free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Lingkungan

Petani Kelapa Se-Eks Karesidenan Kediri Sambat ke Pemerintah, Sampaikan Jeritan di Forum Diskusi

Penulis : Anang Basso - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

12 - Jul - 2023, 04:13

Placeholder
Diskusi lintas sektor dengan petani kelapa se eks karesidenan Kediri di Kantor Desa Maron, Kecamatan Srengat (Foto: Anang Basso/ TulungagungTIMES)

JATIMTIMES - Hama kelapa jenis Oryctes Rhinoceros (kwangwung) adalah hama yang sangat merusak. Sejumlah petani kelapa yang tanamannya sudah tinggal kenangan, berusaha menghidupkan kembali kejayaan wilayah Kediri raya, agar menjadi daerah nyiur, seperti masa lalu.

Bertempat di Kantor Desa Maron, Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, petani kelapa yang datang dari wilayah Kabupaten Tulungagung, Kediri dan Blitar membahasnya bersama akademisi, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar serta Dinas Perkebunan Jawa Timur.

Baca Juga : Terjadi Penurunan, Kejari Kabupaten Malang Musnahkan Barang Bukti Narkotika

Petani kelapa mengeluhkan penanganan yang sangat lambat dari pemerintah, semenjak 25 tahun lalu. 

Menurut Maryono (58) petani kelapa asal Blitar, pemerintah di tiap tingkatan seakan tidak mau tau bagaimana kegundahan warga, sejak tanaman diserang dan habis karena kwangwung ini.

"Virus Covid-19 yang tidak terlihat saja bisa diatasi, ini binatang yang bisa dilihat kok malah sudah 25 tahun tidak dapat diberantas," kata Maryono.

Bagi Maryono, Pemerintah telah keterlaluan dan menutup mata serta telinga dengan kondisi yang semakin hari semakin parah ini.

"Padahal, dari kelapa ini banyak masyarakat kita dulu dapat membangun rumah, mencukupi kebutuhan keluarga dan bahkan banyak yang dapat membeli kendaraan," ujarnya.

Setelah kelapa diserang Kwangwung, lambat laun penghasilan masyarakat desa di Blitar semakin turun dan kini bahkan tidak tersisa lagi.

"Mau membuat kembar mayang saja tidak bisa, dulu mau bikin minyak tinggal mengambil, mau bikin sapu dan bahkan mau buat rumah cukup dengan pohon kelapa ini," ungkapnya.

Selain Maryono, warga dan tokoh masyarakat lain seperti Azis, Mbah Joyo dan Jemono juga mengungkapkan keadaan yang hampir sama. Mereka prihatin dan meminta pemerintah segera melakukan penelitian dan pengendalian, sehingga kedepan pohon kelapa dapat ditanam serta menjadi salah satu sumber penghasilan.

Sementara itu, kepala desa dari Tulungagung, Sudikan mengatakan pohon kelapa miliknya banyak yang dapat diselamatkan dengan pemberian tembakau.

"Dengan menyisipkan tembakau di sela-sela tapas atau batang daun (bongkok) kelapa, kwangwung tidak menyerang dan masih banyak yang selamat," tuturnya.

Meski pohon kepala miliknya masih bertahan, Sudikan yang merupakan Kepala Desa Rejosari, Kecamatan Kalidawir ini tetap meminta pemerintah agar melakukan pengendalian dan pemberantasan kwangwung secara tuntas.

Secara bergantian, nara sumber memaparkan berbagai persoalan yang terjadi di Jawa Timur terkait kwangwung ini.

Yang menarik, Nara sumber dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Hagus Tarno dengan gamblang memaparkan persoalan kwangwung ini.

Ada tiga hal yang dapat dilakukan pemerintah dan petani kelapa, diantaranya pemberantasan, pengendalian dan pengelolaan.

Baca Juga : Bupati Mak Rini dan Uniska Kadiri Jalin Kerjasama, Mahasiswa KKN Siap Ikut Bangun Kabupaten Blitar

"Melihat aspek yang ada di semua ekosistem, maka cara mengelola dengan bijkasana adalah melihat siklus dan cara hidup hama ini," ucapnya.

Menurutnya, cara yang terbaik adalah pengelolaan karena akan mencakup seluruh aspek.

"Setelah tau pola-nya, pengendalian dengan cara pengelolaan ini yang perlu dilakukan. Misalnya, pola berkembang pada limbah tempat bertelurnya kwawung. Maka, tinggal melakukan upaya pemberantasan atau pengendalian dengan tepat," jelasnya.

Hagus Tarno juga memaparkan berbagai hasil penelitian yang dimungkinkan dapat mengendalikan hama kelapa di masa yang akan datang.

"Jika menemukan embuk (larva) yang mati, sebaiknya tidak dibuang namun dikumpulkan untuk diambil organ atau bagian yang penting untuk membuat penangkal hama kwangwung ini," katanya.

Setelah semua persoalan didiskusikan, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Wawan Widianto berterima kasih atas diskusi yang dilaksanakan ini.

Menurutnya, Kabupaten Blitar siap untuk dijadikan pilot projek dalam upaya pengendalian kwangwung ini.

Sementara itu, usai acara Anik Dwi Nastiti, Kepala Bidang Produksi Tanaman Tahunan, pada Dinas Perkebunan Jawa Timur mengaku belum mendapatkan bibit kelapa yang tahan pada serangan hama kwangwung ini.

"Kalau bibit kelapa anti kwangwung memang belum ada, namun kita berharap masyarakat nantinya mendapatkan bibit yang genjah dan kwalitas baik untuk penanaman kembali," bebernya.

Kegiatan yang dimotori langsung oleh Dr Ir Slamet Soedarsono, Perencana Ahli Utama di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) ini, meski serius tetap santai dan penuh kekeluargaan.

Oleh karena pentingnya materi dan tujuan kegiatan, audiens dan nara sumber bersepakat meneruskan diskusi yang belum sepenuhnya tuntas ini dalam forum group WhatsApp yang akan segera dibuat.


Topik

Lingkungan Petani Kelapa kelapa kwangwung hama kelapa pemkab blitar pemkab tulungagung



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

Sri Kurnia Mahiruni