free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Lingkungan

DLH DKI Klaim Sensor Kualitas Udara Swasta Hoaks, Begini Respons Founder Nafasidn

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Yunan Helmy

23 - Sep - 2023, 17:31

Placeholder
Kondisi udara Jakarta. (Foto: X/@yegitusih)

JATIMTIMES - Baru-baru ini ramai soal klaim Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta yang menyebut sensor kualitas udara dari pihak swasta selama ini hoaks karena tidak berizin. 

Lantas co-founder Nafas Indonesia Piotr Jakubowski angkat bicara soal pernyataan yang disampaikan DLH DKI Jakarta. Diketahui, Nafas Indonesia adalah aplikasi kualitas udara di Indonesia. 

Baca Juga : Waspada, Salah Pola Asuh Anak Bisa Berakibat Fatal

"Untuk yang bertanya2 tentang akurasi data dari sensor yang dipakai oleh @nafasidn, aku infokan beberapa hal," kata Piotr melalui akun X pribadinya @piotrj. 

Menurut Piotr, sensor yang dipakai Nafas bukan buatan tanpa izin. Pihaknya telah bekerja sama dengan @airlyorg, salah satu perusahaan yang spesialisasi-nya dalam monitoring kualitas udara dan sudah kerjasama dengan ratusan pemerintah daerah, kotaan, negara di 40 negara. "Mereka sudah membuat ribuan sensor kualitas udara dengan standar dan proses tertinggi," tandas Piotr. 

Bahkan, menurut dia, sensor Airly telah dipakai pemerintah Inggris, Prancis, Jerman, Yunani, Polandia dan banyak negara yang lain. "Apakah itu artinya semua negara ini salah juga dalam pemilihan sensor ini?" tanya Piotr. 

Lebih lanjut Piotr menjelaskan sensor Airly sudah terkalibrasi sebelum dikirim ke Indonesia, dan sudah mendapat banyak sertifikasi, termasuk MCERTS dari UK. 

"MCERTS adalah sertifikasi tertinggi di dunia untuk alat-alat seperti ini," jelasnya. 

Piotr juga menjelaskan bahwa Nafas Indonesia  selama satu tahun sudah menjalankan colocation dengan AQMS yang ada di Duta Besar Amerika Serikat untuk kalibrasi data. 

"Kenapa di Duta Besar AS? Ya, karena hanya ada option itu," tegas dia. 

Baca Juga : Sosok Wali Kota Sutiaji dan Wawali Sofyan Edi di Mata Kepala DLH Kota Malang

"Sudah berkali-kali kita ikut workshop, seminar dan event-event lain tentang pemantauan kualitas udara dan sudah berkali-kali kita menginfokan opini tentang ini," imbuhnya. 

Piotr sejatinya menciptakan Nafas Indonesia karema ingin ada standar untuk pemantauan kualitas udara dengan sensor low cost. 

"Kami menginginkan adanya standard untuk pemantauan kualitas udara dengan sensor low cost yang mengikuti best practice (termasuk kalibrasi dan colocation) dari negara yang sudah membuktikan bahwa strategi ini adalah sesuatu yang penting untuk berkembangan knowledge tentang polusi , seperti Amerika Serikat atau Uni Eropa," kata dia. 

"Di AS ada lebih dari 10,000 sensor yang dipasang, dan di Uni Eropa ada ribuan juga. Hanya dengan adanya data bisa kita mengatasi masalah polusi udara di Indonesia, dan kami berharap Nafas menjadi salah satu dari banyak organisasi yang memungkinkan penurunan polusi di negara ini," pungkas Piotr.


Topik

Lingkungan Udara Jakarta Nafas Indonesia kualitas udara Jakarta



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Yunan Helmy