JATIMTIMES - Rusia kembali mengirimkan rudal ke kota timur Ukraina saat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkunjung ke Kiev, ibu Kota Ukraina. Dampak serangan Rusia itu menewaskan 17 orang, pada Rabu (6/9/2023).
Melansir laporan The New York Times (NYT), dikutip Kamis (7/9/2023), kunjungan Blinken untuk menegaskan dukungan AS kepada Ukraina bagi perlawanan terhadap invasi Rusia.
Baca Juga : Dua Perguruan Tinggi Top Turki Kian Mantapkan Internasionalisasi Unisma Malang
Selain itu, Blinken juga dijadwalkan akan mengumumkan paket asistensi perang baru AS bernilai lebih dari satu miliar dolar AS (Rp 15,338 triliun), dalam kunjungannya selama dua hari.
Namun di hari yang sama dengan kunjungan Blinken, sebuah rudal Rusia menghantam Kostyantynivka, sebuah kota di dekat garis depan timur. Serangan tersebut dilaporkan menyebabkan kematian 17 orang dan melukai setidaknya 32 orang, sementara mungkin masih banyak yang terperangkap di reruntuhan. Serangan tersebut terjadi di pasar luar ruangan sekitar pukul 2 sore, saat banyak pedagang dan pembeli berada di sana.
Presiden Ukraina Zelensky mengutuk serangan yang menimpa sebuah pasar, toko, apotek dan orang-orang tak bersalah tersebut. Menurut Zelensky, jumlah korban terluka masih bisa bertambah.
"Bagi siapa pun yang masih berurusan dengan Rusia di seluruh dunia, harus siap menghadapi kekejaman serupa," kata Zelensky.
Pihak militer Ukraina melaporkan bahwa pada Rabu (6/9/2023) pagi, Rusia meluncurkan serangkaian rudal dan drone, beberapa di antaranya menuju Kiev, hanya beberapa jam sebelum kedatangan Menlu Blinken. Bahkan ada laporan drone yang menewaskan setidaknya satu orang di Izmail, sebuah kota pelabuhan kecil di Sungai Danube di Ukraina selatan.
Kunjungan Blinken, yang tidak diumumkan sebelumnya karena alasan keamanan, terjadi saat pemerintahan Zelensky semakin terlibat dalam perang melawan korupsi resmi yang sudah lama mengakar di negara mereka.
Beberapa anggota parlemen di Amerika Serikat dan Eropa telah menyatakan keraguan tentang melanjutkan pengeluaran miliaran dolar untuk mempersenjatai dan mendukung Ukraina. Hal ini menambah tekanan bagi Presiden Zelensky. Serta menekan administrasi Biden yang ingin menunjukkan kemajuan dalam melawan korupsi.
Dalam pernyataannya, Blinken menjelaskan jika pihaknya membantu pemerintah Ukraina dan ingin memastikan akuntabilitas dan transparansi penuh untuk semua bantuan yang diberikan.
"Kami terlibat dalam membantu pemerintah Ukraina dalam upaya anti-korupsi dan untuk memastikan akuntabilitas serta transparansi penuh dari semua bantuan yang kami berikan, serta keamanan perlengkapan pertahanan dan teknologi yang kami sediakan," ungkapnya.
Blinken juga menyatakan bahwa dirinya dan Zelensky telah membahas masalah ini. Termasuk soal betapa pentingnya reformasi berkelanjutan dan perjuangan melawan korupsi untuk masa depan demokratis Ukraina.
Setelah beberapa skandal pengadaan dan perekrutan militer, Zelensky memecat Menteri Pertahanan, Oleksii Reznikov, pada pekan ini. Pemecatan Menteri Pertahanan menjadi salah satu perubahan besar dalam administrasi Ukraina selama satu setengah tahun perang. Parlemen Ukraina pada hari Rabu (6/9/2023) juga mengkonfirmasi penunjukan penggantinya, yakni Rustem Umerov.
Baca Juga : Presiden Amerika dan China Tak Hadiri KTT ASEAN, Ini Kata Menhan RI
Dalam kunjungannya, Blinken juga menegaskan bahwa dukungan AS untuk Ukraina tidak akan goyah. "Keamanan Ukraina adalah bagian penting dari keamanan seluruh komunitas Euro-Atlantik dan bahkan keamanan dunia, karena prinsip-prinsip yang sedang diuji di sini," katanya dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba.
Dia juga mengumumkan lebih dari $1 miliar dalam bantuan baru, termasuk $665,5 juta dalam bantuan militer dan keamanan lainnya, yang didanai oleh otoritas pengeluaran telah diberikan oleh Kongres kepada pemerintahan Biden, yang ditujukan untuk Ukraina.
Blinken menekankan bahwa banyak bantuan tersebut ditujukan untuk keamanan jangka panjang dan pembangunan kembali masyarakat Ukraina, bukan hanya untuk perang saat ini.
"Pertama kalinya kami mentransfer aset yang disita dari oligarki Rusia yang telah dikenai sanksi ke Ukraina, yang akan digunakan untuk mendukung veteran militer Ukraina. Mereka yang telah mendukung perang agresi Putin harus bertanggung jawab," jelas Blinken.
Secara total, Amerika Serikat telah membantu senilai $43 miliar dalam bentuk peralatan. Termasuk senjata, pelatihan, dan bantuan militer lainnya, sejak invasi Rusia dimulai pada Februari 2022. Selain itu, lebih dari $20 miliar dalam bentuk bantuan ekonomi dan kemanusiaan. Bahkan Presiden Biden telah meminta Kongres untuk memberikan izin bantuan tambahan sebesar $24 miliar.
Departemen Pertahanan juga mengumumkan bahwa mereka berencana untuk mengirim amunisi yang terbuat dari uranium terdeplesi ke Ukraina. Hal ini dinilai sebagai langkah terbaru dalam serangkaian eskalasi untuk jenis persenjataan yang disediakan Amerika Serikat untuk Kyiv. Oleh karenanya, Pemerintah Inggris telah mengumumkan pada Maret bahwa mereka akan memberikan amunisi uranium terdeplesi kepada Ukraina.
Blinken juga mengatakan bahwa dirijya dan Zelensky telah mendiskusikan soal rencana kerjasama jangka panjang. Di mana menurut pemimpin Ukraina, kerjasama itu harus menyerupai kerjasama antara Amerika dengan Israel.
Rencana itu tentu saja menjadi sorotan dari 28 negara lain yang menjadi anggota dari NATO. Pasalnya jika kerjasama dengan Amerika itu terjadi maka keinginan Ukraina untuk bergabung ke NATO dinilai akan kandas.