JATIMTIMES - Bulan yang paling dinantikan oleh umat Islam yaitu bulan Ramadhan akan segera tiba. Dalam beberapa bulan menuju bulan suci ini, beberapa masyarakat menjalankan beberapa tradisi yang dikerjakan setiap tahunnya.
Salah satunya adalah sedekah ruwah. Sedekah ruwah merupakan salah satu tradisi unik dari masyarakat Jawa menjelang datangnya bulan Ramadhan. Tradisi ini masih terus dilaksanakan hingga saat ini, terutama di daerah pedesaan yang masih kental akan nilai-nilai kebudayaan.
Mengenal Apa Itu Sedekah Ruwah
Baca Juga : Kerja 5 Tahun, Segini Uang Pensiunan DPR yang Kerjaannya Tengah Diperebutkan
Dilansir dari berbagai sumber, sedekah ruwah atau yang dikenal juga dengan tradisi nyadran merupakan tradisi sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada leluhur yang telah meninggal dunia. Sedekah ruwah adalah bentuk penghormatan kepada orang-orang yang mendahului kita dengan mengirimkan doa untuk mereka. Dalam hal ini, orang-orang yang sudah mendahului kita bisa termasuk orang tua, kerabat, guru, atau orang lainnya.
Istilah ruwahan diambil dari bahasa Arab, yaitu arwah yang memiliki makna roh, nyawa, atau jiwa. Ruwah juga bisa berarti sebagai arwah atau ruh orang yang sudah meninggal.
Tradisi ini rutin diadakan setahun sekali menjelang datangnya bulan Ramadhan. Sedekah ruwah dilaksanakan pada bulan Ruwah yang dalam kalender hijriah sama dengan bulan Sya'ban. Umumnya, tradisi ini dilaksanakan sejak tanggal 15 bulan ruwah.
Tujuan dan Pelaksanaan Tradisi Ruwah
Tujuan dari diadakannya tradisi ini adalah untuk memohonkan ampun para leluhur dan para orang beriman yang sudah mendahului. Dikutip dari buku Detektif Bahasa oleh Rifan Bilaldi, tradisi sedekah ruwah atau ruwahan diadakan sebelum bulan suci Ramadhan.
Sedekah ruwah diadakan dengan tuan rumah yang mengundang keluarga, kerabat, dan tetangga. Tradisi ini diisi dengan berbagai acara, seperti pengajian dan doa bersama untuk mendoakan orang-orang yang sudah meninggal dunia.
Tradisi Ruwahan juga biasanya diisi dengan acara slametan dengan membuat berbagai macam makanan seperti ketan, apem, atau kolak. Aneka jenis makanan ini disajikan dan dibagikan kepada keluarga, kerabat, atau tetangga.
Sedekah Ruwah dalam Islam
Baca Juga : Unik! Lahir Saat Pemilu 2024, Bayi Ini Diberi Nama M Prabowo Gibran
Buya Yahya pernah menjelaskan mengenai tradisi yang satu ini. Penjelasan itu beliau bagikan di akun Youtube miliknya Al-Bahjah TV dengan judul Hukum Tradisi Ruwahan Jelang Bulan Puasa.
Buya Yahya menjelaskan bahwa tradisi mendoakan pendahulu kita yang sudah meninggal merupakan tradisi yang baik.
Dari Ummu Darda', ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
"Do'a seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah do'a yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: "Amin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi." (HR. Muslim no. 2733).
Buya Yahya juga menekankan bahwa kita bisa mendoakan orang yang sudah meninggal kapan saja, tidak tergantung pada waktu tertentu. Sebaiknya, kita terus mendoakan orang yang sudah meninggal di setiap waktu.