JATIMTIMES - Menteri Agraria dan Tata Ruang atau Menteri ATR/BPN Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akhirnya salaman dengan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko di Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Senin (26/2/2024) kemarin. Momen ini menjadi perhatian publik mengingat adanya perang dingin antara keduanya.
Pertemuan ini merupakan pertemuan yang pertama. Sebab saat pelantikan AHY, Moeldoko tak muncul.
Baca Juga : Kowaslu Jember Sudah Prediksi Kekacauan Pemilu 2024, Penyelenggara Pemilu Harus Dirombak Total
Pertemuan keduanya menjadi momen langka langka setelah hampir tiga tahun keduanya berseteru karena kasus pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat pada 2021.
Pengamat Politik Universitas Brawijaya (UB), Wawan Sobari menilai, bahwa pertemuan keduanya mengesampingkan permasalahan terkait perseteruan pengambilalihan partai. Problem itu telah dianggap masa lalu.
"Kalau bicara itu, itu masa lalu. Itu kan hanya bagian dari efek elektoral saja," katanya, Selasa (27/2/2024).
Posisi Partai Demokrat yang telah menjadi bagian dari koalisi, maka akan aneh bilamana tetap ada perbedaan dalam satu perahu atau satu kabinet. Dan hal inilah yang menurut wawan juga menjadi pertimbangan Partai Demokrat.
"Sehingga tidak lagi kemudian Partai Demokrat secara tunggal, tapi berbicara lebih kepada kepemimpinan pak Jokowi. Jadi itu mungkin yang dipertimbangkan oleh Pak AHY," jelasnya.
Artinya, disini Jokowi menjadi representasi jembatan untuk semua politisi yang berbeda. Akan tetapi, dari pandangan lain hal ini juga dianggap menjadi desain yang dibuatnya untuk mempertemukan keduanya.
Dan ketika Partai Demokrat telah diakomodasi masuk ke dalam kabinet, maka, mau tak mau Moeldoko, meskipun pernah berkonflik dengan AHY, akhirnya menerima juga.
Baca Juga : Bintara Layangkan Somasi Terakhir ke ATR/BPN Tulungagung
Lebih lanjut dijelaskan Wawan Sobari, bahwa bagaimanapun Partai Demokrat juga membutuhkan panggung untuk terus dapat eksis dan menyongsong pemerintahan periode 2024-2029.
"Kalau dari awal kemudian kelihatan tidak solid, maka jangan salah, malah mungkin tidak kebagian kursi," terang dosen FISP UB ini.
Namun ketika berbicara terkait etika, telah terbukti juga bahwa MA telah memenangkan Partai Demokrat kubu AHY. Lebih dari itu, pihaknya melihat saat ini Partai Demokrat lebih mementingkan terkait masa depan partai.
"Memang bukan semata-mata tidak mempersoalkan hal itu karena mempertimbangkan masa depannya pada masa pemerintahan 2024-2029. Kalau nampak berseberangan kan berisiko juga," pungkasnya.