JATIMTIMES - Warga RT 06 RW 08 Kelurahan Karangbesuki Kecamatan Sukun, Perumahan Sigura-gura Residence mengeluh atas keberadaan saluran drainase yang dinilai kurang berfungsi optimal. Hal tersebut disinyalir menjadi penyebab banjir yang terjadi selama beberapa tahun terakhir.
Bahkan menurut Sekretaris Paguyuban Sigura-gura Residence, Wahyu Dani banjir paling parah terjadi pada November 2023 lalu. Dimana banjir yang terjadi mencapai ketinggian se leher orang dewasa. Ia bersama warga lain, hal itu akibat drainase yang diduga tak berfungsi optimal karena tertutup bangunan.
Baca Juga : Jurnalis Sampang Bersatu Gelar Aksi Damai Tolak RUU Penyiaran
"Masalahnya itu kan yang paling utama adalah banjir besar kemarin, itu banjir keempat kali dan yang paling parah. Waktu itu sampai seleher orang dewasa," ujar Wahyu, Senin (20/5/2024) siang.
Bahkan saat banjir terjadi di tahun 2023, pihaknya harus kesulitan melakukan evakuasi. Sebab juga terdapat warga lanjut usia (lansia) dan juga bayi. Ketinggian air yang hampir mencapai 2 meter, membuat proses evakuasi berjalan cukup susah.
"Bahkan sempat sampai kesulitan saat itu untuk mengevakuasi bayi karena tekanan air yang sangat tinggi. Proses evakuasi pun waktu itu sempat kesulitan karena tingginya air banjir itu sampai menenggelamkan mobil Toyota Rush, sisa atapnya saja," jelas Wahyu.
Pihaknya menduga, hal itu akibat drainase yang tak berfungsi optimal. Sebab, ada bangunan yang tak semestinya berdiri di atas lahan fasum.
"Tapi akhirnya waktu itu dalam 5 menit air tiba-tiba surut karena di pojokan itu ternyata ambrol. Kami tidak tahu kalau di pojokan itu ternyata ada saluran air yang besar sekali dan tembus ke arah Sungai Metro," tutur Wahyu.
Warga curiga bahwa terdapat saluran air di salah satu sudut perumahan tak berfungsi karena berdiri sebuah rumah. Yang seharusnya, lahan tersebut merupakan fasum. Pihaknya pun sempat berusaha mencari tahu kejelasannya, hanya saja warga tak mendapati kejelasan pengembang perumahan yang ditinggali.
"Akhirnya kemarin setelah kejadian banjir dan tembok roboh, kami berusaha memberikan PSU ke Pemkot, supaya kalau ada sesuatu kejadian lagi, bisa menjadi tanggungjawab Pemkot. Karena selama ini kami untuk memperbaiki tembok, itu swadaya kami," kata Wahyu.
Pihaknya mencatat bahwa banjir pertama terjadi pada tahun 2010. Hingga saat ini tercatat banjir sudah terjadi sebanyak 4 kali. Tentu warga pun tak ingin kejadian serupa terjadi kembali. Apalagi jika sampai membahayakan warga sekitar. Termasuk warga lansia dan bayi.
"Kami mengharap banjir bisa diantisipasi misalnya dengan memperbaiki saluran airnya, atau disesuaikan fungsinya. Terus kami dibantu memperbaiki tembok yang di sepanjang sungai. Karena kalau hujan, air itu sampai tembok, berarti kan aliran airnya sudah di atas jalan," tuturnya.
Baca Juga : Apa yang Terjadi di Iran Ketika Presiden Meninggal dan Masih Menjabat?
Hal tersebut juga disampaikan langsung kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang. Senin (20/5/2024), Sekretaris Komisi D DPRD Kota Malang, Ahmad Fuad Rahman mendatangi Sigura-gura Residence untuk mendengar keluhan warga secara langsung.
"Ternyata salah satu destinasi banjir ketika hujan itu ada di sini. Ketika kami dapatkan pengaduan dari warga kami cek dokumennya, ternyata yang di sini fasum. Kalau fasum kan berarti ada pelanggaran, membangun di atas fasum. Kalau kami dari DPRD ya berharap bisa dibongkar," ujar Fuad.
Dirinya pun menyarankan kepada warga untuk bersurat langsung ke DPRD Kota Malang. Tujuannya, agar DPRD Kota Malang dapat memfasilitasi upaya penyelesaian, dengan memanggil seluruh pihak yang bersangkutan. Baik Dinas PUPRPKP, pihak pengembang Sigura-gura Residence dan beberapa pihak terkait lainnya.
"Agar duduk permasalahannya bisa diselesaikan. Seperti PUPR, pihak pengembang, kemudian disamping ini juga Ubud. Hasil dari koordinasi warga juga Hotel Ubud akan dipanggil, kemudian paguyuban," pungkas Fuad.