JATIMTIMES - Merasa mengantuk merupakan hal yang wajar dialami. Namun, mengantuk secara terus-menerus bisa jadi merupakan gejala masalah kesehatan yang lebih serius.
Salah satu penyakit yang mungkin sedang menghampiri Anda adalah Narkolepsi. Melansir berbagai sumber, Narkolepsi atau serangan tidur adalah penyakit tidur kronis yang yang ditandai dengan rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari dan menimbulkan serangan tidur.
Baca Juga : DKPP Kota Blitar Gencarkan Pemantauan Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 2024
Orang yang mengalami Narkolepsi mengalami kesulitan untuk tetap terjaga pada kondisi apapun. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan dalam menjalani aktivitas sehari- hari.
Narkolepsi terkadang diikuti oleh hilangnya kekuatan (tonus) otot atau katapleksi. Akibatnya penderita narkolepsi akan merasa lemas seketika.
Penyebab Narkolepsi
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Radang otak (ensefalitis)
- Multiple sclerosis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi, yaitu:
- Usia 10–30 tahun
- Kelainan genetik
- Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
- Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
- Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
- Stres
Gejala Narkolepsi
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang umum terjadi:
1. Kantuk yang berlebihan pada siang hari
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
2. Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
3. Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel. Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.
4. Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
5. Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya, seperti:
- Gangguan ingatan
- Sakit kepala
- Depresi
- Binge eating disorder
- Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
Gejala narkolepsi berbeda dengan hipersomnia. Pada hipersomnia, penderita masih dapat terjaga walaupun merasakan kantuk berat. Selain itu, penderita hipersomnia tidak mengalami sleep paralysis, halusinasi, dan katapleksi.
Proses tidur penderita narkolepsi berbeda dengan orang normal. Proses tidur yang normal terbagi menjadi dua fase, yaitu fase REM (rapid eye movement) dan fase non-REM, seperti dijelaskan di bawah ini:
Fase non-REM
Baca Juga : Tanpa Mengurangi Porsi Makan, Diet Bisa Dilakukan dengan Tips Ini
Fase non-REM terdiri dari tiga tahap yang masing-masing tahapnya bisa berlangsung selama 5–15 menit. Berikut adalah tahapannya:
- Tahap 1, yakni ketika mata telah tertutup. Meski begitu, orang yang masih tertidur pada tahap ini masih mudah dibangunkan.
- Tahap 2, yakni ketika detak jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Hal tersebut menjadi tanda bahwa tubuh telah siap untuk tahap tidur yang lebih nyenyak.
- Tahap 3, yakni ketika orang yang tertidur akan lebih sulit untuk dibangunkan. Jika dibangunkan, orang tersebut akan merasa linglung selama beberapa menit.
Fase REM
Fase REM terjadi setelah seseorang tertidur selama 90 menit. Pada fase ini, detak jatung dan napas akan bertambah cepat. Fase REM akan terjadi secara bergantian dengan fase non-REM.
Fase REM tahap pertama biasanya akan terjadi selama 10 menit. Durasinya akan terus bertambah pada tahap berikutnya hingga tahap terakhir yang bisa berlangsung selama 1 jam.
Normalnya, orang yang tertidur akan memasuki fase non-REM terlebih dahulu. Namun, pada penderita narkolepsi, proses tidur akan langsung memasuki fase REM, baik saat bersiap untuk tidur maupun saat terbangun dan beraktivitas. Kondisi inilah yang kemudian menimbulkan gejala narkolepsi.
Pengobatan Narkolepsi
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya. Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan begitu, aktivitas pasien tidak terganggu.
Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat-obatan. Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:
- Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
- Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan gejala katapleksi
- Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam tidur, meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
- Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk berlebih pada siang hari
- Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna meredakan rasa kantuk pada siang hari
Pencegahan Narkolepsi
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu, timbulnya gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
- Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan terlalu dekat dengan waktu tidur.
- Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
- Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
- Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak sebelum tidur.
- Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari merokok sebelum tidur.
- Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti membaca atau mandi air hangat.
- Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.