free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Pakubuwono X Tokoh di balik Layar Sarekat Islam: Alat Perjuangan Santri di Era Pra Kemerdekaan

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

22 - Oct - 2023, 20:07

Placeholder
Raja Surakarta Pakubuwono X dan permaisuri GKR Hemas.(Foto : Diana Dien/Pinterest)

JATIMTIMES -  Resolusi Jihad menjadi bagian sejarah penting dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan menjadi cikal bakal ditetapkannya Hari Santri Nasional. Resolusi Jihad dipelopori oleh KH Hasyim Asy'ari bersama para ulama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 78 tahun yang lalu, tepatnya pada 22 Oktober 1945. 

Seruan Resolusi Jihad dilakukan tidak lama setelah momen proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat itu, kondisi politik dan keamanan di Indonesia belum stabil. Dua bulan setelah Indonesia merdeka, muncul kabar tentang kehadiran NICA Belanda bersama dengan tentara sekutu yang berencana untuk mengambil alih Indonesia. Keputusan tentang jihad fi sabilillah yang dikeluarkan oleh PBNU merupakan cikal bakal dari Resolusi Jihad. Bunyi Resolusi Jihad adalah sebagai berikut: 

Baca Juga : Satu Orang Tewas dalam Serangan Israel di Kompleks Militan Bawah Masjid al-Ansar

”Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardlu ’ain (yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak), bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada di luar jarak lingkaran tadi, kewajiban itu jadi fardlu kifayah (yang cukup, kalau dikerjakan sebagian saja).” 

Resolusi Jihad mampu membangun dampak yang besar bagi pergerakan rakyat Indonesia kala itu. Di Jawa Timur Resolusi Jihad menjadi pendorong keterlibatan banyak pengikut NU untuk ikut serta dalam Pertempuran 10 November.

Sedikit mundur ke belakang, manifestasi peran santri dan ulama juga sejatinya muncul pada masa pergerakan nasional di era pra-kemerdekaan. Pada awal abad ke-20, banyak sekali bermunculan organisasi pergerakan nasional dengan berbagai platform atau ideologi, salah satunya adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada 16 Oktober 1905. 

Organisasi yang pada 1912 berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) ini didirikan oleh kalangan ulama dengan tujuan untuk menjadi sarana perjuangan umat Islam melalui bidang niaga dalam melawan penjajahan Belanda.

Sarekat Dagang Islam awalnya adalah perserikatan pedagang yang didirikan untuk bersaing dengan pegang Tionghoa yang kala itu memonopoli perdagangan batik di Solo. Praktik monopoli ini membuat para pedagang lokal merugi dan kesulitan dalam menentukan harga. 

Organisasi ini dilahirkan dengan tujuan untuk menggalang kerja sama di antara para pedagang muslim demi memajukan perniagaan pribumi dan menyaingi pedagang etnis Cina waktu itu.

Setelah didirikan, organisasi ini memiliki tujuan utama memajukan perdagangan, memberikan pertolongan kepada anggota-anggota yang kesusahan, baik jasmani maupun rohani, memajukan kehidupan agama Islam, dan berjuang menuntut pemerintahan sendiri. 

Dalam perjuangannya, Sarekat Islam mendapat tempat di hati rakyat dan mendapat dukungan dari Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Sunan Pakubuwono X.

Dalam sejarahnya, Sarekat Dagang Islam didirikan di Surakarta pada 1905 oleh Haji Samanhudi, Sumowardoyo, Wiryotirto, Suwandi, Surypranoto, Jarmani, Haryosumarto, Sukir dan Martodikoro. 

Sunan Pakubuwono X memberikan dukungan penuh terhadap SDI karena putra dan kerabatnya ikut terlibat aktif dalam organisasi ini, salah satunya Pangeran Hangabehi yang kelak menjadi Pakubuwono XI.

Di masa penjajahan, Pakubuwono X yang dikenal kaya raya dan dermawan melakukan serangkaian geberakan besar. Selain melakukan perombakan dan pembangunan fisik besar-besaran di Surakarta Hadiningrat. Pakubuwono X juga diam-diam memobilisasi  pergerakan nasional untuk mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Pakubuwono X lahir pada 29 November 1866 dengan nama kecil Raden Mas Sayidin Malikul Kusno. Ia adalah putra Pakubuwono IX dengan permaisuri KRAy Kustiyah. Pada usia 3 tahun, Raden Kusno telah ditetapkan sebagai putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram.

Pakubuwono X menggantikan ayahnya, Pakubuwono IX sebagai susuhunan Surakarta ketika Pakubuwono IX meninggal pada 16 Maret 1893. Dua minggu setelahnya Pakubuwana X resmi dilantik sebagai Susuhunan pada 30 Maret 1893. Pakubuwono memerintah Nagari Surakarta Hadiningrat selama 46 tahun.

Dukungan Pakubuwono X untuk Sarekat Dagang Islam tidak main-main. Ia memberikan berbagai fasilitas Keraton Kasunanan untuk organisasi yang baru saja lahir ini. Pakubuwono X betul-betul memahami tujuan dari Sarekat Islam.

Pimpinan Sarekat Islam yang pertama adalah Raden Hadji Oemar Said Cokroaminoto. Sebagai pemimpin dan tokoh berpengaruh, Cokroaminoto banyak berhubungan dan bertukar pikiran dengan Pakubuwono X. Salah satu yang sering dibahas oleh dua tokoh ini adalah tentang strategi perjuangan kemerdekaan.

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto  lahir pada 16 Agustus 1882 di Ponorogo. Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat wedana Kleco, Kabupaten Magetan pada saat itu. 

Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo, Mertuanya adalah R.M. Mangoensoemo yang merupakan wakil bupati Ponorogo. R.M Adipati Cokronegoro adalah putra dari Kiai Ageng Hasan Besari dari Pondok Pesantren Tegalsari Ponorogo dengan Bra. Murtosyah, putri Sunan Pakubuwono IV. 

Dari garis silsilah ini jelas, Tjokroaminoto masih punya hubungan kekerabatan dengan Pakubuwono X. Ibu Tjokroaminoto masih bagian dari keluarga keraton. Tjokroaminoto juga adalah santri dan memiliki warisan darah dari Kiai yang memimpin pesantren termashur dari Ponorogo.

Setelah lulus dari sekolah rendah, Tjokroaminoto melanjutkan pendidikannya di sekolah pamong praja Opleiding School voor Inlandsche Ambtrnaren (OSVIA) di Magelang. Setelah lulus, ia bekerja sebagai juru tulis patih di Ngawi. 

Tiga tahun kemudian, ia berhenti. Tjokromaninoto pindah dan menetap di Surabaya pada 1906. Di Surabaya, ia bekerja sebagai juru tulis di firma Inggris Kooy & Co dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kejuruan Burgerlijk Avondschool, jurusan Teknik Mesin. 

Salah satu trilogi Tjokroaminoto yang termasyhur adalah setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah Soekarno hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni Siti Oetari, istri pertama Soekarno.

Baca Juga : Setelah TPA Tlekung, 3 Kebakaran Baru Kepung Batu

Pesan Tjokroaminoto kepada murid-muridnya ialah "Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator". Perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya, Muso, Alimin, S.M. Kartosuwiryo, Darsono, dan yang lainnya terbangun dan tertawa menyaksikannya.

Kita kembali pada pembahasan Sarekat Islam. Sarekat Islam menyelenggarakan kongres di Keraton Surakarta. Dalam kongres ini diputuskan jika anggota Sarekat Islam tak terbatas pada warga Surakarta saja, tapi terbuka untuk seluruh bangsa Indonesia. Namun anggota Pamong Praja diputuskan tidak boleh menjadi anggota Sarekat Islam. 

Keputusan ini diambil agar Sarekat Islam tetap menjadi organisasi rakyat dengan tujuan perjuangan. Jadi bisa dikatakan, Sarekat Islam adalah organisasi pergerakan yang lahir dari tubuh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Berkat dukungan Pakubuwono X, Sarekat Islam terus berkembang dan anggotanya dari hari ke hari terus bertambah tak terbendung. Semakin besar membuat para aktivis Sarekat Islam ditekan dan diintimidasi oleh Residen Belanda. Menanggapi situasi ini, Cokroaminoto kemudian memindahkan pusat organisasi Sarekat Islam ke Surabaya.

Pada 26 Januari 1912, Sarekat Islam menyelenggarakan kongres di Surabaya. Acara ini dihadiri wakil 10 cabang dengan dukungan 8.000-10.000 pengunjung. Anggota Sarekat Islam pada waktu itu diperkirakan sekitar 80.000 orang dengan 64.000 orang diantaranya orang-orang Surakarta. 

Dalam konggres ini ditetapkan kedudukan komite sentral tetap berada di Surakarta, dengan tiga departemen yang bertugas melebarkan sayap organisasi ke pelosok-pelosok Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Sarekat Islam yang didukung Pakubuwono X kembali menyelenggarakan kongres berikutnya pada 23 Maret 1913 di Surakarta. Setelah kongres ini Sarekat Islam benar-benar semakin melambung. Sarekat Islam terus berkembang dan anggotanya di luar Jawa mencapai 700.000 orang  dengan 180 cabang. Kongres dilaksanakan di Sriwedari, taman dan tempat pertemuan milik Pakubuwono X.

Sarekat Islam benar-benar berkembang menjadi organisasi yang ditakuti oleh kolonial Belanda lantaran aktivitas politiknya yang sangat menonjol. Dalam aktivitas pergerakannya, Sarekat Islam selalu memperjuangkan keadilan bagi rakyat Indonesia yang tertindas oleh pemerintahan Belanda serta oknum-oknum lain. 

Pakubuwono X juga menempatkan empat pejabat tinggi keraton di organisasi ini. Bahkan Pangeran Hangabehi, putra Pakubuwono X, didapuk sebagai pelindung Sarekat Islam.

Sarekat Islam juga melebarkan sayapnya ke aspek politik. Dengan menerbitkan surat kabar yang dinamakan Oetoesann Hindia, Sarekat Islam coba menyebarkan propaganda perjuangan. Surat kabar ini terbit pertama kali pada 1912. Koran ini resmi berada di bawah Sarekat Islam dengan Tjokroaminoto sebagai pemimpin redaksinya

Selain itu, perjuangan Tjokroaminoto untuk memperoleh status badan hukum bagi Sarekat Islam juga dipandang sebagai langkah politik jitu yang diambilnya. Dengan pengakuan itu, Sarekat Islam bisa mendapatkan sejumlah keuntungan politis, seperti punya wewenang dalam melakukan tindakan hukum perdata.

Tjokroaminoto begitu leluasa bergerak melakukan perjuangan berkat perlindungan Sunan Pakubuwono X. Bersama-sama Abdul Muis, Tjokroaminoto mengajukan mosi yang kemudian terkenal dengan nama Mosi Tjokroaminoto pada tangga 25 November 1918. 

Mosi ini menuntut pemerintah Hindia Belanda untuk segera membentuk parlemen yang terdiri dari rakyat, dipilih rakyat, dan pemerintah bertanggungjawab pada parlemen. Tjokroaminoto juga lantang berpidato mengecam cara-cara yang dilakukan Pemerintah Belanda yang membuat rakyat Indonesia menderita.Pidato-pidato Tjokroaminoto mampu mempengaruhi pemikiran tokoh-tokoh nasional pada waktu itu. 

Tjokroaminoto semakin massif melancarkan serangan politik terhadap Belanda. Ia menuntut supaya dokter-dokter pribumi disamakan kedudukannya dengan dokter-dokter Belanda. Imbasnya, pada tahun 1920, Tjokroaminoto dijebloskan ke penjara karena dituduh akan melakukan pemberontakan pemerintahan Hindia Belanda. 

Tahun 1927, Tjokroaminoto diminta duduk di dalam Volkstraad namun ditolaknya. Penolakan ini karena ia tidak mau bekerjasama dengan Belanda.

HOS Tjokroaminoto wafat di Surabaya pada 17 Desember 1934. Pada 9 November 1961, tokoh pergerakan nasional dan perintis serta pengembang Sarekat Islam yang dilindungi Pakubuwono X ini mendapat penghargaan dari Pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional dengan SK Presiden No.590/1961.

Sedangkan Pakubuwono X sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 2009. Penghargaan ini setelah Pakubuwono X dinilai berjasa atas jasa dan peran aktif dalam perjuangan pergerakan nasional, pelopor pembangunan sosial-ekonomi, pendidikan rakyat, pembentukan jati diri bangsa dan integrasi nasional.

Pakubuwono X juga diakui kontribusinya terhadap kesejahteraan dan kepentingan penduduk pribumi di dalam kesunanan selama pemerintahannya. Serta  menjadi pelindung besar bagi banyak proyek ekonomi dan budaya lokal.


Topik

Serba Serbi sarekat islam sarekat dagang islam sunan pakubuwono x



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana