JATIMTIMES - Dalam sebuah perjalanan menuju Baitul Maqdis untuk menyelesaikan perjanjian Palestina dengan pihak gereja di Jabiah, Khalifah Umar bin Khattab bersama dengan Amr bin Ash dan Syurahbil bin Hasanah. Dalam perjalanannya, Umar bin Khattab sempat marah kepada seekor kuda yang ia tunggangi. Kisah inipun telah dijelaskan dalam sebuah buku berjudul Al-Faruq Umar. Lanyas mengapa sampai Umar marah dengan seekor kuda ?.
Dalam buku karya Muhammad Husain Haekal yang diterjemahkan oleh Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu", bahwa kuda yang ditunggangi oleh Umar itu sejatinya bukan merupakan kuda pengganti dan bukan kuda asli milik Umar.
Baca Juga : Operasi Sikat Semeru, Polres Batu Sita 1.566 Botol Miras Oplosan dan Amankan 10 Tersangka
Kuda milik Umar saat itu mengalami cedera pada kakinya, sehingga tak dapat ditunggangi. Maka dari itu, sebagai gantinya, dibawakan seekor kuda beban yang biasa memang digunakan untuk mengangkut beban.
Umar sendiri sebelumnya memang tak pernah menunggang kuda beban. Kemudian berangkatlah Umar melakukan perjalanan dengan menunggangi kuda tersebut. Saat berjalan, kuda yang ditunggangi Umar bertingkah begitu aktif dan hal ini menimbulkan gerakan yang membuat genta atau lonceng kecil berbunyi. Umar pun merasa tidak nyaman dan menyukai apa yang dilakukan kuda yang ditungganginya.
Setelah itu, Umar kemudian turun dari kuda dan langsung berjalan ke arah kepala dan wajah kuda. Seketika itu, Umar kemudian menampar muka kuda tersebut dengan sebuah mantel yang ia bawa.
Saat itu Umar juga berkata, "Jelek sekali tingkah lakumu yang begitu angkuh!".
Meski sempat memarahi kuda tersebut, namun, Umar bukan sosok yang kejam. Kemudian Umar beristirahat dan kuda beban tersebut juga diistirahatkan. Setelah beristirahat selama beberapa waktu, Umar bersama rombongan dan kuda beban itu kembali melanjutkan perjalanan yang masih kurang beberapa hari lagi untuk sampai ditujuan.
Meski Umar kurang nyaman menunggangi kuda beban, perjalanan Umar menunggangi kuda beban ini kemudian sampai di Kota Baitulmukadas. Saat itu, ia disambut oleh Uskup Agung Severinus dan pembesar-pembesar kota dengan ramah dan penuh keakraban.
Baca Juga : Tangki Terminal BBM Bocor, DPRD Jatim: Pertamina Harus Tanggungjawab Penuh
Umar sendiri bukan sosok yang kejam terhadap hewan. Kisah lainnya yang diriwayatkan Hisyam bin Hubaisy, bahwa satu ketika dalam sebuah perjalanan Umar beristirahat bersama dengan para sahabat. Ia turun dan langsung mengikatkan kuda miliknya.
Ternyata pada tempat istirahat Umar, ada kafilah lain dari suatu kaum yang juga sedang beristirahat. Mereka saat itu juga menunggangi sebuah kuda, dan ketika beristirahat mengingatkan kuda mereka.
Umar melihat ada kuda yang diikatkan dengan begitu dekat, sehingga membuat kuda tersebut tidak bebas bergerak. Umar pun marah dan kemudian mendatangi kafilah tersebut. Umar kemudian bertanya tentang kepemilikan kuda tersebut, "Milik siapa hewan ini?". Pertanyaan Umar kemudian direspon oleh seorang laki-laki yang berkata, "Milik saya!"
Setelah itu, Umar yang marah berkata, "Buruk sekali perangaimu! Engkau sakiti hatinya, engkau pukul punggungnya, dan ketika dia mendapatkan rezeki (makan), engkau kumpulkan kedua tulang dari tulang belulangnya."