JATIMTIMES – Sejarah Korea dan Jepang yang selalu bersitegang. Namun ada fakta unik terkait dua negara tersebut. Perlu diketahui, Jepang memiliki sekolah Korea Utara yang tentunya semua metode pembelajarannya berbasis kurikulum Korut.
Foto Kim Il Sung, Kim Jong Il, dan Kim Jong Un memenuhi setiap ruang kelas dan asrama, bahkan lagu-lagu yang diputar hanya lagu dari Korea Utara saja.
Baca Juga : Perbup Penggalangan Sumbangan di Sekolah Kabupaten Malang Segera Diterbitkan
Awal mulanya, pada 1910 Jepang secara resmi menganeksasi semenanjung Korea, dalam catatan pada saat itu Korea belum terpecah menjadi dua bagian. Dengan demikian, hubungan Korea dan Jepang jadi lebih sering terikat. Sebagai contoh, banyaknya tenaga kerja Korea yang pindah dan menetap ke Jepang, sejak saat itu populasi penduduk asli Korea yang tinggal di Jepang terus meningkat dan bertambah, hingga populasinya melonjak mencapai jutaan orang.
Namun setelah perang dunia kedua usai, hak kewarganegaraan mereka dicabut oleh pemerintah Jepang. Hal ini tampaknya menjadi peluang bagi Kim Il Sung untuk menjadi pahlawan dan mempromosikan negaranya untuk repratiasi Zainichi ke Korut. Untuk diketahui, ‘Zainichi’ adalah sebutan umum warga ras Korea yang tinggal di Jepang, meskipun awalnya sebutan Zainichi merujuk luas ke orang non Jepang dari negara manapun yang menetap. Kim Il Sung mendanai dan membantu mendirikan sekolah dan bisnis serta mendirikan asosiasi bagi Zainichi di Jepang.
Pembangunan fasilitas ini adalah upaya Pemerintah Korut untuk meningkatkan jumlah warga negaranya dan membangun kedekatan dengan rezim Kim. Doktrin ditanamkan untuk keberpihakan kepada Korea Utara, pihaknya mendorong kaum Zainichi untuk melihat Korea Utara sebagai tanah air mereka. Sedikitnya terdapat 70 sekolah Korea Utara yang berdiri hingga sekarang, salah satu diantaranya adalah perguruan tinggi. Meskipun pembangunannya didanai oleh Kim Il Sung, tetapi oprasionalnya ditanggung oleh Kementerian Pendidikan Jepang hingga 2010.
Untuk orang tua Korea di Jepang yang ingin anak-anak mereka belajar bahasa dan sejarah Korea, sekolah “pro-Pyongyang” sebenarnya adalah satu-satunya pilihan, tidak peduli keyakinan politik mereka.
“Karena mereka bukan orang Jepang, saya ingin anak-anak saya bersekolah di Korea dan belajar bahasa dan semangat etnis. Itu adalah hal yang paling penting,” Oh Jong E salah satu kaum Zainichi, seraya menambahkan bahwa kesamaan nenek moyang lebih diutamakan.
Baca Juga : Menteri ATR/BPN Komitmen Lindungi Tanah Masyarakat: Ada Mafia, Kita Gebuk
Korea Utara gemar menembakkan rudal ke pulau-pulau di utara secara berturut-turut, sehingga menyebabkan warga yang ketakutan bergegas mencari perlindungan. Akibat provokasi Pyongyang, membuat Jepang berada di ujung tanduk, rasa ketegangan dan kecemasan telah membuat banyak warga etnis Korea merasa berkonflik , terutama generasi muda yang menganggap Jepang modern adalah satu-satunya rumah yang mereka kenal. Tentunya hal inilah yang menjadikan Zainichi dikucilkan oleh lingkungan akibat stigma Korea Utara yang buruk.
Namun, Jika dunia memandang dinasti Kim sebagai kriminal dan pelanganggar hak asasi manusia, bagi kaum Zainichi mereka dianggap pahlawan anti imperialis. Bahkan Zainichi tetap setia dan mempertahankan kewarganegaraanya sebagai warga Korea Utara
“Negara ini tidak mengakui Korea Utara, tapi kami mengakuinya. Dan menurut kami untuk mempertahankan kewarganegaraan yang ada adalah hal yang benar untuk dilakukan,” ujar Mu Hyang Shin selaku mahasiswa Universitas Korea.