JATIMTIMES - Sejak zaman Rasulullah, pertumpahan darah bukanlah sesuatu yang tidak biasa. Melainkan, hal yang seperti itu kerap terjadi apalagi sejak agama Islam mulai disebar luaskan dan mulai diminati oleh masyarakat. Salah satunya seperti kisah Sumayyah binti Khayyath.
Dilansir dari akun Tiktok @story.a.i, Sumayyah binti Khayyath merupakan seorang budak yang setia dari Abu Hudzaifah. Kemudian beliau menikah dengan Yasir yang merupakan seorang pendatang.
Baca Juga : Baznas Banyuwangi Himpun Dana Zakat Rp. 4,2 Miliar
Posisi Sumayyah yang sebatang kara, membuatnya hidup serba kesulitan. Apalagi, berada di bawah aturan-aturan yang berlaku semasa jahiliyah. Hampir tak ada kabilah yang sudi membelanya.
Sang suami juga demikian. Yasir mendapati dirinya sebagai pendatang miskin. Untuk itu, dia berlindung pada Bani Makhzum. Seperti sang istri, Yasir juga hidup di bawah kekuasaan Abu Hudzaifah.
Dari pernikahannya, Sumayyah dan Yasir dikarunia seorang anak laki-laki. Anak tersebut diberi nama Ammar. Selain Ammar mereka juga memiliki anak laki-laki bernama Ubaidillah.
Seiring berjalannya waktu, Ammar kian dewasa. Suatu hari, Ammar mendengar dakwah yang diajarkan seorang insan mulia, sang al-Amin Muhammad bin Abdullah. Ia merasa tertarik dengan agama Rasulullah SAW itu.
Seperti jamaknya orang-orang Makkah yang merindukan keadilan dan kasih sayang-Nya, Ammar bin Yasir merasa terpanggil untuk mendalami Islam. Ia bisa melihat agama ini seturut dengan fitrah kemanusiaan. Misalnya, tidak ada penghambaan yang lebih hakiki selain seorang manusia kepada Allah SWT.
Hidayahpun datang kepada Ammar. Ia memutuskan memeluk Islam. Ammar pun pulang ke rumah dengan berstatus sebagai Muslim. Ia menemui kedua orang tuanya. Ammar bercerita tentang pertemuannya dengan Rasulullah SAW. Ia menuturkan bagaimana Islam yang begitu menyentuh hatinya. Bagaimana dakwah-dakwah yang dibawa Rasulullah menarik hatinya.
Ammar kemudian menawarkan Islam kepada orang tuanya, Sumayyah dan Yasir. Ternyata, kedua orang tuanya dan juga sang adik menyambut gembira ajakan itu. Seluruhnya masuk Islam.
Dengan demikian, Sumayyah menjadi orang ketujuh yang masuk Islam. Sumayyah dan keluarganya memeluk Islam ketika Nabi Muhammad SAW pada taraf awal menyiarkan dakwahnya. Namun, petakapun datang dengan tersebarnya kabar keislaman Sumayyah dan keluarganya.
Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan Sumayyah. Penyiksaan pun tak terelakkan lagi. Bermacam-macam siksaan dijatuhkan kepada keluarga ini agar mereka keluar dari agama-Nya.
Baca Juga : Ini Daftar Lengkap Tim Pemenangan Prabowo-Gibran
Salah satu siksaan yang sangat pedih adalah mereka dibawa ke gurun pasir dengan baju besi di badan mereka. Bahkan, dalam keadaan yang panas menyengat, mereka juga menaburi Sumayyah dengan pasir yang sangat panas.
Tak hanya itu, mereka juga meletakkan sebongkah batu yang berat di atas dadanya. Namun, tak terdengar sedikitpun rintihan dan ratapan dari Sumayyah. Melainkan ucapan, “Ahad … Ahad ….”, ungkapan tentang keteguhan akan tauhid yang terus keluar dari mulut Sumayyah binti Khayyat. Ia terus mengulang kata-kata itu. Hal yang serupa juga dilakukan pada Yasir, Ammar, dan Ubaidullah.
Suatu ketika, Rasulullah SAW menyaksikan keluarga Muslim ini tengah disiksa dengan kejam. Beliau kemudian menengadah ke langit dan berseru, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.” Sumayyah mendengar seruan Rasulullah SAW. Maka ia pun semakin tegar menghadapi berbagai macam siksaan.
Ia bahkan dengan berani terus mengulang sebuah kalimat, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.”
Sumayyah binti Khayyat mendengar seruan itu semakin tegar dan kokoh keimanannya, begitupun dengan Yasir. Keteguhan ini membuat orang kafir menjadi putus asa dan membuat Abu Jahal melampiaskan lebih dalam lagi dengan menusukkan sangkur yang ada di genggamannya kepada Sumayyah.
Sangkur itu bahkan menembus punggung Sumayyah. Maka hilanglah nyawa Sumayyah binti Khayyat dari raganya dengan keteguhan iman. Dan membuatnya menjadi wanita pertama yang syahid dalam Islam. Kisah ini dikaitkan dengan Asmaul Husna As Shabuyr yang artinya Maha Penyabar. Dalam surah Ali Imran ayat 146 Allah begitu menyukai orang-orang yang sabar.
Makna dari ayat tersebut kata Aan adalah bahwa Allah Maha Penyabar, Dia menangguhkan siksa bagi hambanya yang berdosa. Dia beri waktu hambanya untuk bertobat. Allah maha suci dari sifat tergesa-gesa, tak ada yang dikerjakannya bila belum tiba waktunya.