free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Agama

Mengenal Arti Zuhud, Sikap Rasulullah yang Bisa Menjadi Teladan bagi Kaum Gen Z

Penulis : Mutmainah J - Editor : Yunan Helmy

27 - Apr - 2024, 13:35

Placeholder
Ilustrasi wanita sedang khusyuk beribadah. (Foto dari internet)

JATIMTIMES - Salah satu akhlak mulia dalam Islam adalah sifat zuhud. Setiap muslim diwanti-wanti agar memiliki sifat ini sesuai dengan teladan yang dicontohkan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya.

Sifat ini seharusnya bisa menjadi contoh sikap yang bisa diteladani bagi kaum gen Z. Mengingat, di zaman sekarang, sikap seperti ini sudah sangat jarang ditemukan. 

Baca Juga : Mengulik Kisah Raja Hayam Wuruk Restorasi Candi Simping untuk Makam Raden Wijaya

Dalam ajaran Islam, zuhud berarti mengesampingkan urusan dunia dan mendahului segala urusan akhirat. Zuhud hanya dapat dilakoni oleh orang-orang bertakwa.

Mengutip buku Tadabbur Cinta: Nyanyian Cinta Para Sufi oleh H. Ahmad Zacky El-Syafa, zuhud diartikan sebagai keadaan meninggalkan kehidupan dunia yang serba-materi. Ibnu Abbas RA menguraikan makna huruf-huruf yang terangkai dalam kalimat zuhud. Ia berkata: "Az-Zuhdu tsalatsatu ahrufin. Za', ha wa dal. Za' zadlil maʻad. Wa al-ha' hudan Iliddin. Waddalu dawamunala al-tha'ah."

Artinya, kata zuhud itu ada tiga huruf. Za', ha' dan dal. Huruf za' menunjukkan makna zad lil ma'ad yang berarti bekal untuk kehidupan akhirat. Huruf ha' menunjukkan makna hudan liddin yang mempunyai makna petunjuk untuk agama. Sedangkan huruf dal menunjukkan dawam ala al-tha'ah yang berarti selalu taat.

Sementara pada kesempatan yang berbeda, Ibnu Abbas RA juga mengatakan makna yang terkandung dalam kalimat zuhud. Menurut dia, huruf za' mempunyai arti tarku al-zinah (meninggalkan perhiasan), huruf ha' mempunyai arti tarku al-hawa (meninggalkan keinginan hawa nafsu), dan huruf dal menunjukkan makna tarku al-dunya (meninggalkan dunia).

Dalil yang menjelaskan  perilaku zuhud termaktub dalam Al-Quran Surah Al-Hadid Ayat 23,

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya: (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menegaskan keutamaan bersikap zuhud. Rasulullah SAW bersabda: "Jika di antara kamu sekalian melihat orang laki-laki yang selalu zuhud dan berbicara benar, maka dekatilah ia. Sesungguhnya ia adalah orang yang mengajarkan kebijaksanaan."

Arti Zuhud Menurut Ulama

Merangkum buku Syarah Adab & Manfaat Menuntut Ilmu oleh Muḥammad Ṣaliḥ ʻUthaymin, zuhud memiliki derajat yang lebih tinggi dari wara'.

Pengertian wara' adalah meninggalkan apa saja yang bisa membahayakan kehidupan seseorang. Sedangkan zuhud adalah meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhiratnya.

Sikap wara' adalah jika ada sesuatu yang tidak membahayakan sekaligus tidak ada manfaatnya, maka orang yang sekedar wara' tidak akan menghindarinya. Berbeda dengan sikap zuhud. Orang yang zuhud akan menjauhinya karena dia tidak akan berbuat kecuali yang membawa manfaat bagi kehidupan akhiratnya.

Diriwayatkan dari Imam asy-Syafi'i, beliau berkata: "Seandainya ada seseorang yang berwasiat agar memberikan sesuatu kepada orang yang paling berakal, maka harus diberikan kepada orang-orang yang zuhud.

Seandainya ada orang yang berkata, 'Saya berwasiat agar sesuatu ini diberikan kepada orang yang paling berakal, akan diberikan pada siapa?' Jawabannya, 'Kepada orang-orang yang zuhud'."

Sebab orang yang zuhud adalah orang yang paling berakal dan menjauhi segala yang tidak membawa manfaat bagi akhirat mereka. Namun ucapan Imam asy-Syafi'i ini tidak bisa dipakai secara umum karena wasiat, wakaf, hibah, pegadaian dan lainnya itu semua tergantung pada adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakat.

Sufyan Al-Tsauri menyatakan bahwa zuhud adalah memperkecil cita-cita, bukan memakan sesuatu yang keras dan memakai mantel yang kusut. Hal ini menjelaskan bahwa zuhud bukanlah sikap apa adanya yang mengesankan seseorang terlihat miskin.

Sedangkan menurut Syekh Ali Al-Daqaq, zuhud adalah sikap anti-kemewahan dunia, tidak berkeinginan membangun pondok (ribath) dan masjid. Adapun Yahya bin Muadz menyatakan bahwa zuhud membawa implikasi mendermakan harta benda, sedangkan cinta membawa implikasi mendermakan diri sendiri.

Contoh Zuhud Rasulullah SAW yang Dapat Dipelajari

Menyadur buku yang berjudul My Beloved Prophet tulisan Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi, berikut contoh zuhud Rasulullah SAW yang dapat dipelajari.

1. Selalu Memiliki Sifat Sederhana

Dalam sebuah hadis Muslim, saat Khalifah Umar ra masuk ke tempat Rasulullah, ia menemukan bahwa Beliau sedang berbaring di atas kasur serabut.

Menyaksikan hal tersebut, Umar berkata “ Ya, Rasulullah, Kisra dan Kaisar tidur begini dan begitu, sementara Engkau, Rasulullah, hanya tidur begitu.”

Selanjutnya, Rasulullah SAW menjawab, “Untuk apa bagiku dunia, Umar. Aku di dunia ini ibarat seorang penunggang yang berteduh di bawah pohon, kemudian setelah itu meninggalkannya dan pergi.”

2. Mendahulukan Kepentingan Umat

Dalam sebuah hadis sahih Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, tak akan membuatku bahagia jika emas itu harus menetap di tempatku selama tiga hari. Akan aku bagikan sekian dan sekian, kecuali sedikit aku pergunakan untuk membayar utangku.”

3. Selalu Merasa Cukup

Baca Juga : Lagi Diet, Lebih Cocok Konsumsi Ikan Tuna atau Salmon?

Allah pernah menawari Rasulullah SAW dua buah gunung untuk diubah menjadi emas dan perak. Hal ini terjadi saat beliau pulang dari Tha’if dalam keadaan sedih dan murung.

Tetapi, Rasulullah SAW menjawab, “Tidak Tuhanku, sehari saja kenyang, aku sudah memuji-Mu, yang sedikit dan cukup itu lebih baik daripada yang banyak tapi melenakan.” (HR. Muslim)

Tingkatan Zuhud

Zuhud dalam diri manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan. Mengutip buku Jalan Menggapai Ridho Ilahi yang disusun oleh Abul Aziz Ajhari dkk, menurut Imam Al Ghazali, tingkatan zuhud terbagi menjadi tiga tingkat, yakni:

• Berzuhud pada dunia, tetapi hatinya masih mencintai dunia.

• Zuhud orang yang meninggalkan dunia karena menginginkan akhirat.

• Zuhud orang yang tahu bahwa kehidupan dunia bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat.

Menurut Imam Ahmad, tingkatan zuhud dibagi menjadi tiga berdasarkan pemahaman seseorang, yakni:

- Orang awam yang menganggap bahwa zuhud adalah meninggalkan keharaman.

- Orang istimewa atau disebut dengan khawash yang menganggap zuhud merupakan kesadaran untuk meninggalkan hal-hal yang halal sekalipun melebihi kebutuhannya.

- Orang yang sangat istimewa atau disebut sebagai al-arifin. Orang ini menganggap zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang mengganggu dirinya untuk beribadah kepada Allah.

Faktor yang Memengaruhi Tingkatan Zuhud

Sifat dan watak seseorang pasti dipengaruhi berbagai faktor baik itu secara internal maupun eksternal. Berdasarkan buku Samudra Keteladanan Muhammad yang disusun oleh Nurul H Maarif, ada lima faktor umum yang dapat mempengaruhi sifat zuhud seseorang, yaitu:

• Memikirkan kehidupan akhirat dengan menganggap dunia sebagai ladang akhirat.

• Menyadari bahwa kenikmatan di dunia dapat mengganggu ibadah kepada Allah.

• Menumbuhkan keyakinan bahwa memburu kehidupan dunia sangat melelahkan.

• Menyadari bahwa dunia sebagai bentuk laknat Allah, kecuali zikir, belajar, mengajar, dan pekerjaan yang ditujukan hanya untuk Allah SWT.

Hikmah Memiliki Sifat Zuhud

Berdasarkan buku Mempertajam Mata Batin dengan Amalan Puasa Ya Man Huwa yang disusun oleh Halimatussa’diyah, keutamaan memiliki sifat zuhud adalah tidak ada rasa tamak pada harta dunia.

Dengan begitu, sifat zuhud seseorang akan selalu diiringi dengan perilaku gemar bersedakah atau berbagi kepada orang lain. Lebih lanjut, sifat ini menjadi bentuk takwa seseorang terhadap Allah SWT.

Sifat zuhud juga akan menumbuhkan rasa cinta hamba kepada Tuhannya dari dalam hati. Sebab, orang zuhud percaya bahwa dunia hanyalah sementara dan bersifat fana, seperti halnya dijelaskan pada Surat An-Nahl Ayat 96 di atas.

Dengan memiliki sifat zuhud, umat muslim dapat berlindung dari gemerlap dunia yang membuatnya lalai beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, umat muslim dilarang untuk terlena pada hal tersebut.

Sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam surat Fathir ayat 5, yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu, memerdayakanmu tentang Allah.


Topik

Agama Zuhud kajian Islami sifat Rasulullah sikap teladan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Yunan Helmy