JATIMTIMES - Galungan adalah salah satu hari raya umat Hindu yang diperingati setiap tahun. Tujuan peringatan Galungan adalah untuk memperingati terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya.
Hari raya ini dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada setiap rabu wuku Dungulan. Masyarakat Hindu merayakan Galungan setiap enam bulan atau 210 hari sekali.
Baca Juga : Mengenal Christmas Island, Pulau Dekat Indonesia yang Dihuni Mayoritas Muslim
Hari raya Galungan jatuh pada hari Rabu, tepatnya Budha Kliwon wuku Dungulan. Pada tahun ini, hari raya Galungan 2024 diperingati pada Rabu (28/2/2024).
Makna Hari Raya Galungan
Dikutip dari situs Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, kata "Galungan" diambil dari bahasa Jawa Kuno yang artinya "bertarung" atau dari kata "dungulan" yang berarti "menang".
Umat Hindu merayakan hari raya Galungan untuk memperingati terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya. Galungan juga diadakan untuk merayakan kebaikan atau dharma yang menang melawan kejahatan atau adharma.
Sebagai ucapan rasa syukur atas kemenangan dharma, umat Hindu di Bali akan memberikan persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan Dewa Bhatara.
Galungan diselenggarakan agar umat Hindu mampu membedakan dorongan hidup antara kebaikan dan keburukan dalam diri manusia. Agama Hindu meyakini kebahagiaan dapat diraih jika manusia mampu menguasai kebenaran. Karena itu, manusia harus selalu dapat melawan keburukan dan menegakkan kebaikan.
Hari raya Galungan memiliki hakikat menyatukan kekuatan rohani agar mendapatkan pikiran dan pendirian yang terang. Pikiran tenang adalah wujud dharma dalam diri manusia. Sementara kekacauan pikiran adalah wujud dari adharma.
Peringatan Galungan di Bali
Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan memasang penjor atau bambu yang dihias di sepanjang tepi jalan raya Bali.
Dilansir dari situs Pemerintah Kabupaten Buleleng, umat Hindu akan menjalani sejumlah rangkaian peringatan Galungan sejak jauh-jauh hari sebelum hari raya tersebut berlangsung. Berikut rangkaian acara Galungan.
Tumpek wariga
Umat Hindu akan mengadakan acara Tumpek Wariga pada hari Sabtu Kliwon wuku Wariga atau 25 hari sebelum Galungan. Hari ini dijalani dengan memuja Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan. Kemudian, warga menjalani tradisi berupa memberikan sesaji berupa bubur sumsum warna-warni yang melambangkan tumbuhan. Selain itu, pepohonan di Bali akan disiram dengan air suci dan diberi bubur sumsum tersebut.
Sugihan Jawa Sugihan Jawa
Baca Juga : BPBD Kabupaten Malang Bantah Kabar Viral Material Longsor di Dau Belum Tertangani
Merupakan hari penyucian segala sesuatu yang ada di luar manusia. Umat Hindu akan melangsungkan upacara dan membagikan hantaran berupa guling babi. Sugihan Bali Sugihan Bali diadakan setiap Jumat Kliwon wuku Sungsang. Tradisi ini berupa pembersihan diri dengan mandi dan memohon penyucian jiwa raga.
Hari Penyekeban
Hari ini dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan. Warga akan mengekang diri untuk tidak melakukan hal terlarang dalam Hindu. Hari Penyajan Hari ini dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan. Umat Hindu akan memantapkan diri dan mengendalikan diri agar bisa merayakan Galungan meski akan mendapat ujian.
Hari Penampahan
Hari tersebut jatuh sehari sebelum Galungan atau Selasa Wage wuku Dungulan. Umat Hindu akan sibuk membuat penjor dari bambu sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan. Warga juga akan menyembelih babi untuk pelengkap Gulungan.
Hari raya Gulungan
Peringatan ini diawali dari sembahyang di rumah masing-masing warga kemudian ke Pura sekitar rumah. Hari ini akan menjadi waktunya para perantau mudik ke rumah.
Setelah peringatan Galungan, umat Bali masih akan memeringati hari raya lain seperti Hari Pemaridan Guru, Ulihan, Hari Pemacekan Agung, Hari Kuningan, dan Hari Pegat Wakan. Hari Suci Kuningan dirayakan umat Hindu dengan cara memasang simbol senjata para dewa. Peringatan Galungan diakhiri dengan sembahyang dan mencabut penjir pada Rabu sebulan usai Galungan.