JATIMTIMES - Gadis Kretek adalah sebuah novel karangan Ratih Kumala yang diterbitkan pada tahun 2012. Novel ini masuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012.
Novel yang mengisahkan tentang sejarah rokok kretek di Indonesia ini juga diadaptasi ke dalam bentuk serial berjudul sama oleh Kamila Andini dan Ifa Isfansyah, yang ditayangkan di Netflix sejak 2 November 2023 sebagai serial orisinal Netflix pertama di Indonesia.
Baca Juga : KPU Tetapkan 9.917 DCT anggota DPR RI dan 668 DCT anggota DPD RI
Hingga Sabtu, 4 November, serial Gadis Kretek ini masuk dalam 10 acara televisi teratas di Indonesia versi Netflix. Bahkan serial yang dibintangi aktor dan aktris papan atas tersebut menduduki posisi pertama sebagai acara televisi teratas di Indonesia versi Netflix.
Baru dirilis 2 November, hingga 4 November serial Gadis Kretek menduduki acara televisi di Indonesia yang paling banyak ditonton. (Foto: tangkapan layar Netflix)
Di platform X, banyak warganet yang mencoba mereview serial Gadis Kretek itu. Salah satu akun anonim X @HabisNontonFilm menyebutkan jika Gadis Kretek ini adalah salah satu series terbaik tahun ini.
"GADIS KRETEK nyaris sempurna di segala aspek. Akting memukau, desain produksi megah, musik indah, penceritaan mulus dengan cliffhanger di tiap episode yg selalu bikin penasaran. Sekali coba, langsung jatuh cinta," tulis akun tersebut.
Sebagai informasi, serial ini dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Putri Marino, Ario Bayu, Arya Saloka, Sheila Dara Aisha, Tissa Biani dan aktor-aktor ternama lainnya.
Kisah ‘Gadis Kretek’ berawal dari perkenalan Lebas (Arya Saloka) yang setia menemani ayahnya yang dirawat di rumah sakit. Ayah Lebas, Soeraja (Ario Bayu) dan keluarga besarnya memiliki bisnis kretek Djagad Raja sejak zaman pasca penjajahan Belanda.
Soeraja, di tengah kondisi berbaring lemas tiba-tiba meneriakkan nama Jeng Yah berulang kali hingga membuat Lebas bingung. Sebagai anak terakhir, ia melakukan pencarian sosok Jeng Yah yang misterius.
Momen pencarian itu, membawa Lebas kembali ke masa lalu, saat industri kretek di Kota M dikuasai oleh perusahaan milik juragan bernama Idrus Muria (Rukman Rosadi).
Idrus sendiri memiliki dua anak yaitu Dasiyah (Dian Sastrowardoyo) dan Rukayah (Tissa Biani). Dasiyah kemudian menjadi salah satu kunci sukses bisnis kretek sang ayah. Dasiyah yang dikenal juga sebagai Jeng Yah menjadi sosok di balik saus kretek yang dibuatnya.
Suatu hari, Idrus membawa Soeraja ke perusahaannya. Saat itu, ia diperkenalkan dengan saus kretek racikan Dasiyah dan mendapat apresiasi penuh dari Soeraja. Hingga suatu saat, orangnya Dasiyah menjodohkan ia dengan salah satu anak dari Seoraja, namun hati Dasiyah nggak bisa berpaling dari Soeraja.
Sementara itu di masa kini, Lebas masih mencari Jeng Yah, yang kemudian mendapat petunjuk dari dokter Arum (Putri Marino). Keduanya pun saling bekerja sama untuk mencari Jeng Yah sebelum Seoraja mengembuskan napas terakhirnya.
Tentang Lebas yg disuruh mencari Jeng Yah, sosok penting di kehidupan ayahnya. Selama pencarian lewat foto & jurnal, penonton dikenalkan dengan keluarga Jeng Yah, pemilik pabrik kretek terkenal di tahun 60an.
Menurut akun @HabisNontonFilm serial ini menyajikan kembali aktris Dian Sastro yang luar biasa. "Kecantikan Dian Sastro sungguh paripurna!," ujar dia.
Baca Juga : Para Maestro Seni Probolinggoan Hadir Pada Kegiatan Galang Gerak Budaya Tapal Kuda di Probolinggo
Meski serial ini berlatar tahun 1960 an dan 2000 an, namun alur muju mundurnya dinilai tidak membingungkan.
"Justru transisinya menambah estetika storytelling yang berbobot sejak awal. Detail warna jadi sorotan, mengungkap kondisi politik tahun '65 yg mengantar cerita ke sisi lebih kelam & menyakitkan," tulis pengunggah.
Pengunggah juga mereview akting para pemain serial Gadis Kretek. Selain Dian Sastro dan Ario Bayu yang memukau, pasangan Arya Saloka & Putri Marino juga dinilai layak dikagumi. "Utamanya berkat chemistry-nya (Putri Marino dan Arya Saloka) yang klop saat mencari keberadaan dan kebenaran soal Jeng Yah," ujarnya.
"Ditambah aktor pendukung lain yg bagus-bagus semua," imbuh pengunggah.
Selain aktor, latar musik pada serial juga dinilai bagus oleh pengunggah. "Dengan pilihan lagu-lagu yg enak semua, series ini menjadi lebih spesial. Alunan musik yang menenangkan terdengar amat santun di telinga," ujarnya.
"Opening credit-nya pun gak pernah Minton skip. Terlalu merdu untuk dilewatkan," imbuh akun tersebut.
Sebagai penonton, pengunggah merasa sulit untuk tidak menebak-nebak atas apa yang terjadi pada Jeng Yah. "Segitu kuatnya sosok beliau bikin Minton optimis kalo jagoan kita ini akan baik-baik saja," ujarnya.
"Saking nagihnya series ini, mungkin banget kalo kamu bisa ngabisin 5 episode seharian aja. Tiap kejutannya berkesan," sambungnya.
Pengunggah yang belum membaca novel Gadis Kretek merasa serial ini adalah tontonan berkualitas. "Bagi Minton yg belom baca novelnya, GADIS KRETEK ini tontonan berkualitas yg gak cuma cantik di luar, tapi juga membuat Minton terhanyut dengan ceritanya yg kaya & karakter yg mempesona," ujar dia.
Diketahui, sebelum tayang di Netflix, serial Gadis Kretek ini lebih dulu diputar di Busan International Film Festival. Serial ini sendiri bukan hanya sekadar cerita, melainkan mengembalikan kenangan masa lalu seorang Ratih Kumala (penulis novel). Ia mengaku novelnya terinspirasi dari kisah nyata keluarga besarnya yang merupakan pengusaha kretek lokal di Jawa Tengah.
