free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pendidikan

Unisma Kukuhkan 2 Guru Besar Baru dari Fakultas Peternakan 

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : A Yahya

10 - Mar - 2024, 02:11

Placeholder
Rektor Unisma Prof Dr Maskuri MSi mengukuhkan 2 Guru Besar Baru dari Fakultas Peternakan (Anggara Sudiongko/MalangTimes)

JATIMTIMES - Universitas Islam Malang (Unisma) mengukuhkan dua profesor baru dari Fakultas Peternakan, Sabtu, (9/3/2024). Dua profesor baru ini adalah Prof Dr Ir H Badat Muwakhid MP IPM dan Prof Dr Ir Mudawamah MSi, IPM ASEAN Eng. 

Pengukuhan ini dilakukan langsung oleh Rektor Unisma, Prof Dr H Maskuri MSi dan disaksikan oleh seluruh civitas Unisma dan juga para kolega. Prof Badat Muwakhid dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak dan Prof Mudawamah dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Genetika dan Pemuliaan Ternak.

Baca Juga : Pj Gubernur Jatim Apresiasi UT: Banyak Mahasiswa Berstatus Pekerja yang Masih Sempatkan Belajar

"Mereka yang dikukuhkan merupakan Guru Besar Unisma yang ke 23 dan ke 24," kata Prof Maskuri.

2

Adanya Guru Besar, merupakan salah satu elemen dalam menciptakan dan mendorong peningkatan reputasi kampus dan juga keilmuan. Tanpa Guru Besar, kampus ibarat seperti kering. Meski begitu, peran pengabdi dan para peneliti di kampus juga tak bisa dikesampingkan. 

"Kita memiliki laboratorium yang sangat lengkap di Jengglong. Dengan adanya profesor baru ini akan sangat bermanfaat untuk pengembangan laboratorium tersebut," ucap Maskuri

Dalam orasi ilmiahnya, Prof Badat Muwakhid
menyampaikan paparan tentang optimalisasi kualitas limbah pertanian sebagai bahan pakan melalui proses fermentasi. 

Dijelaskannya, bahwa limbah pertanian merupakan hasil samping yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, yang mencakup beragam jenis dan karakteristiknya, tergantung pada jenis tanaman dan proses produksinya.

1

Di Indonesia, Prof Badat menjelaskan, terdapat banyak ragam limbah pertanian, hal ini disebabkan oleh banyaknya komoditas pertanian yang ada dan banyaknya macam pengolahan hasil produk pertanian. 

Namun, potensinya masih belum termanfaatkan dengan maksimal untuk dioleh kembali menjadi pakan. Hal ini karena kualitasnya yang rendah. Pada umumnya limbah pertanian sudah tidak bersaing dengan kebutuhan pangan, dan memiliki kandungan serat tinggi. 

Produk ini dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Pertama Limbah pertanian berupa jerami. Jerami adalah hasil samping dari tanaman pertanian setelah di ambil hasil tanaman utamanya. Jerami merupakan bagian tanaman pangan berupa batang dan daun di tambah tangkai buah atau kulit buah yang tidak berisi jika lazimnya kulit buah disertakan dalam pemanenan.

3

"Jerami bisa berasal dari tanaman padi, Jagung, singkong, tanaman kacang kacangan dan pucuk tebu," katanya.

Kedua, hasil ikutan industri pangan yang potensial menjadi sumber pakan, tetapi memiliki kandungan serat kasar tinggi, seperti kulit kopi, limbah Sagu, onggok dan lainnya. Ketiga, hasil ikutan industri pangan yang memiliki potensi sebagai sumber pakan ternak, tetapi masih memiliki kendala berupa kandungan zat anti nutrisi yang dapat mengganggu kesehatan.

"Seperti kandungan asam sianida, gosipol, mimosin dan sebagainya," terang pria yang juga Wakil Rektor III Unisma.

Dalam kenyataan, limbah pertanian memiliki potensi yang signifikan sebagai sumber pakan ternak yang bernilai tinggi. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak bukan hanya dapat mengurangi limbah organik yang terbuang, tetapi juga sebagai alternatif sumber pakan selain penggunaan pakan komersil. 

Baca Juga : IOSIE 2024, Delegasi UIN Maliki Malang Panen Juara

Tetapi, penggunaan limbah pertanian sebagai pakan ternak memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Pertama, sifat heterogen dan kandungan nutrisi yang bervariasi dari limbah pertanian dapat menimbulkan kesulitan dalam mencapai formulasi ransum yang seimbang, terutama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi spesifik ternak. 

Kedua, beberapa limbah pertanian, seperti jerami dan kulit kopi, dapat memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, yang mungkin sulit dicerna oleh ternak non-ruminansia dan dapat membatasi tingkat konsumsi pakan. Selain itu, adanya senyawa anti nutrisi dalam beberapa limbah pertanian seperti pada ampas sagu dan kulit umbi kayu yang dapat memengaruhi kesehatan ternak dan mengurangi efisiensi pencernaan.

2

Disisi lain, Prof Muwadah menyampaikan orasi ilmiah tentang, peningkatan produktivitas ternak Ruminansia melalui implementasi teknologi breeding dan ilmu genetika yang berkelanjutan.

Dijelaskannya, bahwa peran ternak ruminansia sangat penting tidak hanya karena menghasilkan produk sumber protein dengan jumlah tinggi dalam zat gizi makanan manusia, tetapi juga ternak tersebut mempunyai kemampuan dalam mengolah hijauan dan limbah pertanian lainnya untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi sehingga tidak bersaing dengan bahan makanan manusia. 

Selain itu, ruminansia menempati lahan terluas di dunia dibandingkan dengan spesies ternak lainnya yang menghasilkan sumber protein hewani utama bagi masyarakat di negara industri maju. Di sisi lain, ada dampak kurang menguntungkan dengan adanya emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh ternak ruminansia dan sebagian besar ternak ruminansia menghadapi permasalahan animal welfare.

Begitupun perubahan iklim global (global climate change) yang tidak terprediksikan bisa berdampak negatif terhadap kinerja produktif dan reproduksi ruminansia.

Produk ternak ruminansia utamanya sapi, kambing dan domba telah menjadi makanan pokok manusia. Namun, permasalahan mendasar pada ternak ruminansia di Indonesia adalah tingkat produktifitas yang rendah dan tatalaksana peternakan yang konvensional dengan skala usaha kecil. 

"Kita memiliki sumberdaya genetik ternak asli dan lokal Indonesia seperti sapi Bali, Sapi Madura dan Peranakan Ongole (PO), Domba Ekor Gemuk (DEG), Domba Ekor Tipis (DET) dan domba Lokal serta Kambing PE dan lokal yang bisa kita lakukan program percepatan kenaikan kualitas genetic dan produktifitas dengan system /metode seleksi dan pengaturan perkawinan," terangnya.

Beberapa teknologi breeding, misalnya Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio dan teknologi ilmu genetik (misalnya genetika molekular untuk keunggulan ternak, variasi ternak, early detection sifat tertentu serta ekspresi gen, sudah waktunya secara selektif diimplementasikan pada ternak ruminansia di Indonesia.


Topik

Pendidikan Unisma prof badat muwakhid prof Maskuri



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

A Yahya