JATIMTIMES - Rombongan wisatawan yang kabur usai merayakan malam Tahun Baru 2024 di Pantai Ngliyep Malang akhirnya bersedia bertanggung jawab. Peralatan camping yang sempat dibawa kabur akhirnya dikembalikan. Selain itu, pelunasan paket camping yang sempat tidak terbayarkan akhirnya dilunasi oleh rombongan wisatawan tersebut.
Sejatinya, para rombongan wisatawan tersebut sempat kucing-kucingan dengan pihak Perumda Jasa Yasa selaku pengelola wisata Pantai Ngliyep. Bahkan para rombongan wisatawan tersebut sempat tak memberi tanggapan meski pihak Perumda Jasa Yasa telah mengonfirmasi berkali-kali.
Baca Juga : Viral, Curhatan Pengendara Pajero Diseruduk PO Haryanto yang Minta Keadilan
Upaya pelarian para rombongan wisatawan tersebut akhirnya menemui jalan buntu setelah Perumda Jasa Yasa berhasil menelusuri identitas tiga dari total tujuh rombongan wisatawan. Semula, mereka sempat ogah-ogahan mempertanggungjawabkan perbuatannya meski kasusnya telah viral dan diancam akan dilaporkan kepada pihak kepolisian.
Hingga akhirnya, satu dari rombongan wisatawan yang mengaku berasal dari Surabaya tersebut bersedia bertanggung jawab setelah dilaporkan ke tempat dia bekerja. Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Unit Pantai Ngliyep Perumda Jasa Yasa Wijang Erlangga saat dikonfirmasi Jumat (5/1/2024).
Sosok yang karib disapa Wijang ini menjelaskan kronologi lengkap yang membuat rombongan wisatawan yang sempat kabur tersebut mati kutu sebelum akhirnya bersedia bertanggung jawab. Wijang menyebut, sehari setelah para wisatawan tersebut kabur, pengelola Pantai Ngliyep menggelar rapat internal, Selasa (2/1/2024).
"Pada saat itu kami berhasil melacak identitas pelaku yang memesan paket camping usai kabur dari Pantai Ngliyep. Kami melacaknya menggunakan aplikasi khusus," ujar Wijang.
Setelah mendapat identitas pelaku, pihak Perumda Jasa Yasa kemudian menelusuri media sosial pelaku. Hal itu dilakukan lantaran pelaku tidak kooperatif saat dihubungi melalui telepon maupun chat WhatsApp (WA).
"Kami berhasil menemukan akun Instagram dan Facebook pelaku. Instagram-nya di-privat. Sedangkan Facebook-nya ada banyak, sekitar tiga akun," terang Wijang.
Penelusuran kemudian berlanjut pada pertemanan pelaku di Facebook. Ketika itulah, Perumda Jasa Yasa mendapati dua anggota rombongan wisatawan yang ikut kabur usai merayakan tahun baru 2024 di Pantai Ngliyep.
"Kami cari satu per satu temannya (di Facebook). Akhirnya ketemu dua orang yang ada di rombongan, cowok dan cewek," jelasnya.
Setelah beberapa jam melakukan penelusuran secara digital, Perumda Jasa Yasa akhirnya berhasil mengakses identitas dan beberapa dokumentasi pribadi dari rombongan wisatawan yang kabur tersebut.
"Hasil penelusuran itu sempat kami kirim ke pelaku (yang memesan paket camping), tapi tetap tidak ada tanggapan," tuturnya.
Dengan berat hati, pihak Perumda Jasa Yasa terpaksa berkoordinasi dengan HRD tempat salah satu anggota rombongan wisatawan tersebut bekerja. "Kami berhasil melacak tempat kerja teman dari pelaku yang kabur itu. Kebetulan saya punya relasi dengan HRD tempat dia bekerja," ujar Wijang.
Usai mendengarkan duduk perkara yang dilakukan oleh karyawannya, HRD tempat anggota rombongan wisatawan yang kabur tersebut akhirnya bersedia untuk memfasilitasi Perumda Jasa Yasa.
"Ketika dicek oleh HRD-nya, ternyata benar, dia (salah satu anggota wisatawan) adalah sales di perusahaan tersebut," inbuhnya.
Salah satu pimpinan perusahaan tempat anggota wisatawan yang kabur itu kemudian menghubungi yang bersangkutan. "Di telepon oleh atasannya, kemudian disambungkan ke saya," ungkap Wijang.
Dalam percakapannya, Wijang meminta pertanggungjawaban dari rombongan wisatawan tersebut. Termasuk meminta untuk melunasi pembayaran paket camping serta pertanggungjawaban terkait peralatan berupa power bank lampu penerangan yang turut dibawa kabur.
Pada saat itu, anggota wisatawan tersebut sempat berdalih sibuk bekerja sehingga tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya secara langsung ke Kantor Perumda Jasa Yasa.
Baca Juga : Hadirkan 3 Mesin, Pemkot Batu Rencana Buka Kembali TPA? Warga Jelas Menolak
"Sudah kami sampaikan jika mereka tidak akan kami apa-apakan, tapi tetap tidak mau datang langsung. Alasannya karena masih ada pekerjaan. Padahal masalah ini tidak hanya menyangkut kami, tapi juga beberapa rekanan baik kami termasuk persewaan alat camping yang selama ini mendukung keberadaan Pantai Ngliyep," beber Wijang.
Alasan itulah yang dijadikan anggota wisatawan tersebut untuk melakukan pelunasan pembayaran paket camping secara transfer. "Sedangkan untuk power bank, alasannya tidak sengaja kebawa," imbuhnya.
Setelah di mediasi oleh pimpinan perusahaan tempat anggota wisatawan tersebut bekerja itulah, yang bersangkutan akhirnya berkenan mengembalikan power bank yang sempat mereka bawa kabur. "Tapi saudaranya (dari anggota wisatawan) sempat telepon kami karena pelaku yang menyewa paket camping tersebut tetap tidak memberikan tanggapan saat kami telpon," imbuhnya.
Setelah sempat melalui proses yang panjang, usut punya usut saudara dari anggota rombongan wisatawan yang kabur itu pun akhirnya mentransfer sejumlah uang untuk pelunasan pembayaran paket camping.
"Mereka minta transfer. Setelah kami sampaikan kronologinya, akhirnya ditransfer ke rekening kantor (Perumda Jasa Yasa) pada Rabu (3/1/2024) sore," ujarnya.
Pada hari yang sama, setelah melakukan pelunasan paket camping, rombongan wisatawan tersebut kembali menghubungi pengelola Pantai Ngliyep. Dalam percakapannya melalui telepon, mereka mengaku bersedia mengembalikan power bank yang sempat mereka bawa kabur.
"Kami minta datang untuk laporan langsung ke jajaran direksi (Perumda Jasa Yasa), tapi mereka tetap kukuh tidak mau. Akhirnya power bank dikirim (melalui jasa ekspedisi)," imbuhnya.
Sehari setelah pengiriman tersebut, power bank yang sempat dibawa kabur para rombongan wisatawan tersebut akhirnya tiba ke Kantor Perumda Jasa Yasa pada Kamis (4/1/2024). "Dari bukti resi yang disampaikan kepada kami, power bank itu dikirim pada Rabu (3/1/2024) sore sekitar pukul 15.00 WIB. Kemudian tiba dan kami konfirmasi kepada mereka itu kemarin (Kamis, 4/1/2024) sekitar pukul 12.00 WIB," tukasnya.
Sebagaimana diberitakan, kasus dugaan penipuan dan penggelapan tersebut sempat viral usai diberitakan oleh Jatim Times Network. Sebelumnya, flyer digital terkait rombongan wisatawan yang kabur tersebut juga ramai di media sosial.
Dalam flyer digital tersebut tertulis nama terang pelaku yang memesan paket camping lengkap dengan foto dari yang bersangkutan. Diketahui, pelaku memesan paket camping pada Sabtu (30/1/2023).
Sebelumnya, si pemesan sempat berkaki-kali mengganti jumlah paket yang dipesan, sebelum akhirnya sepakat untuk memesan paket camping untuk tujuh orang.
Pada saat itu, para rombongan yang mengaku berasal dari Surabaya tersebut tiba ke Pantai Ngliyep pada Minggu (31/12/2023) siang. Semenjak tiba itulah, mereka sering bertingkah aneh dengan meminta pelayanan yang di luar ketentuan. Yakni mulai dari minta tambah tenda hingga ganti posisi tenda.
Keesokan harinya, usai merayakan malam Tahun Baru 2024, tujuh orang rombongan tersebut kabur dengan membawa power bank lampu penerangan. Saat dihubungi oleh pihak pengelola Pantai Ngliyep untuk melunasi pembayaran dan mengembalikan peralatan camping yang di awa kabur, para rombongan tersebut mengabaikannya.
Perbuatan tidak kooperatif tersebut juga terjadi saat media online ini mengonfirmasi kepada pelaku yang memesan paket camping di Pantai Ngliyep. Saat ditelepon, tidak ada jawaban. Fan ketika di WhatsApp nomor dari wartawan diblokir.