JATIMTIMES - KPU telah menetapkan masa kampanye Pemilu serta Pilpres mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Sementara jadwal pemungutan suara pada tanggal 14 Februari 2024.
Sekalipun paslon capres cawapres selalu menjadi perbincangan hangat, namun bukan berarti profil dan sepak terjang para calon legislatif tidak menjadi perbincangan. Baik DPR RI, DPRD, maupun calon senator DPD RI.
Baca Juga : Menangkan Pasangan AMIN, Ratusan Perempuan Nahdliyin Kediri Dibaiat
Di Jawa Timur misalnya, calon DPD RI Jatim dari kalangan perempuan, Dr. Lia Istifhama, tak luput jadi sorotan. Keponakan Khofifah tersebut sebelumnya dikenal sebagai aktivis yang rutin menjadi narasumber di berbagai forum.
Menurut putri tokoh Nadhliyyin KH Masykur Hasyim tersebut, makna cantik bukanlah fisik. Hal ini disampaikannya pada awak media setelah mengisi diskusi bersama Kopri PMII Rayon Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya.
“Cantik itu bukan apa yang terlihat secara luar atau fisik belaka, karena performance kan bisa dibentuk dengan polesan. Namun kecantikan sejati adalah bagaimana kaum perempuan mensinergikan kecerdasan, ketangguhan, dan keberanian. Ketiga hal ini yang mewujudkan sejauh mana kaum perempuan bisa memiliki kesadaran peran. Yaitu sadar bahwa posisinya di negeri ini adalah membangun kebaikan dengan pondasi empati yang tinggi," ujarnya.
Perempuan yang masuk dalam 22 Tokoh Muda Forum Jurnalis Nahdliyyin 2020 tersebut juga menjelaskan bahwa kesadaran peran akan membangun kecantikan sejati.
“Kalau bicara cantik secara fisik, itu relatif dan tidak ada habisnya karena semua perempuan memiliki diferensiasi kecantikan masing-masing. Tapi kecantikan yang bisa diterima oleh banyak orang adalah cantik secara inner beauty. Yaitu cerdas dan santun dalam bersikap, berani menyampaikan gagasan, dan tangguh menghadapi dinamika yang ia alami. Secara sederhana, kecantikan sejati ini dapat dibentuk melalui peran berpolitik," bebernya.
Dia menyampaikan peran dalam berpolitik akan membentuk karakter perempuan yang selalu belajar dan belajar.
Baca Juga : Alissa Wahid Marah Ada Kelompok Ngaku Gusdurian Probolinggo Nyatakan Dukungan ke Prabowo-Gibran
"Belajar mengamati situasi, belajar berkomunikasi, dan belajar mencari solusi ketika mengalami dinamika dalam proses politik. Jadi sangat diharapkan, kaum perempuan mengambil peran di dunia politik, atau mungkin, di dunia publik lainnya. Contoh, perempuan pekerja yang tidak bisa terikat politik, tetap bisa aktif di organisasi agar terus terstimulus membangun cerdas, tangguh, dan berani," tegasnya.
Akademisi yang juga aktif menulis tersebut, mencontohkan beberapa organisasi keperempuanan yang bisa dijadikan sebagai sarana membangun kesadaran peran.
“Kita harus akui, dari sekian banyak organisasi keperempuanan, yang paling menonjol adalah Muslimat NU dan Fatayat NU, dimana para pengurus atau kadernya selalu terlihat matang dalam menyampaikan gagasan. Mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi saat di tengah publik. Ini tak lain karena kecantikan sejati sudah melekat dalam diri mereka. Jadi setidaknya, ini bisa menjadi alternatif ruang atau sarana mengasah dan sekaligus membangun kesadaran peran perempuan lainnya," imbuh Ning Lia, demikian biasa disapa.