JATIMTIMES - Paul Alexander, manusia terakhir yang hidup di dalam paru-paru besi selama lebih dari 70 tahun setelah tertular polio, meninggal dunia. Dia wafat di usianya yang ke 78 tahun.
Melansir USA Today, Paul tutup usia pada Senin (11/3/2024) lalu. Penyebab kematiannya tidak disebutkan namun dia sempat dilarikan ke rumah sakit pada akhir Februari setelah dinyatakan positif COVID-19. Setelah keluar dari rumah sakit, manajernya melaporkan Paul kesulitan untuk makan dan minum.
Baca Juga : Sedekah Paling Utama di Bulan Ramadan, Ini Waktu yang Sesuai Anjuran Rasulullah
Sementara seorang penyelenggara GoFundMe Christopher Ulmer menuturkan jika Paul adalah sosok panutan dan membawa aura positif bagi banyak orang.
“Kisahnya tersebar luas dan jauh, memberikan pengaruh positif kepada orang-orang di seluruh dunia. Paul adalah panutan luar biasa yang akan terus dikenang," tulis penyelenggara GoFundMe Christopher Ulmer.
Awal mula hidup di paru-paru besi
Paul tertular penyakit polio ketika dia berusia 6 tahun, pada musim panas 1952 ketika dia tinggal di Texas. Infeksi polio membuatnya lumpuh dari leher ke bawah dan tidak dapat bernapas secara mandiri, sehingga dokter memasukkannya ke dalam paru-paru besi, yang pada saat itu merupakan teknologi pendukung kehidupan tercanggih bagi pasien.
Bercerita kepada The Guardian, Paul sebenarnya sudah divonis mengidap polio tapi tidak dibawa ke rumah sakit karena terlalu banyak pasien. Namun selang beberapa hari setelahnya, kondisinya makin memburuk.
Hanya dalam waktu singkat, Paul tidak bisa berbicara, menelan makanan, bahkan batuk. Orang tuanya sudah membawa ke rumah sakit di Parkland, namun dokter di UGD mengatakan Alexander tak tertolong.
"Hal berikutnya yang saya ingat, saya sudah ada di dalam paru-paru besi," kenang Paul pada saat itu.
Paul selalu berpikir bahwa polio, "iblis" yang mencoba menghancurkannya, akan kembali lagi.
"Saya bisa melihat rumah sakit dibanjiri oleh korban polio lagi, wabah, saya bisa melihatnya dengan mudah. Saya memberi tahu para dokter, itu akan terjadi. Mereka tidak mempercayai saya," katanya.
Punya Banyak Impian
Baca Juga : Derbi Suramadu Imbang 0-0, Paul Munster Soroti Naluri Cetak Gol Pemain Persebaya
Meski sakit dan harus hidup menggunakan paru-paru besi selama 70 tahun lamanya, namun Paul Alexander tetap semangat menjalani hidup. Dalam beberapa tahun terakhir, Paul aktif di media sosial, khususnya TikTok.
Dalam sebuah video yang sudah ditonton lebih dari 50 juta kali, Paul pernah ungkap jika ia punya banyak keinginan untuk melakukan banyak hal. Meski sedang sakit, namun Paul selalu menginspirasi.
“Saya mempunyai tujuan dan impian untuk melakukan lebih banyak hal sebelum saya pergi mengunjungi suatu tempat, dan saya berencana untuk melakukan dan mencapai tujuan tersebut bersama teman-teman saya," kata Alexander dalam video terpopulernya, yang telah ditonton lebih dari 56 juta kali.
“Saya ingin berbicara kepada dunia tentang polio dan jutaan anak yang tidak terlindungi dari polio. Mereka harus dilindungi, sebelum terjadi epidemi lagi,” tambahnya.
Pernah Menulis Buku
Harriet Zaidman, seorang penulis Kanada dan novelis anak-anak di Winnepeg pernah mewawancarai Paul Alexander saat dia menyusun “Second Chances,” sebuah novel dewasa muda berlatar masa epidemi, yang akhirnya menamai karakternya dengan namanya.
Ketekunan, tekad dan kerja keras Paul membuat buku yang ditulisnya tersebut memenangkan Penghargaan Geoffrey Bilson Kanada untuk Fiksi Sejarah untuk Kaum Muda pada tahun 2022.
“Dia (Paul) bercerita kepada saya tentang kehidupannya dan tantangan yang dia hadapi, dan itu sungguh luar biasa,” kata Harriet Zaidman.