free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pemerintahan

HUT ke-118 Kota Blitar: Wali Kota Santoso Kukuhkan Udeng Joko Pangon Sebagai Simbol Identitas Budaya Bumi Proklamator

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

01 - Apr - 2024, 18:56

Placeholder
Poster HUT ke-118 Kota Blitar: Wali Kota Santoso dan Wawali Tjutjuk Sunario mengenakan udeng Joko Pangon.(Foto: Pemkot Blitar)

JATIMTIMES - Tepat pada peringatan Hari Jadi ke-118 Kota Blitar, semangat pelestarian budaya dan identitas lokal Kota Blitar semakin menggelora. Dengan penuh kebanggaan, Wali Kota Blitar Santoso, mengambil langkah berani dengan meluncurkan udeng Joko Pangon.

Upacara peringatan yang digelar di Alun-Alun Blitar pada Senin (1/4/2024) menjadi saksi kebangkitan simbol tradisional tersebut dalam rangka memperkokoh kekayaan budaya bumi proklamator.

Baca Juga : 5 Rekomendasi Tunik Kemeja Wanita: Pilihan Santai untuk Dipakai Hari Raya Ke-2

Udeng Joko Pangon bukan hanya menjadi sekadar aksesori fashion, tetapi juga sebuah simbol yang mengandung makna mendalam dalam sejarah dan kebudayaan Kota Blitar. Dalam penjelasannya, Santoso menyoroti keterkaitan udeng Joko Pangon dengan tokoh legenda yang memiliki peran signifikan dalam sejarah Kota Blitar, yakni Joko Pangon. 

Legenda Joko Pangon memiliki keterkaitan erat dengan Candi Gedog, sebuah situs bersejarah yang terletak di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Candi Gedog sendiri menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang Kota Blitar sejak masa lampau hingga saat ini.

"Udeng Joko Pangon hadir sebagai bagian penting dalam upaya kita untuk mempertahankan dan mewarisi warisan budaya yang kaya dari para leluhur kita. Melalui peluncuran udeng ini, kami ingin menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam legenda Joko Pangon, serta memperkuat rasa bangga dan identitas masyarakat Kota Blitar akan warisan budaya yang dimiliki,” ungkap Santoso.

Dengan peluncuran udeng Joko Pangon ini, diharapkan akan semakin memperkuat kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya lokal serta menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan mempelajari lebih dalam tentang sejarah dan kebudayaan Kota Blitar. Udeng Joko Pangon menjadi simbol yang mempersatukan masyarakat dalam kebanggaan akan warisan budaya yang dimiliki, sekaligus mempererat ikatan emosional antara generasi muda dengan akar budaya leluhur mereka.

“Udeng Joko Pangon ini dirancang dengan desain yang lebih praktis dan mudah dipakai, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik saat digunakan bersama dengan pakaian puspada hana maupun seragam pakaian lainnya. Melalui peluncuran ini, kami berharap dapat memperkuat kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya lokal serta memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menjaga dan menghargai warisan budaya yang dimiliki oleh Kota Blitar,” terang orang nomor satu di Kota Blitar.

Dari generasi ke generasi, legenda tentang Joko Pangon terus mengalir, mengisahkan seorang tokoh yang diyakini berasal dari wilayah barat. Diyakini sebagai keturunan bangsawan Mataram Islam atau mungkin seorang prajurit dari Mataram, sosok ini dihormati sebagai "sing babat alas", pionir yang membuka hutan, dan memberi identitas pada kawasan Kelurahan Gedog di Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. 

Selain memiliki keahlian kanuragan, Joko Pangon juga dikenal sebagai ahli peternakan, khususnya dalam pengembangbiakan kerbau. Legenda ini menjadi bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang melingkupi Kota Blitar, memperkaya identitas lokal yang membanggakan.

Perjalanan epik Joko Pangon dari wilayah barat berhenti di sebuah pemukiman, tempat ia diterima dengan hangat oleh seorang janda tua yang penuh kasih. Sang janda, dengan penuh kebaikan hati, memberinya perlindungan dan tempat tinggal. 

Baca Juga : Honda Community Bikers Sholeh: Nyantri Ala Federasi Supra Indonesia Regional Jawa Timur

Dalam balasan atas kebaikan tersebut, Pangon menggantikan aktivitas mengumpulkan kayu bakar di hutan bagi sang janda, sebagai bentuk penghargaan dan pengabdian. Namun, kehidupan Pangon mengalami perubahan tak terduga ketika telinganya tertangkap oleh suara misterius yang datang dari dalam hutan. Dipenuhi rasa penasaran, ia mengikuti suara tersebut hingga menemukan seorang lelaki tua yang bijaksana. 

Lelaki itu menyambutnya dengan tulus dan berbagi berbagai ilmu kanuragan serta pengetahuan tentang peternakan. Namun, suatu hari, Pangon terkejut mendapati bahwa guru yang ia kagumi hanya meninggalkan sebuah batu besar sebagai penanda kepergiannya.

Sebagai penghormatan kepada tempat yang telah memberinya perlindungan, Joko Pangon membangun sebuah candi di lokasi tersebut. Candi tersebut kemudian menjadi pusat pemukiman setelah hutan di sekitarnya dibabat. 

Pada masa itu, nama Gedog berasal dari "gedokan" atau kandang kuda dan kerbau yang berada di sekitar candi, dimiliki oleh seorang juragan bernama Swansang. Tugas utama Joko Pangon adalah merawat kerbau, dan sebagai imbalannya, ia diberi anak kerbau jantan, sementara kerbau betina tetap menjadi milik juragan. Namun, keberuntungan berpihak kepada Joko Pangon, karena kerbau yang dimiliki Swansang lebih sering melahirkan anak jantan, menyebabkan juragan tersebut menjadi marah.

Setelah perubahan kesepakatan, konflik mulai memuncak, dan perintah untuk membunuh Joko Pangon dikeluarkan oleh Swansang. Joko Pangon kemudian diikat dan dilemparkan ke dalam sumur tua yang terletak di kompleks Candi Gedog. Hanya anjing peliharaannya yang mengetahui keberadaannya. Anjing tersebut memasuki sumur untuk menemui Joko Pangon namun tidak pernah kembali ke permukaan, meninggalkan misteri tentang nasib Joko Pangon yang tak pernah terungkap.


Topik

Pemerintahan hari jadi kota blitar wali kota blitar udeng joko pangon joko pangon



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana