JATIMTIMES - Gula sering menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita, mulai dari makanan hingga minuman. Namun, tahukah kamu bahwa konsumsi gula berlebih bisa mempengaruhi stabilitas emosi?
Menurut Dokter Umum GWS Medika dr. Bandoro MS, asupan gula yang tinggi dapat menyebabkan fluktuasi emosi yang drastis. Ketika seseorang makan gula terlalu banyak, maka gula darah akan naik secara cepat dan berlebihan.
Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu, Fungsi Facial Wash dan Facial Foam itu Berbeda!
"Kondisi ini mengagetkan buat tubuh. Karena kaget, sehingga tubuh mengeluarkan insulin secara berlebihan, biar cepat turun nih gulanya," jelas Bandoro, melalui akun Instagram pribadinya @bandoromd.
Namun kata Bandoro, yang menjadi masalah adalah jika insulin keluar berlebihan, maka gulanya juga turun berlebihan di bawah kadar ideal. Istilah medisnya Reaktif Hipoglycemia.
"Lagi-lagi tubuh tidak suka dengan ketidakstabilan ini ya. Dia akan mendorong kamu untuk craving dan nyemil lagi biar kadar gulanya naik," jelasnya.
"Dan ini yang penting banget, biar gula darah naik, otak akan minta tubuh untuk ngeluarin cadangan gula secara cepat," imbuh Bandoro.
Ada beberapa hormon yang akan berusaha cepat untuk mengeluarkan gula cadangan dalam tubuh. Di antaranya, hormon Epinefrin, Norepinefrin, dan Kortisol.
"Dan hormon-hormon di atas adalah hormon stres. Ini yang membuat mood kamu jadi jelek, rasanya tidak senang. Seperti cemas, impulsif, bahkan gemeteran. Selain itu, emosi kita juga jadi gak stabil," pungkas Bandoro.
Sebuah studi prospektif pada tahun 2017 menemukan hubungan positif antara konsumsi gula yang tinggi dengan gangguan mental. Hasilnya, disimpulkan bahwa asupan gula dari makanan dan minuman manis memiliki efek buruk pada kesehatan psikologis jangka panjang.
Oleh karenanya, bagi seseorang yang memiliki gejala kesehatan mental yang berulang dapat menerapkan gaya hidup dengan menstabilkan gula darah. Berikut ini 3 cara yang perlu diterapkan menjaga kesehatan mental.
• Mengurangi dan mengelola stres
Baca Juga : Ketua MUI Kritik Sambutan Masyarakat yang Menjamu Biksu di Masjid
Stres telah terbukti berdampak negatif terhadap regulasi glukosa darah. Secara khusus, perubahan hormonal selama stres akut dan kronis dapat mempengaruhi keseimbangan glukosa.
• Perbanyak asupan protein dan serat
Protein memiliki indeks glikemik (GI) yang rendah, yang berarti berdampak rendah terhadap kadar gula darah. Makanan berserat juga terbukti memiliki nilai GI yang lebih rendah jika dibandingkan dengan makanan olahan.
• Kurangi asupan minuman manis dan karbohidrat olahan
Pola makan tinggi karbohidrat olahan, termasuk minuman manis, memiliki nilai GI tinggi dan berhubungan dengan regulasi gula darah yang tidak stabil.
Demikian penjelasan medis soal konsumsi gula berlebih dengan kestabilan mood. Semoga bermanfaat.