free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Tradisi Ambengan, Salah Satu Kearifan Lokal yang Masih Eksis di Desa Suwaru Tulungagung

Penulis : Aries Marthadiharja - Editor : A Yahya

21 - Jun - 2024, 19:45

Placeholder
Tradisi Ambengan, salah satu kearifan lokal yang masih dijumpai di Kabupaten Tulungagung. (dok. Tangkapan layar Facebook/Kacamata Tulungagung)

JATIMTIMES - Kabupaten Tulungagung masih menyimpan dan merawat tradisi kearifan lokal yang disebut ambengan. Tradisi ini masih dapat ditemukan hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Tulungagung. Salah satu daerah yang masih melestarikannya adalah masyarakat di Desa Suwaru, Kecamatan Bandung.

Berdasarkan keterangan Ayu Noorina Patricia, mahasiswi UIN SATU Tulungagung yang pernah menggali tradisi ambengan yang ada di Desa Suwaru menjelaskan ambengan sejatinya berasal dari kata ambeng. Dalam bahasa Jawa, menurut kamus Bausastra istilah ambeng merujuk pada nasi yang disajikan ketika ada acara selamatan dalam masyarakat Jawa.

Baca Juga : Haul Bung Karno ke-54: Pemerintah Kota Blitar Gelar Kenduri 1000 Tumpeng dan Doa Lintas Agama

"Ambengan atau ambeng merupakan makanan yang umumnya terdiri dari lodho ayam dan nasi gurih berwadahkan ember plastik," jelas Ayu saat menggambarkan tradisi ambengan di Desa Suwaru.

Menu yang ditemukan dalam nasi ambeng tersebut, ada pula masyarakat lokal yang menambahkan gudangan, serundeng, dan kue apem.

Istilah lodho di Tulungagung memang menjadi salah satu kuliner andalan. Lodho dimaknai sebagai sajian kuliner berupa ayam utuh yang diolah dengan cara dipanggang dan dimasukkan ke dalam kuah santan yang telah diberi bumbu rempah lalu dimasak hingga matang dan bumbunya meresap.  Sementara, nasi gurih ini berupa nasi yang dimasak menggunakan santan dan sedikit garam. 

"Tradisi ambengan ini sudah sejak lama menjadi kegiatan rutin bagi warga Desa Suwaru dan sudah turun temurun dilakukan sejak puluhan tahun yang lalu hingga berlanjut sampai sekarang," terang Ayu.

Tradisi ambengan ini biasanya dilakukan oleh warga Desa Suwaru yang dilaksanakan di masjid atau musala terdekat. Masyarakat kemudian berkumpul, mulai dari anak kecil, orang dewasa, hingga lanjut usia baik pria maupun wanita datang ke masjid atau musala dengan membawa hidangan ambeng untuk dinikmati bersama. 

Tradisi ini sejatinya belum lama dilaksanakan, karena biasanya rutin digelar usai kegiatan shalat Idul Adha maupun Idul Fitri. Selain itu, tradisi ambengan juga sering dilaksanakan setelah doa bersama saat acara megengan. 

Nasi ambeng yang dibawa akan dibagi rata, biasanya untuk satu ambeng dibagi untuk 4 orang dengan duduk melingkar dan dimakan bersama-sama. Apabila tidak habis saat dimakan bersama biasanya dibungkus dengan kertas nasi atau daun yang telah disediakan untuk dibawa pulang ke rumah.

"Masyarakat di sini biasanya menjalankan tradisi ini pada saat Idul Adha, Idul Fitri, dan acara megengan," terang Ayu.

Baca Juga : Meriahkan HUT Bhayangkara, Polres Tulungagung Gandeng Dinas Perkim Bedah Rumah Warga

Momentum Idul Fitri, tradisi masih dilestarikan sebagai bentuk rasa syukur dan nikmat dari Allah Swt setelah berperang melawan hawa nafsu selama bulan Ramadhan. 

Sementara ketika Idul Adha tradisi ini dilakukan karena akan diadakannya penyembelihan hewan kurban sebagai wujud mendekatkan diri kepada Allah Swt, rasa syukur, dan ketaatan manusia kepada sang pencipta. 

Tradisi ambengan juga biasa dilaksanakan saat Bulan Ruwah dalam kalender Jawa, masyarakat Desa Suwaru sering menyebutnya dengan istilah megengan yang dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan.
 
Tradisi ambengan yang masih lestari juga menjadi wadah silaturahmi bagi para warga agar senantiasa menjaga ketenteraman hidup, tidak ada permusuhan, sehingga perpecahan dapat terhindarkan, serta sebagai tanda awal kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Tradisi ini juga memiliki nilai sedekah karena ada unsur saling berbagi, sehingga semua orang turut merasakan kebahagiaan, melestarikan budaya dan tradisi leluhur, serta untuk memperkaya nilai-nilai spiritual.

"Tradisi ambengan bukan hanya tentang makan bersama dan sekadar menghadirkan kehangatan dalam perayaan Idhul Fitri, Idul Adha, maupun sambutan akan datangnya bulan Ramadhan, akan tetapi tradisi ini merupakan hal yang harus dijaga serta dilestarikan agar tidak hilang budayanya," pungkas Ayu.


Topik

Peristiwa Tulungagung Ambengan tradisi jawa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aries Marthadiharja

Editor

A Yahya