JATIMTIMES - Imam Besar Madinah Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaily menjelaskan ada 4 tingkatan i'tikaf pada 10 hari terakhir Ramadan. Tingkatan tersebut diurutkan berdasarkan tingkat pahalanya yang paling baik hingga baik, dengan kondisi-kondisi tertentu.
Berikut ini 4 tingkatan i'tikaf menurut ulama kelahiran tahun 1964 di wilayah Al-Qassim di Arab Saudi yang terkenal dalam bidang dakwah dan pengajaran agama Islam tersebut, dilansir YouTube ShahihFiqih, dikutip 4 April 2024:
Baca Juga : Ini 5 Artis Hollywood yang Tertarik Belajar Islam dan Al-Quran, Terbaru Ada Will Smith
1. I'tikaf siang dan malam di 10 hari terakhir Ramadan
Jika ada yang mampu untuk i'tikaf di 10 hari terakhir Ramadan, siang dan malam maka itu adalah amal terbaik, dan juga sesuai dengan sunnah Nabi saw.
2. I'tikaf malam 10 hari terakhir Ramadan
Jika tidak mampu i'tikaf di siang hari, karena ia terikat kontrak kerja, sulit baginya untuk meninggalkan pekerjaannya, atau alasan lain. Maka, bisa i'tikaf di malam-malam 10 hari terakhir Ramadan.
I'tikaf bisa dimulai dengan datang ke masjid sebelum magrib dan berniat untuk i'tikaf, di setiap malam 10 hari terakhir Ramadan. Di 10 malam-malam terakhir Ramadan itulah umat muslim dianjurkan untuk beribadah di masjid sampai salat subuh. Dan selesailah i'tikafnya pada malam itu, lalu pulang ke rumah dan berangkat kerja.
Kemudian lakukanlah hal yang sama di malam kedua, yakni i'tikaf hanya di malam hari. Karena lailatul qadar terjadi di malam hari.
"Ini juga bagus, walupun derajatnya (pahala) di bawah i'tikaf siang dan malam," ungkap Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaily
3. I'tikaf di malam ganjil
Jika kesulitan untuk i'tikaf di setiap malam, maka bisa dengan i'tikaf di malam-malam ganjil. Malam 21, malam 23, malam 25, malam 27, dan malam 29. Di mana i'tikaf terus dilakukan untuk mencari lailatul qadar di malam-malam ganjil tersebut. Menurut Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaily ini juga amal yang baik.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha sesungguhnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Baca Juga : Untuk Kebutuhan Lebaran, Pasokan LPG di Malang Ditambah 8 Persen
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ (رواه البخاري، رقم 2017 – واللفظ له – ومسلم، رقم 1169)
“Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR. Bukhari, no. 2017, redaksi berasal dari riwayat beliau, dan Muslim, no. 1169)
4. I'tikaf di malam ganjil 23, 25 dan 27
Jika masih tidak bisa untuk i'tikaf di semua malam-malam ganjil, maka i'tikaflah di malam 23, malam 25, dan malam 27.
"Ini juga bagus. Karena 3 malam tersebut adalah malam yang paling besar kemungkinan lailatul qadar," ungkap Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaily.
Intinya, seorang muslim itu bisa beri'tikaf, walaupun hanya di malam hari. Bahkan ia boleh untuk i'tikaf di siang hari. Tapi yang sempurna adalah, i'tikaf di siang dan malam sepuluh hari terakhir Ramadan.