JATIMTIMES - Suara puluhan sapi terdengar bersahutan, Senin (21/8) siang itu di kandang milik Koperasi Koperasi Sae (Sinau Andadani Indonesia) Pujon di Kabupaten Malang. Sapi-sapi perah itu terlihat gemuk dengan ukuran badan yang besar.
Hewan berkuku belah ini juga terlihat begitu lahap menyantap jatah makan siangnya ketika itu. Menunya, campuran dari kulit jagung dan juga jerami kering.
Baca Juga : Yuyun Apriati, 'Pemulung' yang Sukses Berdayakan 160 Janda dan Lansia
Kemudian satu persatu dari sapi yang jumlahnya sekitar 40 ekor itu disuntik vaksin PMK (Penyakit Mulut dan Kaki) oleh petugas dari Dinas Peternakan Pemprov Jatim. Tak kesulitan, petugas cukup cekatan dan profesional dalam menyuntikkan cairan vaksin ketika itu.
Meskipun sesekali ada sapi yang terlihat berontak saat dipegang kepalanya. Karena saat itu mereka sedang dalam lahap-lahapnya makan siang.
Setelahnya puluhan sapi ini melanjutkan makan siangnya kembali dengan lahap. Selain gemuk, sapi-sapi ini juga terlihat sehat tanpa ada tanda-tanda terserang PMK seperti lidah yang melepuh, bagian kuku terkelupas dan juga sangat kurus.
Kondisi di bulan Agustus tahun 2023 ini jauh berbeda dengan kondisi pertengahan tahun 2022 sebelumnya. Fahmi Imam salah satu peternak sapi perah yang juga anggota Koperasi Sae menceritakan bagaimana ketika itu awal dari virus PMK menyerang.
"Di Pujon hampir merata (PMK). Kan waktu itu memang hampir seluruh Indonesia juga," terangnya ketika diwawancarai jurnalis dari Jatimtimes.com di lokasi vaksinasi.
Fahmi menjelaskan dia memiliki sapi perah indukan jumlahnya 40. Saat itu semuanya rata terkena virus PMK.
"Ndak tahu juga terkenanya bagaimana. Mungkin terbawa dari udara," bebernya.
Dari 40 sapi betina indukan yang masih produktif dalam menghasilkan susu tersebut dua di antaranya ada yang sampai mati. "Dapat ganti rugi saat itu," lanjutnya.
Tiap sapi yang sakit terkena PMK dan mati ini dapat bantuan senilai Rp 2,5 juta. Termasuk juga untuk biaya pemakaman Rp 1 juta untuk tambahan.
Saat awal virus PMK masuk medio bulan Mei 2022 itu, Fahmi merasakan betul terpukul. Sebab dia tak pernah merasakan wabah sedahsyat itu. "Dibilang hancur ya hancur," tegasnya.
Hingga kemudian puluhan ternak sapi miliknya itu banyak yang tak lagi selera makan. Kemudian efek lainnya juga adalah menurunnya produksi jumlah susu.
Setiap sapi perah miliknya kata Fahmi jika sebelum sakit bisa menghasilkan 12 hingga 14 liter susu jika kondisi sehat. Namun ketika PMK menyerang turun jauh jadi 5 sampai 6 liter per hari.
Fahmi pun merasakan bagaimana pusingnya ketika itu menjadi pengusaha peternak sapi susu. Karena dia juga memiliki banyak pegawai yang ikut merawat puluhan sapi miliknya.
Fahmi menduga virus PMK ini menyerang hormonal dari sapi. Hingga kemudian produktivitas susu perahnya turun sampai separuh lebih dan termasuk juga tak kunjung birahi hingga susah untuk dikembangbiakkan.
Namun, Fahmi mulai menemukan secercah harapan ketika mengetahui jika ada vaksin agar sapi imunitasnya bisa lebih meningkat dan lebih kebal dalam menghadapi PMK. "Sapi kami vaksin semua," bebernya.
Hingga saat ini sapi perah yang ada di Pujon sudah mendapatkan empat kali suntik vaksin PMK. Vaksin satu, vaksin dua, booster satu dan terakhir ini booster dua.
Selain itu Fahmi juga mengikuti himbauan agar sapi mendapatkan asupan yang lebih bergizi. Dengan pemilihan pakan yang berkualitas serta penambahan konsentrat kalsium dan mineral dalam menu di dalamnya.
Berjalan setahun lebih hingga kini sapi miliknya sudah vaksin booster kedua yang itu berarti empat kali suntik sapi ternaknya sudah membaik. "Tapi belum bisa seproduktif dulu lagi," lanjutnya.
Saat ini lanjut Fahmi masih dalam masa recovery. Puluhan sapi miliknya memang sudah sehat tapi untuk produktivitas tak sebanyak seperti dulu lagi.
Baca Juga : Beredar Surat Anies Pinang AHY Jadi Cawapres
"Sekarang sudah meningkat sedikit. Satu sapi perah dalam sehari bisa menghasilkan susu delapan sampai sepuluh liter. Mulai sedikit membaik," cetusnya.
Yang penting kata Fahmi dalam menjalankan usaha sapi perah ini adalah telaten. Mulai dari menjaga kebersihan kandang, kebersihan sapi, kebersihan pekerja hingga pakan untuk sapi.
"Yang penting jangan berputus asa dan tidak boleh malas. Karena ingat di rumah ada keluarga, anak dan istri," imbuh pria asal Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang ini.
Dan soal motivasi ini juga dia tekankan ke peternak sapi perah lainnya. Sebab di Pujon lima puluh persen lebih masyarakatnya mencari penghasilan lewat ternak sapi perah. "Ini juga saya sampaikan ke teman-teman yang lain agar jangan sampai berputus asa," pungkasnya.
Sementara itu Manajer Kop Sae, Supriyono menyatakan jika di Kop Sae ada sekitar 5.000 anggota peternak sapi perah yang tergabung. Dengan jumlah sapi di Kecamatan Pujon sebanyak 20 ribuan lebih sapi.
Dia menjelaskan ketika sebelum ada wabah PMK Kop Sae bisa mengumpulkan hingga 120 ton susu perharinya. Namun, ketika wabah PMK menyerang turun menjadi 60 ton perhari. "Drop sampai 50 persen," terangnya.
Meski secara kuantitas jumlah yang dihasilkan turun, secara kualitas susu sapi tak sampai ikutan turun. Kata dia susu yang dikelola oleh Kop Sae masih mau diterima oleh beberapa pabrik susu yang besar seperti Nestle.
"Kita berikan pakan yang bagus pada peternak agar pemulihan bisa cepat. Jadi kita meminjamin konsentrat untuk mereka yang sesuai dengan kebutuhan sapi," imbuhnya.
Sementara itu Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Dr. Indyah Aryani menyampaikan jika Jatim adalah kantong terbesar penyumbang susu perah di Indonesia. Dahulunya sebelum ada PMK sehari bisa mencapai 1.600 ton.
Jumlah sebanyak itu dikumpulkan dari beberapa kantong peternak sapi perah di berbagai daerah. Seperti Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Blitar dan termasuk juga Kabupaten Magetan.
Setelah adanya wabah PMK menyerang ini, Indyah membenarkan jika jumlah produksi susu turun hingga separuhnya di Jatim. "Yang mati sedikit cuma 2,2 persen dari total kasus. Cuma dampak ekonominya wow," kata perempuan berjilbab ini.
Sejak pertama kali adanya wabah PMK ini pihaknya kemudian menggencarkan vaksinasi pada sapi ternak ini. Dan untuk sapi perah sudah ada 201 ribu sapi tervaksin berdasarkan data per Agustus 2023.
Kini setelah setahun lebih dan sapi mendapatkan tiga kali suntik vaksin, Indyah mengakui jika jumlah produksi susu belum seproduktif dulu lagi. "Belum sepenuhnya recovery. Kemarin betina produktif banyak juga yang potong paksa," tegasnya.
Saat ini jumlah produksi susu kata Indyah di Jatim sekitar 1.200 liter perhari. "Sekarang mulai membaik 70 persenan lah," lanjutnya.
Dan yang terpenting imbuh dia vaksinasi hewan ternak di Jatim tertinggi secara nasional. Dengan capaian dosis sebanyak 6,7 juta.
Sehingga dari sini PMK pun sudah terkendali. Dari yang dulunya sehari bisa ditemukan ribuan kasus menyerang hewan ternak, namun saat ini sudah menjadi puluhan kasus. "Status PMK di Jatim sudah dapat dikendalikan. Dari wabah diturunkan jadi tertular," pungkasnya.