JATIMTIMES - Calon presiden (capres) Ekuador Fernando Villavicencio tewas tertembak usai melakukan kampanye pemilihan umum di wilayah utara negeri itu. Ia dilaporkan ditembak saat hendak memasuki mobil seusai kampanye di kota Quito, pada Rabu (9/8/2023) waktu setempat.
Kejadian ini telah mengguncang panggung politik negara tersebut menjelang pemilihan umum yang akan diadakan pada 20 Agustus mendatang. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Kantor Jaksa Agung Ekuador, tidak hanya Villavicencio yang menjadi korban dalam insiden ini. Pelaku penembakan juga tewas akibat luka tembak dalam aksi pengejaran oleh aparat kepolisian.
Baca Juga : Menolak Lupa, Dua Seniman di Malang Aksi Teatrikal Soal KanjuruhanÂ
"Kejahatan tidak akan dibiarkan begitu saja," kata Presiden Guillermo Lasso melalui Twitter yang sudah berganti nama menjadi X.
"Saya marah dan terkejut dengan pembunuhan itu. Kejahatan terorganisir telah berkembang pesat, tetapi beban hukum sepenuhnya akan menimpa mereka," tambah pria yang tidak akan ikut pemilihan presiden lagi itu.
Hingga saat ini, motif di balik penembakan ini serta identitas pasti dari pelaku masih belum dapat diungkapkan. Sebagai informasi, Ekuador mengalami peningkatan kekerasan beberapa tahun terakhir karena kehadiran kartel narkoba di negeri itu.
Presiden Lasso sendiri sempat mengumumkan keadaan darurat dan jam malam di tiga provinsi menyusul sejumlah pembunuhan yang terkait dengan kejahatan terorganisir. Ini pun telah menjadi isu utama dalam kampanye Villavicencio. Ia bahkan menyuarakan penundaan kampanye karena kekerasan politik meningkat, termasuk pembunuhan wali kota Manta pada Juli lalu.
Sementara, siapakah sosok Fernando Villavicencio, calon presiden Ekuador yang tewas tertembak?
Dilansir Reuters pada Kamis (10/8/2023), Villavicencio merupakan tukang kritik vokal mantan presiden Rafael Correa, sampai-sampai pernah dipenjara 18 bulan karena kasus pencemaran nama baik terhadap sang eks pemimpin itu.
Baca Juga : Usai Beraksi, Empat Pelaku Pembalakan Liar Ditangkap Polisi
Diberitakan Associated Press, Villavicencio memang cukup keras terhadap kasus korupsi. Selama periode Correa dari 2007-2017, dia mengajukan banyak tuntutan hukum terhadap para pejabat tinggi di pemerintahan eks presiden.
Sebagai seorang anggota parlemen, pria berusia 59 tahun itu juga kerap dikritik oleh politikus oposisi karena menghalangi proses pemakzulan terhadap Lasso. Villavicencio mengatakan kepada media lokal Ekuador, El Universo, bahwa ia mencurigai konspirasi di balik upaya penggulingan Lasso.
Menurut informasi yang ia himpun, pemakzulan Lasso dinilai cuma sebagai jembatan untuk meninjau kembali kasus suap yang menjerat Correa. Lasso sendiri akhirnya menyerukan pemilihan presiden lebih awal. Villavicencio lantas dicalonkan oleh Gerakan Membangun Ekuador sebagai calon penerus Lasso.
Menurut jajak pendapat teranyar, Villavicencio menempati posisi kedua dengan perolehan suara 13 persen responden menjelang pemilu pada 20 Agustus mendatang.