JATIMTIMES - Dalam memenuhi kebutuhan, para Gen Z dan Milenial membutuhkan biaya ekstra. Gaji yang mereka dapat terkadang tak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu, banyak Gen Z maupun milenial mengambil pekerjaan sampingan.
Hal inipun selaras dengan survei yang dikeluarkan Deloitte bertajuk 2023 Gen Z and Millennial Survey.
Baca Juga : Menelusuri Jejak Keraton Kerto, Istana Megah Sultan Agung yang Hilang Ditelan Bumi
Survei ini dilakukan dengan melibatkan Gen Z dan Milenial dari 44 negara. Metode riset yang digunakan dengan wawancara kualitatif pada Maret 2023. Sementara, riset lapangan sebelumnya telah dilakukan pada bulan November dan Desember 2022.
Hasil survei mengungkap, bahwa ada 46 persen Gen Z memiliki pekerjaan paruh waktu. Dan ada 37 persen generasi milenial juga memiliki pekerjaan sampingan di luar pekerjaan utama mereka.
Beberapa alasan melatari mengapa Gen Z maupun Generasi Milenial memilih untuk bekerja paruh waktu guna mendapatkan penghasilan tambahan.
Ada 38 persen responden Gen Z menyatakan membutuhkan pendapat sekunder. Dan responden generasi milenial ada 45 persen dari total responden yang menyatakan hal tersebut.
Berikutnya, ada 25 persen responden yang menyatakan mengambil pekerjaan tambahan untuk meningkatkan keterampilan sekaligus memperluas relasi. Dan generasi milenial, 23 persen responden yang menyatakan hal tersebut.
Kemudian, ada juga mereka generasi mileneal atau Gen Z mengambil pekerjaan tambahan beralasan karena hobi. Ada 24 persen responden Gen Z dan 25 persen responden mileneal yang menyatakan hal tersebut.
Baca Juga : Polemik Berlanjut, Kini Nama JIS Hilang dari Halaman Resmi Buro Hapold
Ada juga yang beralasan untuk mengalihkan fokus dari pekerjaan sehingga mereka mengambil pekerjaan tambahan.
"Sementara alasan mengalihkan fokus dari pekerjaan utama, dipilih 23 persen gen Z dan 24 persen Milenial," kutip dari laman databooks katadata.
Bukan hanya itu, media sosial ini juga turut memberikan imbas Gen Z dan Milenial mengambil pekerjaan tambahan. Sebab, media sosial membuat para generasi tersebut terdorong ingin membeli barang yang tidak mampu mereka beli. Hal ini kemudian menyebabkan terjadi kecemasan finansial.
Ada 51 persen responden dari generasi Z dan 43 persen responden dari generasi milenial yang mengalami hal ini.
Untuk diketahui, ada lebih dari 22 ribu responden yang terlibat dalam survei.