JATIMTIMES - Sebuah mobil rombongan berisikan keluarga dari Pondok Pesantren Sidogiri mengalami kecelakaan di perlintasan kereta api di Desa Patuguran, Kecamatan Rejoso, Pasuruan pada Selasa (7/5/2024).
Kecelakaan tersebut mengakibatkan 4 orang meninggal dunia. Para korban teridentifikasi sebagai Hj Munjiyah binti KH Noerhasan bin Nawawie dari Ponpes Sidogiri, Ning Maslahah binti Tohir (Sidogiri), Ning Aidah binti Mahfud (Gayam), dan Ning Alwiyah binti Ali (Kepuh, Kejayan).
Baca Juga : Rahmat Santoso Menunggu Restu Ketum PAN dan Gus Saladin Pondok PETA Tulungagung untuk Maju Pilkada Blitar
Sedangkan tiga lainnya luka-luka dan saat ini dirawat di Puskesmas Rejoso. Yakni M Rofiq Abdillah yang tak lain adalah pengemudi mobil kijang, serta dua penumpang lainnya atas nama M.Afulloh dan Nasruna.
Kabar ini tentunya membawa duka bagi Pondok Pesantren Sidogiri.
Sejarah Pondok Pesantren Sidogiri
Pondok pesantren pertama di Indonesia adalah Pondok Pesantren Sidogiri yang berdiri pada tahun 1718. Pondok pesantren ini didirikan oleh Sayyid Sulaiman dibantu oleh Kiai Aminullah.
Pendirian pondok pesantren ini menjadi salah satu peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Indonesia melalui pendidikan.
Pondok Pesantren Sidogiri didirikan oleh Sayyid Sulaiman, yang merupakan keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban asal Cirebon, Jawa Barat.
Ia adalah putra dari Sayyid Abdurrahman, seorang perantau dari Hadramaut, Yaman. Sedangkan ibunya bernama Syarifah Khodijah, putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Ada dua versi mengenai tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri, yaitu 1718 dan 1745.
Dalam sebuah catatan yang ditulis oleh Panca Warga pada 1963, disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan pada 1718. Namun, dalam surat lain yang ditandatangani oleh KA Sa'doellah Nawawie, tertulis bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan pada 1745.
Pada praktiknya, versi kedua ini yang dijadikan sebagai patokan hari lahir atau ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri setiap tahunnya.
Pendirian pondok pesantren Sidogiri diawali dengan pembabatan Desa Sidogiri di Pasuruan, Jawa Timur, yang dilakukan oleh Sayyid Sulaiman.
Baca Juga : RS Medika Utama Blitar Sumbang Kartu BPJS Ketenagakerjaan untuk Pekerja Informal dan Penyandang Disabilitas
Dalam hal ini, Sayyid Sulaiman dibantu oleh Kiai Aminullah, seorang santri sekaligus menantunya yang berasal dari Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Konon, Sayyid Sulaiman melakukan pembabatan Sidogiri, yang masih dalam bentuk hutan belantara dan tidak pernah ditinggali manusia, selama 40 hari.
Kendati demikian, Sidogiri tetap dipilih karena tanahnya dipercaya baik dan berbarakah.
Kepengurusan
Setelah didirikan, kepengurusan Pondok Pesantren Sidogiri dipegang oleh KH Aminullah sampai akhir abad ke-18, sebelum akhirnya diserahkan ke Kiai Mahalli, santri yang juga turut membabat Desa Sidogiri.
Pada awal 1800-an, Kiai Mahalli meninggal, sehingga posisinya digantikan oleh KH Abu Dzarrin, santri asal Magelang yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Sayyid.
Setelah itu, secara berturut-turut, kepengurusan Pondok Pesantren Sidogiri dipercayakan kepada KH Noerhasan bin Noerkhotim, KH Bahar bin Noerhasan, KH Nawawie, KH. Abd. Adzim bin Oerip, KH Abd. Djalil bin Fadhil, KH. Cholil Nawawie, KH. Abdul Alim, dan KH. A. Nawawi bin Abd. Djalil dari 2005 hingga sekarang.