JATIMTIMES - Kembali mencuat cerita Ustaz Salim A. Fillah pada Maret 2020 lalu mengenai sejarah penjajahan di Indonesia.
Dalam video yang diunggah akun Tiktok @pdd, Ustaz Salim bercerita pada saat itu, sebelum kedatangan Cristopher Colombus, Amerigo Vespucci, Fransisco Fizzaro, Hernando Cortes dan para penjelajah Barat lainnya ke tanah Amerika, para sejarawan memperkirakan jumlah penduduk asli Amerika yang disebut sebagai Indian -salah kaprah dikira orang India sehingga disebut Indian-, estimasi jumlahnya antara 50 sampai 110 juta orang.
Baca Juga : Di Negara Ini, Wanita Boleh Poliandri alias Punya Suami Lebih dari Dua, Berikut Fakta-faktanya
Namun, jumlah penduduk asli Amerika itu kini habis atau punah. Dari jumlah jutaan orang itu, Ustaz Salim menyebut hanya tersisa sebagian dari Amerika Selatan. Namun, mereka berasimilasi dengan pendatangnya, lalu menjadi satu sub-ras yang disebut Mestizos yang merupakan orang campuran India dengan Latin
Lalu, di benua tetangga, yakni Australia, sebelum kedatangan James Cook atau Admiral Finers, jumlah penduduk asli Australia kira-kira 8 hingga 20 juta orang. Namun dari angka itu, Ustaz Salim menyebut Aborigin -suku asli Australia- saat ini hanya tersisa 45.000 orang.
Pada 1920, konstitusi Australia menempatkan orang-orang Aborigin bukan sebagai manusia, tetapi layaknya hewan. Mereka baru dianggap manusia dalam waktu akhir-akhir ini.
Lebih lanjut Ustaz Salim membandingkan antara kekuatan pertahanan Indonesia yang juga negara yang dijajah dengan dua negara di atas. Dia mengatakan Indonesia satu-satunya negara yang bersikukuh dengan bahasa sendiri meski dijajah.
"Dijajah tapi bertahan dengan bahasa kita. Padahal, negara lain berubah bahasanya. Nggak tahu kita ini kekeh sekali dengan bahasa kita" ucapnya.
Ustaz Salim lalu menyebut saat ini orang-orang Malaysia hingga India telah beralih menyukai bahasa penjajahnya. "Orang-orang Malaysia saat ini sudah suka bahasa Inggris, bahasa penjajahnya. Orang India juga begitu. Mereka lebih senang bahasa Inggris," katanya.
Sementara Indonesia mengapa tidak menyukai bahasa Belanda? Hal itulah kata Ustaz Salim yang menarik dari Indonesia.
"Nah kita ini kok tidak senang dengan bahasa Belanda? Bahasa Jepang? Keren loh itu," ujarnya.
"Dalam sudut pandang ini, kita menarik teman-teman insya Allah karena tersisa 260 juta orang itu bukan sisa sih, masih berbahasa kita sendiri dan yang lebih menarik lagi adalah kejadian di banyak negara. Kalau suatu negara dijajah, maka begitu penjajahnya pergi, negara yang dijajah itu akan pecah berkeping-keping menjadi negara-negara yang lebih kecil," sambungnya.
Baca Juga : Setengah Abad God Bless, Band Rock yang Didirikan Achmad Albar dengan Ludwig Lemans Gitaris Asal Belanda
Ia lalu menceritakan penjajahan hingga pembagian daerah yang terjadi di Timur Tengah. "Turki Utsmani kalah Perang Dunia pertama di tahun 1918, apa yang terjadi setelah itu? Dominasinya di seluruh Timur Tengah dibagi-bagi antara penjajahnya, Inggris dan Prancis lalu Italia. Maka Aljazair dan Tunisia diambil Prancis, Libya diambil Italia, Mesir diambil Inggris, Suriah dan Lebanon diambil Prancis. Jordania, Palestina, Iraq diambil Inggris," ungkapnya.
"Jika diperhatikan batas-batas negara itu, bentuknya garis lurus. Karena baginya di peta. Jadi, negara-negara penjajah menarik garis batas di Peta," jelasnya. "Dan hingga sekarang, mereka satu bangsa satu bahasa tapi banyak negara," sambung Ustaz Salim.
Namun lagi-lagi Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara di atas tetap utuh. Mulai dari negara, bahasa hingga adat istiadat. "Yang aneh Indonesia ada 77 kesultanan, ada 300 suku bangsa, ada 1200 bahasa tutur dan juga ada adat istiadat yang begitu luar biasa," ucapnya.
Cerita itu kemudian mendapat banyak tanggapan warganet. Banyak dari mereka mengaku bangga menjadi warga Indonesia.
" Aku bangga jadi anak Indonesia," tulis @Boosman**.
"Saya bangga jadi bagian dri WNI," sambung @saep***.