JATIMTIMES - Tiga kelurahan di Kota Malang ditarget bisa zero stunting pada tahun 2024 mendatang. Ketiga kelurahan tersebut yakni Samaan, Klojen, dan Rampal Celaket. Semuanya berada di wilayah Kecamatan Klojen.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang dr Husnul Muarif mengatakan di wilayah tiga kelurahan tersebut, tidak ada catatan baru terkait balita yang masuk risiko stunting. Sehingga, hal itu tentu berpengaruh pada perhitungan persentase untuk menuju zero stunting.
Baca Juga : Anies Baswedan Teken 13 Poin Pakta Integritas Hasil Ijtima Ulama dan Tokoh, Langsung Trending X
“Nah risiko stunting itu meliputi gizi yang kurang dan berat badan kurang. Itu sudah kita intervensi dengan pemberian program makanan tambahan (PMT). Kemudian memang percepatan di dalam penurunan stuntingnya itu yang akan kita hitung untuk menuju pada zero stunting,” ujar Husnul.
Berdasarkan catatan Dinkes Kota Malang saat ini, dari 333 balita di Kelurahaan Samaan, ada 18 kasus risiko stunting. Sedangkan di Kelurahan Klojen, terdapat 13 kasus dari total 139 balita. Sementara di Kelurahan Rampal Celaket, ada sebanyak 4 balita dari total 181 balita.
“Di bulan November untuk persentase angka stunting di Kota Malang 9,58 persen. Namun, untuk Desember masih belum kita rekap. Insya Allah nanti di awal Januari 2024,” terang Husnul.
Menurut dia, upaya untuk menekan angka stunting tersebut tentu merupakan peran semua pihak. Termasuk dari pihak kecamatan hingga kelurahan. Untuk itu, dirinya berharap ada inovasi dalam menekan angka stunting di masing-masing wilayah. Termasuk di tiga kelurahan yang ditarget zero stunting pada tahun 2023 mendatang. Sehingga selanjutnya, jika zero stunting di tiga kelurahan tersebut sudah terwujud, bisa dilanjutkan di wilayah kelurahan lain.
“Masing-masing kelurahan itu kan punya inovasi yang sudah dilakukan di bawah puskesmas yang ada di masing-masing wilayah," imbuh Husnul.
Baca Juga : Setelah Pelantikan, 51 Kades dan TP-PKK Akan Mengikuti Program Peningkatan Kapasitas
Selain itu, intervensi yang dilakukan terus dievaluasi untuk memastikan apakah upaya yang dilakukan sudah sesuai dan tepat sasaran atau belum. Termasuk dalam upaya pemenuhan gizi balita risiko stunting.
"Kita melihat, intervensi yang dilakukan baik pada balita risiko stunting maupun yang berat badannya kurang, itu tepat sasaran atau tidak intervensinya. Kemudian juga dalam pemenuhan gizinya itu sudah sesuai atau belum dan dukungan dari beberapa stakeholder lainnya,” pungkas Husnul.