free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Tugu Tapal Batas Berangka Tahun 1123 Saka Ditemukan, Diperkirakan Era Raja Kertajaya

Penulis : Bambang Setioko - Editor : Dede Nana

12 - Jan - 2024, 04:55

Placeholder
Sebuah tugu tapal batas berangka tahun 1123 Saka ,ditemukan di area penggalian tanah untuk tanah urug di Desa Kayunan Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Foto ( Istimewa)

JATIMTIMES - Sebuah tugu tapal batas berangka tahun 1123 Saka ditemukan di area penggalian tanah untuk tanah urug di Desa Kayunan, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. 

Selain tugu tapal batas berukuran tinggi 170 cm tebal 76 cm, juga ditemukan struktur batu bata, kaki patung dan umpak.  Peninggalan-peninggalan itu diduga di era Raja Kertajaya , raja Panjalu/Kadiri terakhir yang berkuasa dari tahun 1112-1138 Saka.

Baca Juga : Polisi Masih Cari Sebagian Tubuh Korban Mutilasi Terapis Pijat

Erwan Yudiono saksi yang kali pertama menemukan struktur tugu tapal batas pada  Selasa (9/1) mengaku awalnya  dirinya tidak sengaja menemukan dan hanya karena penasaran.

(Foto: Dok. Istimewa)

“Awalnya saya melihat temuan padmasana di Desa Kayunan yang diamankan saudara Eko dan disimpan di rumahnya yang berjarak 5 Km dari lokasi. Karena penasaran akhirnya saya mendatangi lokasi tempat di mana padmasana ditemukan. Pas disitu ternyata ada penggalian lahan untuk tanah urug. Ternyata disitu saat penggalian juga banyak ditemukan struktur batu bata dan juga tugu tapal batas yang berangka tahun 1123 saka era peninggalan Raja Kertajaya,” kata Erwan yang juga Wakil Ketua Pelestari Sejarah Budaya Khadiri.

Kabar penemuan itu akhirnya dilaporkan oleh Yudiono ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri serta Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) pada Kamis (11/1/2024). Setelah mendapat laporan  perwakilan dinas dan DK4 yang didatangi langsung oleh Ketua DK4, Imam Mubarok meninjau lokasi.

(Foto: Dok. Istimewa)

“Ini temuan yang sangat luar biasa dan menambah kekayaan benda purbakala yang dimiliki Kediri dari peninggalan masa lalu. Desa Kayunan ini sudah lama menjadi penelitian ahli dari Belanda. Memang di sini banyak ditemukan struktur bangunan purbakala, namun banyak juga yang dijarah oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dari dulu hingga sekarang,” kata Mubarok, Ketua DK4 Kabupaten Kediri.

Dari hal ini, Mubarok selaku Ketua DK4 mendesak kepada Pemkab Kediri untuk segera membentuk Lembaga Adat Desa (LAD) di masing-masing desa di seluruh Kabupaten Kediri seperti yang telah direkomendasikan DK4 sesuai tugas dan wewenangnya berdasarkan Perbup 50/2021.

(Foto: Dok. Istimewa)

“Salah satu tujuanya mereka  (LAD) bertugas menjaga benda purbakala yang ada di masing-masing wilayahnya agar tetap lestari jangan sampai dijarah dan dijual ke luar negeri. Sebab di Kayunan ini benda purbakalannya sudah banyak yang hilang, baik dalam bentuk benda purbakala dan peninggalan perhiasan berupa emas.  Selain itu penting kiranya melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang UU 11/2010 tentang cagar budaya,” tegasnya.

Bukti adanya benda purbakala yang hilang di Kayunan ternyata sudah ratusan tahun lalu terjadi. Wilayah tersebut awalnya dikuasai  oleh Sri Sarweswara  Raja Panjalu yang memerintah sekitar tahun 1159-1169. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara Wijaya Agrajasama Singhadani Waryawirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa. Sri Sarweswara  berkuasa setelah Prabu Jayabaya.

Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Sarweswara naik takhta. Menurut  Prasasti Jaring  (1181 M), Sarweswara merebut tahta kerajaan Kadiri dari Jayabaya. Peninggalan sejarah Sarweswara adalah Prasasti Padlegan II tanggal 23 September 1159. Sedangkan yang paling muda adalah Prasasti Kahyunan tertanggal 23 Februari 1161.

Prasasti Kayunan/Kahyunan ditemukan oleh  J. F. De Corte pada 1887 di Kayunan, distrik Sukorejo afdeeling Kediri. Publikasi paling awal mengenai batu yang bersangkutan datang dari catatan kolonial yang menyebut bahwa batu tersebut sudah dibuatkan abklatsnya. 

Baca Juga : Persoalan Tanah Belum Tuntas, Nirina Zubir Ogah Jadi Pendukung Capres 

Pada batu dari Kayunan  ini terdapat angka tahun 1082 Śaka dan nama Śrī Sarvveśvara Janardanāvatāre vijayāgra ... sinhanādānivăryya-vīryya parākrama digjayottungadeva (NBG 26 1888: 12 & Bijl. II, IX).

Verbeek mencatat bahwa aksara dipahatkan pada keempat bidang batu, namun pada bagian belakang sudah rusak parah. Selain batu yang bersangkutan, di desa yang sama juga ditemukan arca bertangan empat yang sudah rusak serta arca Siwa dengan wujudnya sebagai guru (1891: 278, no. 573). 

Hampir 20 tahun kemudian, Knebel melaporkan bahwa batu ini sudah tidak ditemukan lagi di Kayunan (1910: 270). Batu ini juga dimasukkan dalam daftar prasasti berangka tahun dari Jawa yang disusun oleh Krom (1911: 251). 

Penulis yang sama juga mengulas batu ini secara singkat dalam kajiannya mengenai Kerajaan Kediri Krom berhasil melengkapi nama raja yang sebelumnya masih kosong, yaitu rake sirikan śr sarvveśvara janardanāvatāra vijayāgra(j)asamasinhanādānivăryya-vīryya parăkrame digjayottungadevanāma. 

Pada bagian akhir publikasi dilengkapi dengan peta sebaran temuan prasasti dari Kerajaan Kediri (1914: 242, 245-246). Batu ini kemudian masuk dalam daftar prasasti yang disusun oleh Damais dan dinamakan dengan Prasasti Kahyunan/Kayunan Damais mencatat bahwa prasasti tersebut dikeluarkan pada tanggal 23 Februari 1161 Masehi (1952: 68-69, A. 156). Damais juga menjadi sarjana pertama yang menghadirkan bacaan (tujuh baris pertama) dari prasasti yang bersangkutan. 

Dari bacaan Damais diketahui bahwa prasasti ini menyebut atau berkaitan dengan warga Desa Kahyunan (Ikanan thāni kahyunan (1955: 73). Publikasi-publikasi yang menyangkut mengenai prasasti ini kemudian dirangkum oleh Nakada (1982: 112–113, no. 177). Prasasti ini masih disebut pada beberapa terbitan selanjutnya (Eade & Gislen 2000: 87-89; Budi Santosa Wibowo 2001: 9). Namun keberadaan dari batu ini masih belum diketahui sampai saat ini. 

“Perihal temuan ini juga sudah saya laporkan ke Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 11 dan tadi saya mendapat laporan akan segera ditindaklanjuti dengan mendatangi lokasi. Sementara untuk keamanan lokasi tadi saya sudah titip sama Pak Kades agar diawasi ,” pungkas Gus Barok panggilan akrab Imam Mubarok.


Topik

Peristiwa tugu tapal batas raja kertajaya penemuan bangunan era raja kertajaya kabupaten kediri



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Bambang Setioko

Editor

Dede Nana