JATIMTIMES - Di Amerika ada sebuah gereja dengan nama Fatimah, tepatnya bernama Our Lady Of Fatimah Church. Begitu juga gereja dengan nama Fatimah ada di India hingga Malaysia. Kenapa umat Katolik menggunakan nama anak nabi untuk gereja mereka?
Menurut YouTuber Aceh Zulfan Afdhilla melalui akun TikToknya @rabbanians.id, pada abad ke-12, ketika orang Kristen di Eropa mencoba merebut kembali kota-kota muslim di Eropa, khususnya di kawasan Spanyol.
Baca Juga : Ngeri, Seluruh Posisi Timnas Indonesia Diisi Pemain Naturalisasi
Kala itu, seorang ksatria Kristen bernama Goncelo Harmiglues itu menculik seorang putri muslim Andalus bersama rekan-rekannya dan dibawa kabur ke Portugal. Wanita muslim itu kemudian dibaptis dan dikristenkan. Namun dalam versi orang barat, wanita itu diceritakan jatuh hati dengan pria yang menculiknya, dan lalu perempuan muslim tersebut murtad.
Rupanya wanita muslim itu bernama Fatimah. Namun setelah dibaptis namanya diubah menjadi Ourena. Walaupun dia punya nama baptis, namun ia lebih dikenal dengan nama baptisnya, Fatimah. Maka jadilah nama kota di Portugal itu dengan sebutan Fatimah.
"Jadi nama Fatimah di gereja bukanlah dari nama anak Nabi Muhammad saw. Namun nama dari seorang wanita muslim yang telah dikristenkan, atau yang telah murtad," jelas Zulfan, dikutip Sabtu (6/4).
Lalu apa hubungannya dengan gereja? Jika Fatimah dikenal sebagai nama kota, lalu kenapa ada gereja dengan nama Fatimah di Amerika, India hingga di Malaysia?
Menurut Zulfan, ini ada hubungannya dengan peristiwa unik yang diklaim oleh penganut Kristen Katolik bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi sebagai peristiwa mukjizat. Di mana katanya Bunda Maria itu diklaim menampakkan dirinya di Kota Fatimah atau disebut juga dengan peristiwa Marian Apparition atau penampakan Maria.
"Peristiwa itu terjadi pada tahun 13 Mei 1917. Dimana ada tiga anak penggembala yang bernama Lucas, Fransisco dan Jasinta itu mengaku melihat penampakan Bunda Maria di hadapan mereka. Nah sosok Maria yang mereka lihat itu digambarkan memakai mantel putih, berpinggiran emas dan memegang rosario di tangannya," jelas Zulfan.
Lantas pada 13 Juni 1917, ketiga anak penggembala tersebut mengaku kembali melihat sosok Bunda Maria tersebut. Di mana Bunda Maria yang mereka temui itu mengungkapkan bahwa pada tanggal 13 bulan Oktober 1917 itu Bunda Maria akan menampakkan lagi ke khalayak umum, agar semua orang percaya dan agar peperangan akan berakhir. Kebetulan ketika itu sedang terjadi perang dunia pertama.
Akhirnya pada tanggal 13 Oktober tahun 1917 itu, setelah berita nubuatan itu tersebar, orang-orang kemudian mulai memenuhi kota Fatimah di Portugal untuk melihat ramalan yang diungkapkan oleh ketiga pengembala tadi. Di mana Bunda Maria disebut akan menampakan diri dan menampakan mukjizatnya di sana.
Lalu setelah mereka berkumpul dan berharap cemas agar dapat melihat mukjizat Itu, cuaca pun gerimis dan hujan pun turun. Namun menurut beberapa saksi, setelah hujannya reda dan matahari muncul di balik awan mendung yang pecah, ada yang mengatakan jika matahari yang dilihatnya itu seolah-olah berputar mendekati bumi.
"Nah, masalahnya testimoni dari orang-orang yang melihat peristiwa itu sebagaimana yang dikumpulkan oleh Pastor De Maraki, itu berbeda-beda. Jadi ada yang mengaku melihat matahari yang mendekat yang semakin mendekat, ada pula yang mengaku melihat matahari yang menari-nari, ada juga yang mengaku melihat matahari yang dihiasi warna-warni di sisi-nya di sekelilingnya. Bahkan ada pula yang mengaku tidak melihat hal menakjubkan apapun," terangnya.
Nah beberapa Teolog, Scientist, Skeptis mengumgkap bahwa sebenarnya yang terjadi di sana adalah fenomena ilmiah seperti biasa saja. Seperti yang diungkapkan oleh Benjamin Radford.
Baca Juga : 10 Hewan dengan Masa Hidup Paling Singkat di Dunia, Ada Yang Hanya 24 Jam
"Namun hanya karena faktor kekuatan, sugesti, motivasi dan keyakinanlah yang membuat fenomena science pada matahari itu seolah-olah menjadi hal yang ajaib," ujar Zulfan.
Seorang teolog bernama Lisa J Swebel dalam bukunya itu menyatakan bahwa sulit untuk mempercayai pengakuan-pengakuan penglihatan keajaiban itu. Karena memang masing-masing orang itu memberikan pernyataan yang berbeda.
"Dan yang mengecewakan lagi adalah di hari itu yang seharusnya mereka melihat penampakan Maria, sebagaimana yang yang dijanjikan, malah tidak terjadi. Pada hari itu mereka hanya melihat matahari dan karena itu peristiwa itu hanya dinamai sebagai keajaiban matahari (Miracle of the Sun) tanpa ada nama Bunda Maria," ungkap Zulfan.
Setelah peristiwa itu, kekecewaan juga datang pula dari Pastor John De Marchi yang menuliskan bahwa peperangan itu masih terjadi saja, setelah tanggal 13 Oktober 1917. Padahal nubuatannya setelah tanggal itu peperangan akan berakhir.
Walaupun penampakan Maria itu tidak terlihat di peristiwa bulan Oktober itu, namun mereka tetap percaya jika Maria itu memang telah menampakan diri kepada 3 anak pengembala tersebut, sebanyak 6 kali di waktu-waktu yang lain. Dan setelah peristiwa itu terjadi, kemudian mulai banyak yang berkunjung ke kota Fatimah untuk berziarah. Dan dibangunkanlah Monumen Kapel dan Basilika di sana.
Akhirnya pada tahun 1930, pusat gereja Katolik secara resmi mengakui penampakan Maria itu yang terjadi di sana dan layak untuk dipercaya. Sejak saat itulah Bunda Maria menjadi ikon kota Fatimah dengan sebutan Our Lady of Fatimah atau Santa Maria atau Bunda Maria dari kota Fatimah.
Nah, kemudian penganut Katolik yang berafiliasi dengan mereka membangun gereja di luar Portugal dengan nama Our Lady of Fatimah Church atau Fatimah Church, yakni gereja Bunda Maria dari Fatimah.
"Jadi fix ya nama Fatimah di gereja itu tidak ada kaitannya dengan anaknya Nabi Muhammad SAW. Tidak ada kaitannya dengan Fatimah binti Rasulullah. Dan di Indonesia sendiri ada beberapa gereja dengan nama Fatimah, namun itu biasanya disebut dengan Gereja Santa Maria dari Fatimah," tandas Zulfan.