JATIMTIMES - Penyebaran virus Lumpy Skin Disease atau LSD di Kabupaten Situbondo terhitung paling buncit, hal ini disampaikan Sulistiyani selaku Kabid Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner, Dinas Peternakan dan Perikanan atau Disnakkan Kabupaten Situbondo, Jumat (26/1/2024).
Guna mengantisipasi penyebaran yang meluas, kata Sulistiyani, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Situbondo mempercepat vaksinasi LSD pada hewan ternak sapi. Adapun penyakit tersebut memiliki ciri-ciri munculnya benjolan pada kulit sapi, terutama pada bagian leher, punggung, dan perut.
Baca Juga : Viral, Pembayaran UKT di ITB Disediakan Pakai Pinjol, Begini Klarifikasi Kampus
Sulistiyani juga menyampaikan, di tahun 2023 pihaknya sudah melakukan vaksinasi LSD pada 6.600 ekor sapi yang ada di 66 desa. "Vaksinasi LSD ini sudah kita lakukan di 17 kecamatan," ucapnya.
Bahkan dalam sehari, lanjut perempuan yang akrab disapa Sulis ini, ada 100 ekor sapi yang divaksin LSD. "Jadi kami tidak diam ya vaksinasi ini terus jalan. Untuk tahun 2024 ini kami telah mengajukan vaksin LSD sebanyak 10.000 dosis ke Kementerian Pertanian. Rencananya minggu depan kami ambil ke Surabaya," bebernya.
Sulis mengaku, Kabupaten Situbondo harus berebut vaksin LSD dengan daerah lain. "Jadi vaksin LSD ini berbeda dengan vaksin PMK ya. Kalau vaksin PMK itu selalu ready. Tetapi kalau vaksin LSD ini belum tentu ready," tambahnya.
Menurutnya, penyakit LSD di Situbondo awalnya ditemukan di Kecamatan Banyuputih. "Jadi pertengahan tahun 2023 ada satu, dua ekor sapi yang terpapar LSD itu sudah ditangani oleh petugas kami. Tetapi yang namanya lalu lintas ternak setiap saat selalu ada. Idealnya kalau ada sapi yang terkena LSD itu harus dikarantina, namun sama masyarakat ada yang dijual ke pasar ternak," tutur Sulis.
Selain mempercepat vaksinasi, lanjut Sulis, Disnakkan Situbondo juga melakukan pengobatan kepada sapi yang terpapar LSD. Ia juga memastikan stok obat-obatan LSD aman.
Baca Juga : Sosok Prabowo di Mata SBY: Cakap Memimpin Indonesia
"Obat LSD itu sudah ada di semua Puskeswan kalau petugas kami dapat laporan ada sapi yang sakit LSD pasti langsung didatangi dan diobati. Yang masuk ke kami itu ada 34 ekor sapi yang terpapar LSD. Setelah kami obati 23 ekor sudah sembuh dan sisanya masih dalam pengobatan. Untuk yang mati karena LSD tidak ada laporan ke kami," tegasnya.
Sulis menjelaskan, penyebaran LSD melalui gigitan nyamuk, lalat penghisap darah, kutu sapi hingga serangga yang sebelumnya telah menggigit sapi yang sudah terpapar LSD. "Apalagi sekarang memasuki musim penghujan, sehingga lumayan cepat penyebarannya. Oleh karena itu, menjaga kebersihan kandang sangatlah penting," imbaunya.
Tidak hanya itu, Sulis mengimbau masyarakat untuk bekerjasama mengawasi penyebaran LSD ini, dengan cara batasi lalu lintas ternak dari ke peternak. "Jangan campur ternak yang baru datang dengan ternak yang lama atau sistem karantina, kalau ada yang terjangkit penyakit LSD pisahkan dari ternak lainnya, dan jangan lupa konsultasikan ke dokter hewan atau Puskeswan terdekat jika melihat ciri-ciri LSD pada ternak," pungkasnya.