JATIMTIMES - Pernahkah saat bekerja harus menghadapi rekan kerja yang menyebalkan sehingga menguras kesabaran yang luar biasa. Dampak yang bisa terjadi kerap kali membuat kerja menjadi tak semangat hingga tak produktif.
Kepala Kantor Kemenag Kota Malang Achmad Shampton atau akrab disapa Gus Shampton memberikan saran untuk menghadapi ketidakcocokan dengan rekan kerja. Ia menyebut tiap manusia yang mengalami hal demikian di dunia kerja bisa belajar dari kisah Qabil yang belajar dari gagak untuk menguburkan jenazah.
Baca Juga : Polres Malang Disambati Warga Ponpes Soal Tingginya Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut Gus Shampton, pada beberapa potongan surat Abasa dijelaskan tentang asal muasal penciptaan manusia sejak dari nuftah (sperma), dilahirkan melalui rahim seorang perempuan. Hingga kemudian Allah mengakhiri kehidupannya dengan mencabut nyawa manusia dan menguburkannya. Berikut ini ayat 18-20 Surat Abas:
مِنۡ أَیِّ شَیۡءٍ خَلَقَهُۥ ١٨ مِن نُّطۡفَةٍ خَلَقَهُۥ فَقَدَّرَهُۥ ١٩ ثُمَّ ٱلسَّبِیلَ یَسَّرَهُۥ ٢٠ ثُمَّ أَمَاتَهُۥ فَأَقۡبَرَهُۥ
Lebih lanjut, Gus Shampton juga menjelaskan jika kematian manusia diawali oleh peristiwa Habil yang dibunuh oleh Qabil.
"Tentu saja Qabil kebingungan saat Habil mati, seterusnya apa yang harus ia lakukan? Qabil tidak pernah melihat kematian dan bagaimana merawat jenasah yang mati," jelas Gus Shampton.
Lantas turunlah surat Al Maidah ayat 31 yang berbunyi berikut ini:
فَبَعَثَ ٱللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِى ٱلْأَرْضِ لِيُرِيَهُۥ كَيْفَ يُوَٰرِى سَوْءَةَ أَخِيهِ ۚ قَالَ يَٰوَيْلَتَىٰٓ أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَٰذَا ٱلْغُرَابِ فَأُوَٰرِىَ سَوْءَةَ أَخِى ۖ فَأَصْبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ
Artinya: "Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: 'Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?' Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal".
Dengan demikian, kata Gus Shampton, banyak pelajaran berharga yang bisa diambil Qabil dari burung gagak tersebut. Di mana gagak yang disebut sebagai hewan fasik, bisa mengedukasi Qabil kala itu untuk menguburkan jenazah.
"Edukasi penting tentang bagaimana menguburkan mayat ini dititipkan Allah melalui gagak yang oleh Rasulullah disebut sebagai salah satu hewan fasik yang sunnah dibunuh," jelasnya.
Diketahui, hewan fasik adalah hewan-hewan yang boleh dibunuh. Seseorang disebut fasik apabila ia keluar dari perintah dan ketaatan pada Allah Ta’ala. Lantas hewan-hewan disebut fasik karena keluarnya mereka hanya untuk mengganggu dan membuat kerusakan di jalan yang biasa dilalui hewan-hewan tunggangan.
Baca Juga : Awas Badal Haji Abal-abal, Ini Imbauan Kemenag Kabupaten Blitar
Sementara itu, dalam Hadist Bukhori Muslim dijelaskan beberapa jenis hewan fasik. Berikut ini ayatnya.
عن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «خمسٌ من الدَّوَابِّ كُلُّهُنَّ فَاسِقٌ، يُقْتَلنَ في الحَرَمِ: الغرابُ، وَالحِدَأَةُ، وَالعَقْرَبُ، وَالفَأْرَةُ، وَالكَلْبُ العَقُورُ». وفي رواية: « يقتل خَمْسٌ فَوَاسِق في الْحِلِّ وَالْحَرَمِ ». [صحيح] - [متفق عليه. وفي مسلم "الغراب الأبقع"]
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada lima macam binatang yang semuanya fasik (jahat), diperbolehkan untuk dibunuh di tanah haram (Makkah dan Madinah): Burung gagak, burung rajawali, kalajengking, tikus dan al-kalbul ‘aqūr (anjing ganas)" (HR. Bukhari no. 3314 dan Muslim no. 1198).
Sementara itu, dalam suatu riwayat hadist disebutkan: "Diperbolehkan membunuh lima jenis binatang yang bersifat fasik (jahat) di tanah halal dan di tanah haram (Makkah dan Madinah)".
Menurut Gus Shampton, ada pelajaran dari cerita gagak sebagai hewan fasik, yang mengedukasi Qabil cara untuk mengubur jenazah. Kata dia, pelajaran demikian bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Kita mungkin boleh tidak suka dengan seseorang, tetapi saat ia memendarkan ilmu atau memberi manfaat kepada kita, kenapa tidak kita raih ilmu itu dan kita beristifadah dengannya," jelas Gus Shampton.
"Begitu juga di dunia birokrasi, ketidaksukaan terhadap pribadi tidak boleh menghalangi kita untuk terus bekerjasama. Siapa tahu program kerja dan kinerja kita menjadi lebih baik dari orang yang tidak kita sukai secara pribadi," pungkas Gus Shampton.