JATIMTIMES - Ahli Epidemiologi Molekuler, Tifauzia Tyassuma atau akran disapa Dokter Tifa, tengah menjadi sorotan publik. Hal itu terjadi usai dokter Tifa memberikan pernyataannya soal Pandemi 2.0.
Dalam cuitannya di akun X (Twitter) pribadinya, Dokter Tifa memprediksi bahwa Pandemi 2.0 akan terjadi dalam waktu dekat dan lockdown pun akan dilakukan pada September 2023 ini.
Baca Juga : Mengenal Apa Itu Flare, Benda yang Diduga Jadi Penyebab Kebakaran GunungTeletubbies, Bromo
"Pandemi 2.0 yang dijadwalkan tahun 2025, ternyata dimajukan, bukan di 2024, tetapi di 2023. Dalam sebulan dua bulan, akan ada peraturan Lockdown, WFH, dan aturan pakai Masker," jelas Dokter Tifa.
"Pertama agar masyarakat tidak protes, maka alasannya adalah Polusi Udara.
Chemtrails terus ditaburkan, DEW dengan hasil kebakaran hutan dan gedung-gedung, Langit dibuat jadi Forecast, seakan-akan menghitam karena jelaga Batubara atau BBM," imbuh cuitan Dokter Tifa.
Dia pun mengimbau agar masyarakat meningkatkan imunitas. "Pesan saya; Satu, Tingkatkan Imunitas baik-baik. Sudah saya berikan metodenya di postingan saya yang lalu; Dua, Beli Ivermectin dan Hydroxychloroquine. Untuk jaga-jaga; dan Tiga, jadilah orang baik, perbaiki Ibadah, sholat ditambah khusyu dan tepat waktu, rajin-rajin sedekah, perbanyak amal jariyah," pungkas keterangan akun X Dokter Tifa.
Sontak unggahan itu pun menuai beragam komentar dari warganet. Ada yang percaya namun ada juga yang tak percaya.
"Kalau 1-2 bulan kedepan tidak terjadi maka twit ini termasuk hoax. Saya screenshot dulu biar gampang lapor polisi," @Investor****.
"Hydroxychloroquine obat untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria? Apakah Plandemi 2.0 nya gak sama dengan Plandemi 1.0," @Kutu_********.
"Saya lebih suka pesan ketiga, cukup Allah SWT sebagai pelindung dan kepada-Nya kembali apa pun sebabnya," @Angga*******.
"Benar dok, sekarang lagi pada serak batuk pilek, kemaren2 hampir tiap hari lihat ada pesawat ngeluarin gumpalan asap entah itu apa ??," @Rek****.
Sementara itu, menurut Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi, masyarakat tak boleh percaya begitu saja pada informasi-informasi yang belum jelas pembuktian ilmiahnya.
Baca Juga : Pendaftaran Capres Diisukan Maju, Komisi II DPR Tunggu Penjelasan KPU
"Saya kira dasar di dalam kita menyikapi terhadap problema kesehatan itu tentunya dasar yang berdasarkan evidence base. Kita tidak melihat satu dasar dalam konteks umpamanya informasi yang belum ada dasar-dasar ilmiah," ujar Adib, dikutip Liputan6, Jumat (8/9/2023).
Adib pun mengimbau masyarakat agar mencari informasi dari sumber yang terpercaya. Dia juga meminta agar masyarakat tidak langsung percaya terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya, termasuk lockdown September 2023 akibat Pandemi 2.0.
"Kami ingin mengimbau kepada masyarakat untuk mencari referensi terkait problematika kesehatan dari referensi utama. Artinya, kami dari Ikatan Dokter Indonesia atau himpunan dokter spesialis," katanya.
Adib menilai jika informasi dari Dokter Tifa tergolong dalam informasi personal. "Kalau informasi personal yang belum ada frame ilmiahnya, kami tentunya tidak bisa menjadikan itu sebagai dasar," katanya.
Adib juga mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak panik dengan berbagai pemberitaan, seperti saat masa Pandemi Covid-19.
"Jangan mudah termakan hoaks, jangan mudah termakan dengan isu-isu teori konspirasi dan sebagainya. Kita sudah banyak belajar dari pandemi maka cari lah referensi yang itu memang jadi referensi terpercaya," katanya.
Adib juga menekankan jika pendapat ini bukan berasal dari IDI. "Bukan (dari IDI), itu pendapat personal," ujarnya.