JATIMTIMES - Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang Prof Dr HM Zainuddin MA menjadi Khatib salat Idul Adha di Masjid Nuruttaqwa Jalan Dewandaru, Kota Malang, Kamis (29/8/2023). Dalam tausiyahnya, Rektor UIN Maliki Malang menyampaikan tentang "Meneladani Kepemimpinan Nabi Ibrahim AS".
Ibadah kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim juga merupakan ibadah memerangi egoisme, karena tidak akan pernah terjadi seorang ayah yang karena perintah Allah SWT bersedia menyembelih anak kesayangannya untuk dijadikan korban sebagaimana Nabi Ibrahim AS.
Baca Juga : Lagi, Salat Iduladha di Ponpes Al Zaytun, Shaf Jemaah Perempuan Sejajar dengan Pria
Demikian pula Ismail, puteranya, yang dengan ikhlas dan lapang dada menerima perintah tersebut untuk dikorbankan. Ini adalah peristiwa yang amat berat yang harus ditanggung oleh keluarga. Itulah profil pemimpin yang mampu memerangi sikap egoisme.
Peristiwa Idul Adha ini tentunya juga menjadi tauladan yang tepat bagi seorang pemimpin. Jika pemimpin mau mengambil hikmah dari peristiwa korban ini, maka tidak pernah terjadi ketimpangan yang berkepanjangan seperti yang terjadi selama ini.
Umat Islam perlu belajar dari peristiwa korban seperti yang dialami oleh bapak teladan Nabi Ibrahim AS dan puteranya Ismail AS. Seorang figur pemimpin yang jauh dari sikap egois, dan bebas dari godaan serta rayuan materi.
"Nabi Ibrahim saat itu sempat tergoda oleh rayuan dan bujukan setan, supaya membatalkan niat berkorban. Tapi karena kekokohan iman itulah beliau mampu mengatasi segala macam godaan dan cobaan tersebut dan berhasil melepaskan kepentingan pribadinya. Melepaskan sikap egois dan individualnya untuk tujuan yang lebih mulia. Inilah eksemplar pemimpin yang perlu kita teladani bersama," terangnya.
Dalam setiap kesempatan hari raya Qurban, selama tiga hari umat Islam terus mengumandangkan takbir, tasbih dan tahmid termasuk membaca talbiyah bagi jamaah haji di Makkah. Takbir, tasbih dan tahmid ini artinya, kaum muslim mengakui dan menegaskan bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Besar, tidak ada Tuhan selain Allah yang patut dipuji dan disanjung. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada Tuhan yang wajib dan berhak disembah serta diagung-agungkan selain Allah SWT.
"Inilah tauhid yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as. dan para Rasul Allah. Tauhid adalah pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan dan dibuktikan dengan tindakan atau amal," terangnya.
Dalam setiap kesempatan Idul Adha, setiap umat muslim selalu diingatkan oleh peristiwa besar yaitu peristiwa pengorbanan yang dialami oleh Nabi Ibrahim as. Peristiwa ini menjadi pembelajaran, contoh dan teladan manusia yang berjiwa tauhid yang bersedia berkorban untuk mencapai derajat takwa. Ibadah korban merupakan manifestasi ajaran tauhid yang tidak terlepas dari semangat pemupukan jiwa solidaritas.
Dalam QS.surat al-Hajj ayat 27-28, Allah berfirman:
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir".
Dalam momentum Idul Adha ini, marilah sejenak merenung dan introspeksi, bahwa hidup di dunia ini sebentar dan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang langgeng, kehidupan yang menuntut pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Adil. Oleh sebab itu, di dunia ini boleh saja seseorang kehilangan pangkat dan kedudukan, jabatan dan kekuasaan, namun jangan sampai seorang umat kehilangan keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT.
Baca Juga : Musim Daging Kurban, Banyak yang Minum Obat Kolesterol Golongan Statin, Simak Fungsinya!
"Jangan sampai karena jabatan dan kedudukan tadi kemudian kita menyembah, memuji dan mengagungkan kekuasaan dan penguasa, mengorbankan orang lain dan keimanan kita. Bisa saja dalam hidup ini kita kehilangan kekayaan, merugi dalam berdagang, tetapi jangan sampai kita merugi di akhirat kelak," ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan, jika digali lebih dalam, sesungguhnya ibadah korban itu lebih dari sekadar ibadah simbolik dengan menyembelih binatang ternak, tetapi ia sarat dengan nilai-nilai fundamental. Umat Islam diperintahkan untuk memiliki kekokohan iman dalam setiap saat dan waktu, umat Islam diperintahkan untuk mentaati semua perintah Allah, meski tampak berat sekalipun. Umat Islam diperintahkan untuk meyakini sepenuhnya, bahwa apa yang datang dari Allah SWT adalah benar, tidak boleh diragukan.
Umat Islam tidak hanya diperintahkan berkorban dan kemudian dagingnya dibagi-bagikan kepada fakir-miskin, begitu setiap tahun dilakukan ramai-ramai, tetapi lebih dari itu, kita diperintahkan berkorban untuk melahirkan nilai-nilai takwa, nilai-nilai sosial-kemanusiaan, bukan membuat orang lain jadi korban, atau terkorbankan, seperti yang terjadi selama ini. Itulah maka Allah menegaskan dalam firman-Nya (al-Haj: 37):
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik".
Semua amal ibadah dalam ajaran Islam, hakikatnya merupakan penjabaran dari pelaksanaan tanggung jawab sosial, yang erat kaitannya dengan upaya membangun hubungan kemanusiaan dan peningkatan kesejahteraan sosial, mulai dari shalat, puasa, zakat, haji dan termasuk syariat korban ini.
"Seluruh ibadah dalam ajaran Islam akhirnya bermuara pada nilai substansinya, yaitu tauhid dan kemanusiaan universal (teo-antroposentris). Kesediaan orang mukmin menyembelih ternak kurban, sebagaimana yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim AS merupakan wujud pengamalan iman untuk lebih mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT dengan rasa taat dan ikhlas karena Allah semata," pungkasnya.