JATIMTIMES - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) mendorong anak-anak muda di Kabupaten Malang bisa menjadi petani atau yang biasa disebut sebagai petani milenial.
Kepala DTPHP Kabupaten Malang Avicenna Medisica Saniputera menyampaikan, bahwa salah satu hal yang menunjang peningkatan sektor pertanian yakni dengan mendorong anak-anak muda untuk menjadi petani milenial.
Baca Juga : Bus Study Tour Rombongan Murid SD OKU Timur Terguling, Berikut Daftar Korban Meninggal dan Luka
Pria yang akrab disapa Avicenna ini menuturkan, bahwa dorongan agar anak-anak muda menjadi petani milenial merupakan upaya untuk memperkuat dari hulu sebelum sampai di hilir.
Selain itu, menurut Avicenna memunculkan petani milenial juga sebagai upaya untuk regenerasi dan kaderisasi para petani. Pasalnya, sebanyak 90 ribu lebih petani di Kabupaten Malang didominasi petani yang berusia 40 tahun ke atas.
"Petani milenial yang berusia 19 sampai 40 tahun yang resmi terdata di kami ada sekitar 9.374 orang," ujar Avicenna kepada JatimTIMES.com.
Dari jumlah petani milenial tersebut, Pemkab Malang melalui DTPHP juga telah melakukan intervensi kepada para petani milenial di Kabupaten Malang melalui program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS) yang dibiayai oleh International Fund for Agricultural Development (IFAD).
"Yang sudah kita intervensi dari tahun 2021-2023 itu sekitar 6.610 petani milenial," tutur Avicenna.
Pihaknya pun menargetkan di tahun 2024 ini, DTPHP Kabupaten Malang dapat mengintervensi sekitar 2.000 petani milenial agar dapat mengembangkan usahanya di sektor pertanian yang dimulai dari hulunya.
Sementara itu, pihaknya mengambil contoh anak muda yang saat ini hanya tertarik di hilirnya saja. Salah satunya para peracik atau pembuat kopi atau yang biasa dikenal dengan sebutan barista.
Baca Juga : Bupati Malang Dorong Festival Bantengan di Balekambang Jadi Event Wisata Nasional
"Sekarang banyak yang suka di hilir. Jadi barista. Sekarang di lahan ini harus ada lah, segmentasi pasar tenaga kerja sumber daya manusia untuk produksi lahan," kata Avicenna.
Di mana biji kopi yang digunakan merupakan hasil perawatan dan budidaya yang dilakukan oleh para petani di pedesaan yang berusia lebih dari 40 tahun atau jauh dari kata milenial.
"Maka ini harus kita giatkan terus bagaimana anak-anak muda mau terjun di pertanian kopi," tutur Avicenna.
Lebih lanjut, pihaknya mengajak seluruh masyarakat, utamanya para anak muda agar dapat menggaungkan wisata yang berbasiskan wisata agro seperti pertanian kopi. Salah satu target sasarannya adalah anak muda.
"Ayo kita boomingkan wisata yang berbasiskan agro, agar bisa mendapat perhatian di hati anak-anak muda. Sehingga nanti mereka menemukan ketertarikan, mereka menemukan nilai tambah di situ sehingga mereka mau terjun di profesi sebagai petani kopi," pungkas Avicenna.