JATIMTIMES - Dahulu, seorang pemuda Yahudi bernama Ibnu Shayyad hendak dibunuh oleh sahabat Rasulullah SAW, yakni Umar bin Khattab. Kelakuan Ibnu Shayyad yang misterius membuat dia dicurigai sebagai Dajjal, sehingga para sahabat pun ingin menghabisinya.
Diriwayatkan Abdullah bin Umar RA, peristiwa itu bermula saat Umar bin Khattab dalam sebuah perjalanan bersama Rasulullah SAW. Dalam perjalanan, Rasulullah SAW dan Umar bertemu dengan Ibnu Shayyad yang bermain dengan anak kecil. Saat itu, usai Ibnu Shayyad juga mendekati baligh.
Baca Juga : Gus Iqdam: Bahagia Sambut Ramadan, Jasadnya Akan Diharamkan dari Api Neraka
Namun, Ibnu Shayad tidak menyadari kehadiran Rasulullah. Rasulullah SAW kemudian menepuk punggung Ibnu Shayyad dan berkata, "Apakah kamu bersaksi bahwa aku ini utusan Allah?"
Ditanya Rasulullah SAW, Ibnu Shayyad kemudian berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan orang-orang yang buta huruf."
Ibnu Shayyad kemudian bertanya dengan pertanyaan yang cukup mengejutkan. "Apakah engkau bersaksi bahwa aku utusan Allah?".
Rasulullah SAW dengan tegas menjawab, "Aku beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya. Kemudian Rasulullah berkata kepadanya: "Apa yang kamu lihat?" Ibnu Shayyad menimpali jawaban Rasulullah dan berkata: "Aku didatangi orang yang jujur dan pendusta." Maka Rasulullah bersabda: "Perkara ini telah menjadi kabur bagimu."
Kemudian Rasulullah SAW kembali bersabda, "Aku menyembunyikan sesuatu untukmu." Ibnu Shayyad menjawab, "Asap." Kemudian beliau bersabda: "Pergilah engkau orang yang hina! Kamu tidak akan melewati derajatmu!".
Mendengar perkataan dan sikap Ibnu Shayyad, Umar bin Khatthab pun membela Rasulullah SAW. Ia meminta izin Rasulullah SAW untuk memenggal kepala Ibnu Shayyad.
Umar berkata, "Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya!". Rasulullah SAW kemudian menjawab, "Kalau dia Dajjal, dia tidak akan dapat dikalahkan. Kalau bukan, maka tidak ada baiknya kamu membunuh dia."
Sahabat Rasulullah SAW yang lain, yakni Salim bin Abdullah berkata, "Aku mendengar Abdullah bin Umar berkata: "Sesudah demikian, Rasulullah dan Ubay bin Kaab Al-Anshari pergi menuju ke kebun kurma di mana terdapat Ibnu Shayyad. Setelah masuk ke kebun beliau segera berlindung di balik batang pohon kurma mencari kelengahan untuk mendengarkan sesuatu yang dikatakan Ibnu Shayyad, sebelum Ibnu Shayyad melihat beliau.
Rasulullah SAW saat itu dapat melihat ia tengah berbaring di atas tikar kasar sambil mengeluarkan suara yang tidak dapat dipahami.
Rasulullah SAW yang sedang melihat dari balik batang pohon kurma, diketahui Ibnu Shayyad. Rasulullah SAW kemudian menyampaikannya.
"Hai Shaaf (anggilan Ibnu Shayyad), ini ada Muhammad!". Lalu bangunlah Ibnu Shayyad. Rasulullah kembali berkata, "Seandainya ibunya membiarkannya, maka akan jelaslah perkara dia."
Diceritakan oleh Salim dalam Shahih Muslim bahwa Abdullah bin Umar berkata, "Maka Rasulullah SAW berdiri di tengah-tengah orang banyak lalu memuji Allah dengan apa yang layak bagi-Nya kemudian menyebut Dajjal seraya bersabda, "Sungguh aku peringatkan kamu darinya dan tiada seorang Nabi pun kecuali pasti memperingatkan kaumnya dari Dajjal tersebut. Nabi Nuh telah memperingatkan kaumnya, tetapi aku terangkan kepadamu sesuatu yang belum pernah diterangkan Nabi-nabi kepada kaumnya. Ketahuilah, Dajjal itu buta sebelah matanya, sedangkan Allah Maha Suci lagi Maha Luhur tidak buta." (Sahih Muslim)
Namun kisah ini masih banyak sulit dipahami beberapa ulama, tentang Dajjal yang dimaksud. Imam an-Nawawi berpendapat, "Para ulama telah berkata, 'Kisahnya itu musykil (sulit dipahami), dan perkaranya samar-samar, apakah dia itu Masihud Dajjal yang terkenal atau yang lainnya? Akan tetapi tidak diragukan bahwa dia termasuk Dajjal di antara para Dajjal."