JATIMTIMES - Belakangan ini istilah 'gemoy' yang dilekatkan pada capres Prabowo tengah menjadi sorotan publik. Salah satu tokoh yang turut berkomentar soal gimik itu adalah putra sulung Presiden ke 4 Gus Dur, Alissa Wahid.
Perempuan yang berprofesi sebagai psikolog keluarga tersebut mengaku miris jika pemuda memilih pemimpin Indonesia hanya berdasarkan pada gimik belaka.
Baca Juga : Gerindra Kota Kediri Berikan Pendidikan Politik untuk Perempuan
"Yang paling menyedihkan adalah bila anak-anak muda Indonesia memilih pemimpin Indonesia masa depan hanya berdasarkan gaya & gimmick, bukan berdasarkan kualitas kepemimpinan bangsa," tulis Alissa Wahid, dikutip dari akun X (Twitter) pribadinya.
Menurut Alissa, mencari pemimpin negara bukanlah kontes popularitas atau reality show. Namun Pemilu sejatinya adalah menentukan nasib jutaan warga Indonesia.
"Jadi kontes popularitas atau reality show saja. Padahal menentukan nasib 280 jutaan orang," ujarnya.
Sontak unggahan Alisa itu pun menuai beragam komentar dari warganet. Banyak warganet yang menyadari jika gimik-gimik lucu tersebut menyasar generasi muda yang kali pertama nyoblos.
"Gue pikir mereka yang kemakan gemoy itu cuma denial aja, ternyata emang ga tau," @nihilis*****.
"Kaget beberapa pengguna @bijakmemilihid terutama yang muda banget (first time voters) banyak yang lapor baru tau beberapa ‘kontroversi’ capres, karena yang selama ini mereka terpapar cuma gimmick-gimmick aja," @Afu****.
Praktisi teknologi informasi asal Gresik dan juga penggagas situs KawalPemilu.org, Ainun Najib turut berkomentar di unggahan Alissa Wahid. Ainun Najib juga berharap agar Gen-Z bisa lebih pandai memilih.
"Ainun Najib, semoga tidak demikian, saya optimis generasi muda terutama Gen-Z saat ini lebih pandai ketimbang generasi kita-kita dulu ning. Tapi kalau ternyata begitu ya gimana yaaa, apakah sudah hopeless kita sebagai bangsa?," ujar Ainun Najib.
Sebagaimana diberitakan, Juru Bicara TKN Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, Dedek Prayudi membedah pemakaian narasi politik gemoy yang melekat di figur Prabowo-Gibran.
Dedek menilai narasi gemoy ini ditujukan untuk mengambil sensasi di kalangan milenial dan gen Z. Pasalnya, Dedek menyebut narasi gemoy cukup mudah ditangkap bagi kalangan anak muda.