, dan kendang keplak. Saat memukul kendang juga ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi untuk setiap jenis kendang.

"Apabila penari memukul kendang kerep, imbal 1, dan keplak harus dipukul dengan seluruh telapak tangan. Untuk kendang arang dan imbal 2 harus dipukul dengan tangan bagian ujung," terangnya.

Berbeda pula pada kendang trinthing, kendang akan dipukul dengan alat pukul yang bernama trunthung. Dijelaskan bahwa para penari reog kendang akan mengenakan kostum layaknya para prajurit zaman dahulu. 

Dalam pertunjukkannya, para penari akan mengenakan baju lengan panjang dengan kain penutup dada dengan motif berwarna kuning. Selanjutnya, pada bagian bawah menggunakan celana panjang selutut dengan atribut, seperti stagen, kain batik dan sampur yang berwarna. 

Baca Juga : 10 Olahan Mi Paling Populer Versi TasteAtlas, 1 dari Indonesia

Pada bagian kepala, para penari akan menggunakan ikat kepala, sumping dan iket yang melingkari kepalanya. Pada bagian kaki, penari mengenakan kaus kaki dan klinthingan. Para penari juga menggunakan beberapa aksesoris, seperti gelang tangan dan juga keris.

Penari kendang juga sekilas memiliki gerakan tari yang khas, yaitu dengan membukukkan badan. Kondisi ini merujuk pada kisah saat para penari membawa alat musik kendang saat perjalanan dari Kerajaan Bantarangin ke Kerajaan Daha.

Sementara, ada versi lain yang menyebutkan bahwa badan yang membungkuk karena para gemblak yang taat, setia dan patuh kepada warok. Dalam kesenian reog kendang, warok dianggap sebagai pawang atau bomoh. 

Tari reog mempunyai gerakan dasar yang diberi nama baris, sundangan, andul, menthokan, gedjoh, ngongak sumur, midak kecik, lillingan, kejang, patetan, dan iter. Kesenian reog kendang khas Tulungagung akan menampilkan tarian yang energik dan ekspresif. Alat musik yang dimainkan oleh pengiring pada saat koreografi antara lain, kenong, gong, kempul dan slompret. Sementara lagunya menyesuaikan lagu yang tengah populer di kalangan masyarakat.

Berdasarkan informasi yang berhasil ditelusuri Linaili, kesenian reog kendang pada awalnya hanya dipentaskan pada waktu-waktu tertentu saja. Tarian ini biasanya akan dipentaskan pada saat ada acara-acara besar di Kabupaten Tulungagung, seperti upacara perkawinan, khitanan dan upacara tradisional khas Jawa Timur, seperti upacara nadar (panen garam). Namun, kini tarian reog kendang sering dipentaskan di berbagai festival budaya, baik itu tingkat daerah maupun tingkat nasional.

"Kesenian Tari reog kendang ini sampai sekarang masih di minati banyak orang, khususnya seorang pelajar yang sering kali mementaskannya. Karena sekarang ini sudah banyak sekolah-sekolah yang sudah memiliki alat reog kendang," jelasnya lagi.

Penanaman nilai-nilai moral pada seorang pelajar dapat dilakukan melalui sebuah kesenian seperti reog kendang khas Tulungagung. Kesenian ini selain harus dilestarikan, tentu akan mengajarkan siswa memiliki perilaku yang baik, berlatih bekerjasam dalam kelompok, bertanggungjawab, disiplin dan saling menghargai ketika berproses dalam menciptakan pertunjukan kesenian tersebut. 


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya reog tulungagung reog ponorogo reog kendang



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aries Marthadiharja

Editor

Dede Nana