JATIMTIMES- Dua ledakan menewaskan hampir 100 orang dan melukai banyak lainnya dalam sebuah upacara di Iran untuk mengenang Qassem Soleimani. Perwira militer senior Iran tersebut tewas oleh drone AS pada 2020 lalu. Pejabat Iran sendiri menuding "teroris" tanpa merinci kelompok tertentu.
Televisi nasional Iran melaporkan dua ledakan tersebut selama acara peringatan keempat di pemakaman Soleimani di Kerman. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab. Namun, pejabat pemerintahan Biden menyebut ledakan itu sebagai "serangan teroris" seperti yang dilakukan oleh militan Negara Islam.
Baca Juga : Perang Terus Berlanjut, Korban Tewas di Gaza Tembus 22.000 Orang
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, mengutuk insiden tersebut sebagai "kejahatan biadab dan tidak manusiawi". Sementara Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, bersumpah akan membalas dendam atas dua serangan tersebut.
Beberapa negara, termasuk Rusia dan Turki, mengutuk serangan tersebut. Sekretaris Jenderal PBB juga menyerukan pertanggungjawaban pelaku.
Menteri Kesehatan Iran, Bahram Eynollahi, mengumumkan bahwa korban tewas berjumlah 95 dan 211 lainnya terluka. Hal ini menjadikannya serangan paling mematikan dalam sejarah Republik Islam.
Meski Iran sebelumnya menyalahkan Israel atas serangan di wilayahnya, tidak ada indikasi keterlibatan negara asing dalam ledakan di pemakaman tersebut, menurut pernyataan pejabat AS.
Baca Juga : Cak Imin Bahas Utang Alat Perang Dianggap Sindir Prabowo, TKN Langsung Pasang Badan
AS juga tidak melihat indikasi bahwa Israel terlibat dalam ledakan tersebut, menurut juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby. Seorang pejabat tidak disebutkan namanya dari agensi berita IRNA menyebut "dua perangkat peledak diledakkan dari jarak jauh oleh teroris".