JATIMTIMES - Sejumlah 100 ribu jemaah Indonesia nekat ibadah haji secara ilegal. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan umrah dekat dengan bulan haji, sehingga visanya menggunakan visa ziarah.
Fenomena ini kembali terulang pada tahun sebelumnya, di mana Kementerian Luar Negeri Arab Saudi melaporkan ada 100.000 orang Indonesia yang umrah tapi tidak kembali ke Tanah Air. Mereka memilih bertahan di Arab Saudi untuk ibadah haji.
Baca Juga : Keistimewaan Puasa Awal Dzulhijjah: Diampuni Dosa 2 Tahun
Banyaknya jemaah haji ilegal yang mencoba melaksanakan ibadah haji tanpa melalui prosedur resmi memicu keprihatinan berbagai pihak, termasuk Ustaz Adi Hidayat. Menurut UAH-sapaan akrab Ustaz Adi Hidayat, ibadah erat kaitannya dengan keberkahan. Di mana setiap melaksanakan ibadah tentu yang diharapkan adalah mendapat keberkahan.
"Seluruh kegiatan yang kita lakukan. Khususnya dalam keseharian, terlebih dalam konteks ibadah (mengharapkan keberkahan)," jelas UAH, dilansir YouTube Adi Hidayat Official, Sabtu (8/6).
"Bagaimana ibadah kita melahirkan berkah, bertambahnya nilai kebaikan dan konsistensi mempertahankan itu sampai kita berpulang," tambah UAH.
Lebih lanjut UAH menjelaskan bahwa mulai dari proses ibadah hingga selesai menunaikannya, dan mendapatkan hasilnya harus disertai dengan kebaikan. Termasuk ibadah haji, kata UAH, dikatakan berkah, apabila disiapkan dengan baik, dilakukan dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik.
"Merubah pelakunya menjadi lebih baik," jelasnya.
UAH pun menilai jika konteks baik dalam ibadah haji tidak cukup hanya dengan menunaikan rukunnya saja. Namun harus dilihat tentang tertib prosesnya, adab yang benar. Sehingga dalam pelaksanaan ibadah akan melahirkan ketenangan, tidak gelisah, tidak khawatir karena dilakukan dengan cara-cara yang benar.
"Pun demikian ada akhlak yang mengiringi, sehingga dalam konteks beribadah itu kita juga harus melakukan dengan cara-cara yang dibenarkan secara syariat dan hukum yang berlaku," jelasnya.
"Jadi teman-teman yang umrah ini (hendak mengikuti haji ilegal) mesti segara kembali ke negara masing-masing dan tidak diperkenankan bagi visa yang berlaku itu untuk ibadah haji," tambah UAH.
Tak heran jika saat ini Pemerintah Arab Saudi memberlakukan sistem yang ketat. Mulai dari razia hingga pengecekan yang cukup ketat.
Baca Juga : Viral Situs Indosarang, Warga Korea Diduga Rasisme ke Warga Indonesia
"Untuk itu, sesungguhnya ini adalah konfirmasi tanda awal bahwa ibadah yang sangat penting. Ibadah yang memiliki nilai yang sangat tinggi, juga harus disertai dengan menjunjung etika yang tinggi pula, ketertiban yang tinggi pula," jelasnya.
"Apakah kita mendapatkan sesuatu bila kita menunaikan itu (ibadah) semua dengan perasaan khawatir? Sembunyi-sembunyi, terkadang juga harus melakukan tindakan yang tidak sepantasnya tidak sepatutnya. Memasukkan identitas itu bukan hal yang bisa dianggap benar," imbuh UAH.
UAH juga mengimbau agar jemaah haji ilegal tidak memaksa untuk melaksanakan ibadah haji. Apalagi jika cara yang dilakukan bisa menimbulkan keresahan hingga berisiko untuk penyelenggaraan jemaah haji secara umum.
Penyelenggara ibadah haji dalam hal ini pemerintah, kata UAH perlu memperketat aturan soal haji dan umrah. Terutama bagi jemaah haji yang nekat pakai visa ziarah untuk beribadah haji.
"Untuk travel, jangan mengambil risiko yang tinggi dengan mencoba menawarkan fasilitas tapi pada akhirnya juga menimbulkan persoalan-persoalan yang cukup serius (kepada jemaah)," jelasnya.
"Kepada Jamaah, ya mesti ditimbang, mesti diketahui bila memang ada rezekinya, yang haji-haji menggunakan visa turis tuh kan biayanya cukup besar, mengapa tidak dialihkan ke haji khusus saja, yang jelas mendapatkan visa haji-nya," tambah UAH.
Dengan demikian, UAH berpesan bahwa ibadah haji dengan proses, pelaksanaan yang benar, sesuai dengan syariat dan hukum, maka pahala yang didapatkan pun akan benar.