JATIMTIMES – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur (Jatim) KH Ahsanul Haq mengunjungi Ponpes Al Ubaidah Kertosono, Nganjuk untuk memberi tausiyah kebangsaan kepada 888 peserta diklat dan tes calon mubalig-mubalighoh LDII yang akan diterjunkan di tengah masyarakat pada Selasa (14/5/2024).
Dalam kesempatan tersebut, KH Ahsanul menanamkan dan memperkuat nilai kebangsaan. Dia meminta para santri memperhatikan dengan baik budaya setempat, “Di dalam berdakwah kita harus mengetahui situasi, kondisi dan bahasa setempat, agar apa yang kita sampaikan lebih dipahami oleh masyarakat,” ujarnya.
Baca Juga : Ambisi Politik Hengky Kurniawan: Daftar Bakal Calon Bupati di Blitar dan Bandung Barat
Memperhatikan budaya itu penting, karena tidak semua orang suka dengan kehadiran juru dakwah. Selain itu, dia meminta para santri memiliki mentalitas yang kuat sebagai pendakwah, “Yang penting semangat dakwah harus dijunjung tinggi jangan sampai kendor,” tambahnya.
Dia juga mengingatkan para santri, untuk memiliki sikap toleransi mengingat bangsa Indonesia yang majemuk. “Perlu sikap saling menghargai dan menghormati. Itu harus kita lakukan secara bersama-sama, baik antara ormas Islam maupun dengan elemen-elemen yang lain,” tutur KH Ahsanul.
Dia menambahkan persaudaraan antar ormas dan elemen harus tetap dijalin dan dipererat serta ditingkatkan, “Agar kehidupan di negara dan bangsa ini bisa berkesinambungan dari generasi ke generasi,” sambungnya.
Para juru dakwah LDII diharapkan mampu menjadi penerus estafet perjuangan bangsa Indonesia di masa mendatang.
Dalam kesempatan itu hadir pula Ketua DPW LDII Jawa Timur M. Amrodji Konawi bersama beberapa pengurus dan pengasuh serta pondok Ponpes Al Ubaidah Kertosono M. Amrodji Konawi berharap dengan kehadiran MUI Jatim untuk membekali para calon juru dakwah LDII dapat menyiapkan para santri agar saat mengabdi di tengah masyarakat dapat membawa nilai-nilai kebersamaan dan persatuan.
“Sebagaimana dalam program LDII yang memiliki delapan klaster program kerja. Dua di antaranya adalah nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan. Sebab, Indonesia ini merupakan bangsa yang besar yang agamanya tidak hanya satu,” ungkap Amrodji.
Baca Juga : Update Pesawat Angkut CJH Putar Balik karena Mesin Rusak, Kemenag Tegur Keras Garuda
“Negara kita ini adalah negara Pancasila, untuk itu kehidupan berbangsa dan bernegara ini harus berjalan terus, bukan hanya 100 atau 200 tahun saja, tapi sampai ila yaumil qiyamah,” tegasnya.
Sementara Pengasuh Ponpes Al Ubaidah, Habib Ubaidillah Alhasany, menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas kehadiran MUI Jatim. Habib Ubaid berharap pembekalan dari MUI ini mampu menjawab tantangan zaman yang selalu lebih berat dari tantangan pada tahun-tahun sebelumnya.
“Biasanya naluri manusia mengatakan dalam hatinya bahwa saya adalah yang terbaik, boleh saja dalam hati mengucapkan hal seperti itu, tetapi kalau dalam hubungan di tengah-tengah masyarakat jangan sekali-kali mengatakan ucapan tersebut. Untuk itu perlu penanaman toleransi yang sangat tinggi,” ujarnya.
Dia berharap para santri yang telah mengikuti Diklat di Ponpes Al Ubaidah, mampu mengembangkan wawasan kebangsaan, memiliki cinta yang besar terhadap bangsa dan negaranya, sekaligus terus membentengi diri agar tidak terpapar paham radikalisme.
