JATIMTIMES - Ratusan orang pasien dan tenaga medis meninggalkan Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Gaza dengan berjalan kaki pada hari Sabtu (18/11). Adapun hal itu terjadi setelah direktur rumah sakit mengatakan pasukan Israel telah memerintahkan evakuasi pasien dan staf medis dari rumah sakit tersebut.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Sabtu (18/11/2023), Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa 120 orang yang terluka masih berada di rumah sakit tersebut, bersama dengan sejumlah bayi prematur yang tidak disebutkan jumlahnya.
Baca Juga : Sambut Danyon Baru, Pemkab Bondowoso Terus Bangun Sinergitas dengan Yonif 514 Raider
Direktur rumah sakit, Mohammed Abu Salmiya mengatakan kepada AFP, bahwa pasukan Israel menginstruksikan dia untuk memastikan "evakuasi pasien, korban luka, pengungsi dan staf medis, dan bahwa mereka harus berjalan kaki menuju pinggir laut".
Sementara sebelumnya, para pejabat kesehatan Hamas mengatakan kepada AFP bahwa "450 orang yang terluka dan pasien dengan penyakit kronis" tidak dapat dievakuasi dan tetap berada di rumah sakit, bersama dengan staf medis yang merawat mereka.
Di RS Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, tentara Israel terus menggeledah pada hari ketiga untuk mencari tempat persembunyian para milisi Hamas.
Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza mengatakan bahwa 24 pasien di RS Al-Shifa telah meninggal dalam waktu 48 jam terakhir karena listrik padam.
"Dua puluh empat pasien... telah meninggal dalam 48 jam terakhir" di rumah sakit Al-Shifa "karena peralatan medis penting berhenti berfungsi karena pemadaman listrik", kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra.
Baca Juga : 24 Pasien di RS Al-Shifa Meninggal Dunia Akibat Listrik Mati Total
Diketahui, Israel sebelumnya pada Sabtu pagi waktu setempat, pasukan Israel memerintahkan melalui pengeras suara untuk mengosongkan rumah sakit Al-Shifa "dalam satu jam ke depan," ujar seorang jurnalis AFP yang melaporkan di tempat kejadian.
Israel telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan terhadap serangan 7 Oktober, yang menurut para pejabat Israel menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.
Rentetan serangan udara dan darat tentara Israel telah menewaskan 12.000 orang, termasuk 5.000 anak-anak, menurut kelompok Hamas yang memerintah Gaza sejak 2007.